Sukses

Jelang LCGC Jilid 2, Komponen Lokal Mobil Murah Sudah Berapa Persen?

Sebelum masuk ke babak selanjutnya, sudah berapa persen komponen LCGC yang sudah diproduksi di dalam negeri?

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana untuk melanjutkan program kendaraan bermotor hemat bahan bakar (KBH2) di Indonesia. Sebelum dilanjutkan, saat ini sedang dilakukan evaluasi terkait program mobil murah yang sudah dijalankan sejak 2013.

Program yang berhasil melahirkan model seperti Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Honda Brio Satya, dan lainnya ini memang ada target komponen yang harus diproduksi lokal.

Sebelum masuk ke babak selanjutnya, sudah berapa persen komponen LCGC yang sudah diproduksi di dalam negeri?

Dijelaskan Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, untuk komponen utama di LCGC memang sudah semua terpenuhi.

"Jadi gini, kalau komponen utama di LCGC itu sudah terpenuhi. Seperti yang saya katakan, Rp 17 triliun untuk pengembangan komponen lokal tersebut," jelas Putu saat ditemui di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2018, ICE, BSD City, Tangerang.

Lanjut Putu, kesimpulan tersebut berdasarkan laporan surveyor independen dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

"Untuk komponen utama yang dikomitmenkan sudah terpenuhi, seperti engine, transmisi, axle, dan bodi. Misalnya dari sembilan komponen, sembilannya sudah lokal. Jadi sudah 100 persen," tegasnya.

Saksikan Juga Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Sementara itu, saat dikonfirmasi Direktur Marketing PT Astra Daihatsu Motor (ADM), komponen untuk mobil murahnya, Daihatsu Ayla memang sudah 93 persen. Meskipun belum 100 persen lokal, namun setiap tahun pasti ada kenaikan.

"Dan yang belum (komponen dibuat secara lokal) biasanya di bagian gear," terang Amelia Tjandra.

Lanjut wanita yang akrab disapa Amel ini, alasan gear belum dibuat secara lokal karena untuk pengembangannya butuh teknologi tinggi dan skala produksinya minimal mencapai dua juta unit.

"Kalau kita bikin di sini, harganya masih mahal. Makanya masih impor dari Jepang,” pungkas Amel.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.