Sukses

Pahami Efek Understeer dan Oversteer Biar Aman Menembus Hujan

Hujan membuat berkendara jadi berbeda ketimbang melintas di jalan kering. Kondisi understeer akan sering terjadi saat menikung. Begitu juga oversteer yang mungkin datang tiba-tiba.

Liputan6.com, Jakarta Hujan membuat berkendara jadi berbeda ketimbang melintas di jalan kering. Kondisi understeer akan sering terjadi saat menikung. Begitu juga oversteer yang mungkin datang tiba-tiba.

Bisa dipastikan, jalan basah akibat hujan akan mengurangi traksi ban. Inilah yang membuat gejala understeer atau oversteer terjadi.

Jangankan saat menikung, saat di jalan lurus saja ban mobil atau motor bisa kehilangan traksi. Benar-benar tanpa traksi, atau biasa yang disebut aquaplaning.

Menurut Sony Susmana, Senior Instructor dari SDCI (Safety Defensive Consultant Indonesia), ketika berkendara di tengah hujan, pastinya pengemudi harus mengurangi kecepatan untuk mengurangi risiko kehilangan traksi dan meminimalkan gejala understeer ataupun oversteer.

 

Simak Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Aquaplaning

Dalam kondisi aquaplaning ban akan kehilangan traksi saat melewati genangan air dalam kecepatan tinggi. Efeknya, mobil serasa melayang di atas air bagi pengendaranya. Aquaplaning merupakan penyebab kecelakaan saat hujan, karena pengemudi salah mengatisipasi kondisi ini.

"Ketika berkendara saat hujan, yang harus dilakukan adalah mengurangi kecepatan, pindah ke lajur lambat, dan amati kondisi sekitar. Kalau pandangannya kurang, bantu dengan menyalakan lampu utama," kata Sony dalam talkshow virtual bersama Daihatsu seputar tips teknik berkendara saat hujan.

 

3 dari 5 halaman

Understeer dan Oversteer

Sony menyarankan agar pengendara tidak menyalakan lampu hazard saat hujan, karena akan membuat pengemudi belakang menjadi bingung.

"Saat melewati genangan air, antisipasinya adalah mengangkat kaki dari pedal gas, tahan kemudi ke arah depan dan jangan melakukan pengereman agar laju mobil tetap lurus dan tidak mengalami selip," ujarnya.

Jika kondisi terjadi selip, pengemudi dapat merasakan apakah terjadi pada roda depan atau belakang. Jika slipnya berasal dari roda depan (understeer) dan mobil mengarah ke kiri atau kanan, segera lawan setir secara halus ke arah tujuan, untuk meminimalisir gejala understeer.

Sebaliknya, apabila selip terjadi pada roda belakang alias oversteer, segera putar setir sesuai dengan arah mobil tersebut dan jangan melakukan banting setir agar mobil berputar pada porosnya.

"Namun yang perlu tetap diingat, tingkat keberhasilannya sangat ditentukan bergantung pada kondisi," imbuhnya.

 

4 dari 5 halaman

Perhatikan Kondisi Ban

Sementara Zulpata dari GT Radial menyatakan bahwa ban merupakan faktor penting dalam menghadapi kondisi aquaplaning. Kendati ban sudah melewati berbagai uji pengetesan, termasuk diperuntukkan untuk kondisi jalan yang basah, namun pengemudi tetap harus mengecek kondisi ban saat menghadapi musim hujan.

Ulir atau pola kembangan pada ban adalah tempat mengalirnya air saat melewati genangan air. Jika ban tidak ada kembangannya atau sudah botak, maka risiko selip menjadi lebih besar.

"Walaupun ban tidak ada masa kadaluarsa, ban harus tetap dirawat agar tetap awet dan tidak cepat botak dengan memperhatikan selalu tekanan anginnya," tukas Zulpata.

Sumber: Otosia.com (Ray)

5 dari 5 halaman

Infografis Pilihan:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.