Sukses

Pidato Politik, AHY Beberkan Tantangan dan Syarat Presiden Mendatang

AHY optimistis Indonesia akan semakin dihormati dan disegani dunia internasional.

Liputan6.com, Jakarta - Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyampaikan pidato politiknya di Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Jumat (1/3/2019) malam.

Dalam pidato berjudul 'Rekomendasi Partai Demokrat untuk Presiden Indonesia Mendatang', AHY menyampaikan sejumlah tantangan Indonesia dalam lima tahun ke depan. Selain itu, dia juga mengungkapkan tiga syarat untuk presiden terpilih periode 2019-2024 mendatang.

"Ada tiga hal pokok yang ingin saya sampaikan, pertama, tantangan Indonesia 2019-2024 dalam perspektif dunia internasional dan nasional. Kedua, persoalan dan aspirasi rakyat, serta solusi, dan kebijakan yang ditawarkan Demokrat. Ketiga, ajakan Demokrat menyikapi perkembangan situasi sosial politik dewasa ini," ujar AHY dalam pidatonya.

Sebagai negara besar dengan populasi penduduk muslim terbesar, kata AHY, Indonesia kerap disebut sebagai 'global player, regional power'. Dia optimistis Indonesia akan semakin dihormati dan disegani dunia internasional.

"Tetapi, optimisme saja tidak cukup. Untuk itu, kita perlu memahami berbagai tantangan yang akan kita hadapi," katanya.

Beberapa tantangan global itu antara lain: dinamika hubungan antarnegara yang diwarnai kerjasama, kompetisi, dan konfrontasi; masalah SDA yang makin menipis; perubahan iklim; jumlah penduduk dunia yang makin besar; serta perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Sementara di tingkat nasional, Partai Demokrat memotret sejumlah tantangan, antara lain bagaimana kita dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di atas 6%. Tentu, pertumbuhan ekonomi yang inklusif, merata dan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi yang juga bisa menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan sekaligus mengurangi kemiskinan.

"Artinya, kue pembangunan ekonomi yang dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat, termasuk the bottom 40, atau sekitar 100 juta saudara-saudara kita, yang terkategori miskin dan kurang mampu," tuturnya.

Tantangan utama lainnya adalah memaksimalkan bonus demografi, penduduk berusia produktif. Demokrat tidak ingin angkatan kerja muda justru menjadi bencana karena tidak memiliki kapasitas, produktivitas, dan daya saing yang tinggi. Pendidikan menjadi kuncinya, baik formal, informal, maupun yang bersifat vokasional, atau pelatihan keterampilan kerja.

"Selanjutnya, kita perlu mencermati kebutuhan energi dan pangan yang semakin meningkat. Di bidang energi, kita harus mampu menyusun strategi untuk mencapai target Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025, sebagai bagian dari komitmen Indonesia dalam memenuhi Paris Agreement," kata putra sulung Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono itu.

Sementara di bidang pangan, Demokrat mengajak Indonesia mengurangi ketergantungan impor. AHY mengajak semua pihak mencari solusi atas tren penurunan lahan pertanian dan berkurangnya tenaga kerja di sektor pertanian.

"Itulah sejumlah tantangan kita, lima tahun ke depan. Di balik tantangan, tentunya ada peluang. Dan ini bergantung sebagian besar, pada pilihan kebijakan pemimpin dan pemerintah mendatang," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Syarat Presiden Terpilih

AHY menyadari bahwa Partai Demokrat tidak memiliki kader utama sebagai kandidat yang bertarung dalam kontestasi Pilpres 2019 ini. Karena itu, AHY menilai pidato politiknya tidak berlebihan untuk menyampaikan rekomendasi kepada Presiden mendatang sebagai wujud kontribusi Partai Demokrat dalam memperjuangkan harapan rakyat Indonesia.

Setidaknya ada tiga syarat untuk menjadi pemimpin Indonesia dalam rangka menghadapi kompleksitas tantangan global dan nasional itu. Menurut AHY, diperlukan kepemimpinan nasional yang kuat, visioner dan adaptif. Selain itu juga pemerintahan yang responsif, efektif, dan rela bekerja keras.

"Pemimpin yang kuat itu mampu mengatasi segala permasalahan bangsa, mampu membuat Indonesia semakin kuat dan maju, serta mampu memperjuangkan kepentingan nasional dalam hubungan internasional," ucapnya.

Sementara pemimpin yang visioner adalah dia yang mampu melihat peluang dan mengatasi tantangan bangsa di awal abad 21. "Dan Pemimpin yang adaptif itu mampu menyesuaikan diri dengan zaman, tanpa kehilangan kepribadian dan jati diri bangsa," kata AHY.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.