Sukses

Timnas AMIN Jawab Kritik Luhut dan Bahlil ke Tom Lembong soal Contekan Pidato hingga LFP

Dewan Pakar Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Laksmana Madya TNI (purn) Achmad Djamaludin merespons kritikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ke Co-Captain Timnas AMIN Thomas Lembong alias Tom Lembong.

Liputan6.com, Jakarta Dewan Pakar Timnas Pemenangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), Laksmana Madya TNI (purn) Achmad Djamaludin merespons kritikan Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ke Co-Captain Timnas AMIN Thomas Lembong alias Tom Lembong.

Tak hanya Luhut, kritik juga dilayangkan Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia Bahlil. Keduanya membantah Tom Lembong soal soal contekan pidato ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Tesla buatan China tak pakai nikel.

Menurut Achmad, Tom Lembong sudah memberikan penjelasan di berbagai media massa. Achmad menegaskan, semua yang disampaikan Tom Lembong memang benar adanya.

"Pak Thomas Lembong di berbagai YouTube sudah jawab ya. Memang beliau ini kan dulu penulis pidatonya Pak Jokowi," kata Achmad di Rumah Pemenangan AMIN, Jalan Diponegoro X, Jakarta Pusat, Kamis (25/1/2024).

Kemudian, terkait Tesla produksi China, Achmad menyebut pernyataan Tom Lembong juga sepenuhnya benar. Sebab, kata Achmad, nikel memang tak lagi dipakai sebagai bahan bakar Tesla.

"Dan apa yang disampaikan beliau terkait dengan litium itu juga benar, bahwa Tesla sekarang bukan menggunakan nikel lagi, dan itu benar. Jadi bukan sesuatu yang salah," Achmad Djamaludin menegaskan.

Diketahui, perbincangan mengenai Lithium Ferro Phosphate (LFP) mencuat usai debat cawapres pada Minggu, 21 Januari 2024. Hal tersebut disinggung cawapres nomor urut dua Gibran Rakabuming Raka.

Gibran menyebut, Timnas AMIN telah melakukan kebohongan publik karena menyebut mobil Tesla sudah tidak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai, melainkan LFP.

"Ini agak aneh ya, yang sering ngomong LFP itu timsesnya, tapi cawapresnya enggak paham LFP itu apa, kan aneh. Sering bicara 'LFP, LFP, Lithium Ferro Phosphate, Tesla enggak pakai nikel'. Ini kan kebohongan publik. Mohon maaf, Tesla itu pakai nikel, pak," kata Gibran saat debat cawapres di JCC, Jakarta, Minggu, 21 Januari 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pernyataan Tom Lembong Dibantah Menko Luhut

Co-captain Timnas AMIN, Tom Lembong, memang pernah menyebut bahwa 100 persen mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok sudah tidak menggunakan mikel, melainkan menggunakan LFP.

Menurutnya, pembangunan masif smelter nikel Indonesia berpotensi merugikan karena berdampak over supply. Akibatnya, harga nikel akan jatuh.

"Jadi 100 persen mobil Tesla yang dibuat di Tiongkok menggunakan baterai yang mengandung 0% nikel dan 0% kobalt . Jadi baterainya namanya LFP," kata Tom Lembong dalam podcast Total Politik beberapa waktu lalu.

Namun pernyataan Tom Lembong ini ditepis oleh Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Luhut menegaskan, mobil produksi Tesla masih banyak yang menggunakan baterai berbasis nikel.

"Tidak benar pabrik tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP atau lithium ferro phosphate untuk mobil listriknya," tegas Menko Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).

Luhut mengatakan, baterai mobil listrik berbasis nikel masih digunakan dalam produksi tersebut. Bahkan, itu juga masih digunakan oleh LG di Korea Selatan untuk mobil Tesla yang diproduksi di Shanghai.

Kendati begitu, Menko Luhut mengakui sudah ada yang mengarah untuk menggunakan LFP. Mengingat penelitian yang sudah terus berkembang.

"Memang ada yang mulai LFP karena penelitian mengenai LFP makin berkembang. Ya memang satu ketika tidak tertutup kemungkinan nikel ini makin kurang penggunaannya, makanya sebabnya kita juga harus genjot juga. Tapi dengan tadi, yang terukur," jelasnya.

Luhut juga menepis pernyataan Tom Lembong terkait harga nikel anjlok. Bahkan, dia mengungkapkan data tren harga nikel 10 tahun terakhir.

Menurut Luhut, untuk mengetahui harga nikel, perlu merujuk pada data yang cukup panjang. Misalnya, tren yang terjadi selama 10 tahun terakhir.

"Anda perlu melihat data panjang, 10 tahun, kan anda pebisnis juga. Kan siklus dari komoditi itu kan naik turun, apakah itu batu bara, nikel, timah, atau emas. Apa saja," ujar Menko Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).

Dia pun membongkar data harga nikel pada kurun waktu tersebut. Dalam catatannya, tidak terjadi perbedaan yang terlalu signifikan dari harga nikel.

"Tapi kalau kita melihat selama 10 tahun terakhir ini harga nikel dunia itu ya di USD 15.000-an. Bahkan pada periode 2014-2019, periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel itu hanya USD 12.000," jelas Luhut Binsar Pandjaitan.

3 dari 3 halaman

Luhut soal Tom Lembong Kasih Contekan ke Jokowi: Anda Jangan 'Geer'

Luhut Binsar Pandjaitan juga buka suara soal ungkapan Co-Captain Timnas AMIN, Tom Lembong yang memberikan contekan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Menko Luhut menegaskan bukan hanya Tom Lembong yang kerap memberikan masukan ke Presiden. Bahkan, dia menepis kalau hanya Tom Lembong yang memberikan contekan ke Jokowi.

"Anda jangan geer juga, bilang kasih note kepada ayahnya mas Gibran, emang hanya Tom Lembong aja? Yang paling banyak kasih note kepada presiden itu adalah Menlu, Ibu Retno," ucap Menko Luhut melalui akun Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).

Menurutnya, langkah anak buah memberikan catatan pada pemimpinnya itu merupakan hal yang lazim dilakukan. Apalagi, pada forum-forum kenegaraan seperti pertemuan bilateral.

"Karena setiap bilateral ya beliau yang kasihkan itu. Dan itu bukan terjadi pada Presiden Jokowi saja. Semua kepala negara itu kalau bilateral pasti ada yang kasih note di belakang itu," tegasnya.

Menko Luhut menegaskan, Tom Lembong yang seakan membocorkan pernah memberi contekan itu bukan menunjukkan pribadi yang hebat. Bahkan, sudah menjadi tugas pembantu presiden untuk melakukan hal tersebut.

"Apakah karena anda hebat melakukan itu? Tidak. Itu tugas anda sebagai pembantu presiden, sebagai Menteri Perdagangan waktu itu, sebagai kepala BKPM," tutur Luhut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.