Sukses

Chery Ingin Buktikan Mobil Cina Bukanlah Barang Murah

Chery Indonesia sendiri mengaku terjun di segmen premium dan ingin mengubah image bahwa mobil Cina bukanlah mobil murah. Sehingga harga yang dipasarkannya diklaim sesuai dengan beragam fitur dan juga teknologi canggih yang ditawarkan.

Liputan6.com, Wuhu - PT Chery Sales Indonesia (Chery Indonesia) kembali memasarkan mobil seiring dengan peluncuran dua produk mereka, yaitu Tiggo 8 Pro dan Tiggo 7 Pro pada November 2022 silam. Tiggo 7 Pro saat ini dibanderol dengan harga mulai dari Rp 368, 5 juta, sedangkan Tiggo 8 Pro dibanderol Rp 518,5 juta.

Chery Indonesia sendiri mengaku terjun di segmen premium dan ingin mengubah image bahwa mobil Cina bukanlah mobil murah. Sehingga harga yang dipasarkannya diklaim sesuai dengan beragam fitur dan juga teknologi canggih yang ditawarkan.

Shawn Xu selaku President Chery Sales Indonesia mengaku telah belajar dari pengalaman Chery sebelumnya saat memasuki pasar Indonesia.

" Kami telah masuk ke Indonesia dua kali (awalnya pada tahun 2006), pada saat itu Chery datang dengan mobil mungil QQ. Pada saat itu, merek Cina di negara asalnya fokus pada penekanan biaya agar mobil yang diproduksi sekarang. Pada saat itu, masyarakat Cina bisa membeli produk dengan harga terjangkau," ucap Shawn kepada wartawan di Wuhu, Jumat (10/2/2023)

Menurut Shawn, Chery pernah masuk ke pasar setir kanan seperti Indonesia dan Malaysia dengan produk QQ. Bersaing dengan strategi produk murah tidak memiliki masa depan, salah satu yang jadi permasalahan adalah kualitas. Sehingga pada saat itu Chery berhenti mengembangkan mobil setir kanan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produk Murah Tidak Memiliki Masa Depan

" Kini semuanya berubah, orang-orang sudah tidak berpikir mobil Cina sebagai produk murah atau berkualitas rendah. Dari sisi desain, kami tidak menjiplak mobil lain. Kita memiliki platform sendiri, desain yang berbeda. Contohnya saja orang-orang yang berpikir soal barang-barang elektronik Cina seperti handphone atau tv. Di Cina 10 tahun lalu orang-orang membeli merek Jepang, namun sekarang merek Cina menguasai 80 persen market share di dunia. Kita juga sedang melalui fase ini, industri kami semakin kuat," lanjut Shawn.

" Jadi kami perlu mengubah mindset konsumen untuk menerima merek Cina sebagai produk bagus, dengan layanan baik. Kami juga mendekatkan diri dengan konsumen dan memenuhi permintaan konsumen," pungkas Shawn.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.