Sukses

Evolusi Terakhir Mesin Bensin Konvensional (Bagian 1)

Saat ini pabrikan otomotif sedang berlomba-lomba mengembangkan mesin dengan energi alternatif. Namun, di tengah persaingan ketat tersebut. Nyatanya ada yang masih mengembangkan mesin konvensional, karena masih ada ruang untuk mengoptimalkan teknologi mesin berbahan

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini pabrikan otomotif sedang berlomba-lomba mengembangkan mesin dengan energi alternatif. Namun, di tengah persaingan ketat tersebut. Nyatanya ada yang masih mengembangkan mesin konvensional, karena masih ada ruang untuk mengoptimalkan teknologi mesin berbahan bakar fosil tersebut.

Agak mengherankan memang, di zaman minyak sudah mulai menipis dan pemanasan global semakin jelas efeknya, mereka masih fokus di mesin seperti itu. Tapi hasilnya, memang membuat yang mengerti cara kerja mesin berucap, “brilliant!” Meski, efek alami tadi, juga memunculkan kesan, inilah evolusi terakhir mesin-mesin konvensional, sebelum semua mobil mengandalkan dinamo listrik.

Infiniti dan Mazda mengeluarkan teknologi baru yang sama sekali tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Infiniti, merek mewah Nissan keluar dengan mesin yang bisa menghasilkan kompresi yang berubah-ubah. Sementara Mazda lebih gila lagi, menggabungkan cara kerja mesin diesel ke dalam mesin bensin empat silinder. Penjelasannya ada di bawah. Tapi harus kami ingatkan, ini sangat teknis.

Variable Compression (VC) Engine Oleh Infiniti

Toyota Avanza dan mobil-mobil mainstream rata-rata punya rasio kompresi tetap, 10:1. Kecuali produk Mazda, dengan mesin SKYACTIV yang bisa mencapai 14:1. Nah, Infiniti sukses mengembangkan mesin unik yang mampu menghasilkan kompresi berubah-ubah sesuai keadaan dan kebutuhan. Kuncinya ada di komponen penggerak piston, yang memungkinkan piston menyesuaikan posisi tertingginya saat sedang kompresi (bergerak ke atas).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Pada mesin biasa piston dikunci pada kruk. Pergerakan naik-turun piston kemudian menghasilkan putaran kruk as, yang memutarkan transmisi, dan seterusnya. Pada VC Engine, ada tambahan komponen di bawah kruk as: multi-link, control shaft, actuator arm dan harmonic drive.

Harmonic drive menggerakkan actuator arm, yang kemudian mengubah sudut control shaft yang tersambung dengan multi-link. Perubahan sudut tersebut mengubah juga sudut multi-link. Karena multi-link ini tersambung dengan setang piston, maka saat sudutnya berubah, posisi piston juga ikut tertarik (lebih rendah atau lebih tinggi) di dalam silinder. (Videonya bisa dilihat di sini)

Yang jadi pertanyaan, kenapa harus berubah-ubah begitu? Jawabannya tidak jauh dari efisiensi penggunaan BBM, sembari menjaga performa tetap tinggi. VC engine memiliki konfigurasi empat silinder segaris, dengan imbuhan turbocharger. VC engine menghasilkan tenaga maksimum 274 Tk. Kompresinya berkisar antara 8:1 hingga maksimal 14:1.

Rasio kompresi rendah menghasilkan tenaga yang maksimal, apalagi Infiniti membekalinya dengan turbocharger. Saat beban mesin lebih ringan, seperti sedang stasioner atau berjalan pelan, komputer memerintahkan harmonic drive untuk bergerak meninggikan kompresi. Anda tentu paham, mesin dengan kompresi tinggi memiliki tingkat konsumsi BBM yang lebih rendah.

Untuk membuat lebih efisien lagi, Infiniti membekali kemampuan mesin untuk berubah siklus. Dari siklus biasa menjadi Atkinson Cycle, saat mesin berputar dengan beban ringan. Siklus Atkinson membuka katup sedikit saat piston sedang kompresi. Efeknya, langkah turun piston yang memutarkan kruk as dan sebagainya, jadi lebih cepat. 

Sumber : Oto.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini