Sukses

Toyota Indonesia Bidik Peningkatan Ekspor Mobil Hybrid Dua Kali Lipat di 2024

Kendaraan elektrifikasi Toyota Brand (T-Brand) yang diproduksi Toyota Indonesia, yakni Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid, mendapat respon positif dari negara-negara kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah.

Liputan6.com, Jakarta - Kendaraan elektrifikasi Toyota Brand (T-Brand) yang diproduksi Toyota Indonesia, yakni Kijang Innova Zenix Hybrid dan Yaris Cross Hybrid, mendapat respon positif dari negara-negara kawasan Asia, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Di sepanjang 2023, ekspor Kijang Innova Zenix Hybrid mencapai 3.000 unit, sementara Yaris Cross Hybrid mencapai 6.400 unit.

"Angka ini menunjukkan bahwa sebagai produk ekspor berteknologi tinggi dan berdaya saing global, produk otomotif buatan dalam negeri telah mendukung performa ekspor otomotif nasional, karena diterima dengan baik oleh pasar internasional," terang Bob Azam Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Jakarta.

Atas pencapaian tersebut, TMMIN membidik angka penjualan lebih tinggi di sepanjang 2024. "Tahun ini kami punya target double, kalau tahun lalu (2023) 10 ribu unit, di tahun ini 20 ribu unit," ujar Bob Azam.

Guna memuluskan jalan dalam mencapai target tersebut, TMMIN bakal menerapkan berbagai strategi. Salah satunya menambah jumlah negara tujuan.

"Kami juga melakukan beragam aktivitas ekspansi demi mengoptimalkan kinerja ekspor, seperti menambah negara tujuan ekspor ke pasar non tradisional juga diversifikasi model ekspor kendaraan seperti Fortuner cash carrier ke Vietnam dan Fortuner Escort ke Palau," jelas Bob Azam.

"Kami lihat kecenderungannya akan ke sana (mobil hybrid). Jadi semua negara membutuhkan kendaraan yang efisien, dan emisinya yang lebih rendah," tambahnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengaruh Supply Chain

Dirinya juga menegaskan industri kendaraan elektrifikasi ke depan ditentukan oleh supply chain. Jika tidak ada supply chain maka akan sulit berkembang.

"Dulu waktu mobil konvensional, hampir 30 negara bisa jadi pemain, tapi kalau elektrifikasi itu paling cuma delapan negara yang bisa menjadi pemainnya, yang bisa membuat baterai, mobilnya, teknologinya, jadi lebih sedikit," ujar Bob Azam.

"Jadi ini yang harus dipahami bersama bahwa supply chain itu penting dan menentukan. Jangan sampai ketika kita shifting dan gak siap dengan supply chain, kita jadi bergantung sama negara lain," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini