Sukses

Aktivis Kecam Pernyataan Kontroversial Menteri Yohanna soal Yuyun

Kondisi yang dialami orangtua Yuyun semestinya diterjemahkan sebagai kegagalan negara dalam memberikan jaminan ekonomi masyarakat.

Liputan6.com, Bengkulu - Pernyataan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohanna Yembise dalam rapat dengar pendapat di DPR yang menyalahkan orang tua dalam kasus kekerasan seksual berujung kematian terhadap Yuyun di Bengkulu menuai kecaman.

Aktivis Pusat Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PUPA) Bengkulu, Susi Handayani, secara tegas mengecam ucapan sang menteri yang tidak memahami persoalan yang terjadi dan menimpa siswi SMP Negeri 5 Padang Ulak Tanding Kabupaten Rejang Lebong itu secara utuh.

"Kami menilai Menteri Yohanna itu sudah gagal fokus. Pahami dulu persoalannya secara utuh, jangan asal ngomong saja dia," ujar Susi di Bengkulu, Selasa (31/5/2016).

Keputusan orangtua Yuyun untuk meninggalkan anaknya demi mencari nafkah di kebun, kata Susi, menjadi kebiasaan masyarakat pedesaan Rejang Lebong, Bengkulu. Hal itu sudah terjadi secara turun-temurun karena menyangkut pemenuhan kebutuhan ekonomi.

Susi mengatakan, masalah ekonomi semestinya menjadi tanggung jawab negara. Kondisi yang dialami orangtua Yuyun semestinya diterjemahkan sebagai kegagalan negara dalam memberikan jaminan ekonomi masyarakat dan tidak bisa membangun akses transportasi memadai agar para petani tidak harus meninggalkan rumah dalam waktu yang lama.

"Kami menuntut Menteri Yohanna untuk meminta maaf. Pernyataan dia sudah sangat menyakiti hati masyarakat yang peduli dengan almarhumah Yuyun," ucap Susi.

Terpisah, Fatmawati, salah seorang ibu rumah tangga di Kota Bengkulu, sangat menyayangkan pernyataan yang dilontarkan Menteri Yohanna di depan rapat DPR. Dia menilai sang menteri hanya mencari muka dan terlihat hanya melepas tanggung jawab saja.

"Hanya cari muka dan tidak bertanggung jawab. Jika tidak mampu menjadi menteri, sebaiknya mundur saja dia. Ini persoalan kemanusiaan. Pernyataan dia itu seperti melindungi para penjahat seksual," kata Fatmawati.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.