Sukses

Orang Kaya Ini Minta Maaf Atas Omongan Kritik Pekerja

Salah satu orang terkaya di Australia Tim gurner telah meminta maaf setelah ia mengatakan bahwa pengangguran harus melonjak untuk mengingatkan para pekerja yang sombong akan posisi mereka.

Liputan6.com, Jakarta Salah satu orang terkaya di Australia telah meminta maaf setelah ia mengatakan bahwa pengangguran akan melonjak untuk mengingatkan para pekerja perihal etiket mereka.

"Kita perlu melihat kondisi dalam perekonomian," kata Tim Gurner. Namun, Gurner kemudian mengatakan bahwa ia "sangat" menyesali komentar tersebut, yang memicu reaksi global.

Melansir BBC, Senin (18/9/2023), dia sebelumnya telah menjadi berita utama dengan mengatakan bahwa anak muda tidak mampu membeli rumah karena mereka menghabiskan terlalu banyak uang untuk roti bakar alpukat.

Video komentarnya menjadi viral, menarik lebih dari 23 juta penonton dan kritik keras secara online.

Berbicara dalam sebuah konferensi properti minggu ini, pria berusia 41 tahun ini mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah sikap dan etika kerja para karyawan menjadi lebih buruk - dengan memilih para tukang bangunan sebagai contohnya.

Pemilik pusat kebugaran yang berubah menjadi maestro real estat ini mengklaim bahwa pergeseran tersebut memukul produktivitas di sektor ini.

Dia mengingatkan jika tingkat pengangguran di negara ini yang saat ini sebesar 3,7% harus melonjak sebesar 40-50% untuk mengurangi apa yang disebutnya "kesombongan di pasar tenaga kerja". Hal ini akan membuat lebih dari 200.000 orang kehilangan pekerjaan.

"Telah terjadi perubahan sistematis di mana para karyawan merasa bahwa pemberi kerja sangat beruntung memiliki mereka," kata Gurner.

"Kita perlu mengingatkan orang-orang bahwa mereka bekerja untuk pemberi kerja, bukan sebaliknya."

Namun kemudian, Gurner mengatakan dalam sebuah posting di LinkedIn bahwa dia telah "membuat beberapa pernyataan tentang pengangguran dan produktivitas di Australia yang sangat saya sesali dan salah".

Dia mengatakan bahwa ada "percakapan penting yang harus dilakukan dalam lingkungan inflasi yang tinggi ini, tekanan harga pada perumahan dan penyewaan karena kurangnya pasokan, dan masalah biaya hidup lainnya".

Dia mengatakan komentarnya "sangat tidak sensitif" terhadap karyawan, pedagang, dan keluarga "di seluruh Australia" yang terpengaruh oleh tekanan biaya hidup dan kehilangan pekerjaan.

Gurner menambahkan bahwa dia menghargai bahwa kehilangan pekerjaan "memiliki dampak yang mendalam" pada pekerja "dan saya dengan tulus menyesal bahwa kata-kata saya tidak menyampaikan empati kepada mereka yang berada dalam situasi tersebut".

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Serangan Balik

Pernyataan Gurner muncul di saat banyak perusahaan sedang bergumul dengan para karyawannya terkait isu-isu seperti kerja jarak jauh dan gaji.

Pergeseran sikap terhadap pekerjaan juga menjadi bahan diskusi yang luas di media sosial, sehingga memunculkan tagar seperti "diam-diam berhenti", sebuah istilah yang dimaksudkan untuk menggambarkan keputusan untuk berhenti bekerja lebih dari yang diminta oleh atasan.

Kemudian "pekerjaan pemalas", yang merujuk pada posisi yang bergaji tinggi dan fleksibel yang menawarkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang lebih baik.

Komentar Gurner sebelumnya, yang dibagikan oleh Australian Financial Review (AFR) yang menjadi tuan rumah pertemuan tersebut, menuai kecaman di platform media sosial seperti X (sebelumnya Twitter), TikTok, dan LinkedIn.

Mereka juga dikecam oleh anggota parlemen Australia dari berbagai kubu politik. Anggota parlemen dari Partai Buruh Jerome Laxale mengatakan bahwa itu adalah "komentar yang Anda kaitkan dengan penjahat super kartun", sementara anggota parlemen dari Partai Liberal Keith Wolahan mengatakan bahwa itu "sangat tidak masuk akal".

"Hilangnya pekerjaan bukanlah sebuah angka. Hal ini membuat orang-orang berada di jalanan dan bergantung pada bank makanan," kata Wolahan kepada AFR.

Anggota parlemen AS Alexandria Ocasio-Cortez juga mengkritik raja properti ini. "Pengingat bahwa para CEO besar telah meroketkan gaji mereka sendiri sehingga rasio gaji CEO dan pekerja sekarang berada di level tertinggi yang pernah tercatat," tulisnya di X.

Namun, pihak lain - seperti ketua Dewan Mineral Australia Andrew Michelmore - membelanya.

"Karyawan sudah terbiasa mendapatkan jumlah uang yang sama namun tidak bekerja dengan jam kerja yang sama," kata Michelmore kepada AFR.

Gurner adalah kepala eksekutif dan pendiri Gurner Group dan diperkirakan memiliki kekayaan sebesar A$929 juta (Rp 11,5 triliun).

Dia sebelumnya pernah berbicara tentang bagaimana pinjaman dari kakek dan mantan bosnya membantunya memulai sebagai pemilik bisnis.

Gurner juga pernah membuat komentar kontroversial yang mengkritik pembeli rumah muda atas kebiasaan belanja mereka, dengan mengatakan pada tahun 2017 bahwa ketika dia menabung untuk rumah pertamanya, dia "tidak membeli alpukat yang sudah dihancurkan seharga $19 dan empat kopi dengan harga masing-masing $4".

Hal ini menimbulkan perdebatan, dan mendorong BBC untuk bertanya: berapa potong roti bakar alpukat yang dibutuhkan untuk membeli rumah?. Ternyata di London pada saat itu, pembeli harus membeli 24.499 roti bakar alpukat.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.