Sukses

Korban Rasisme Dapat Terpengaruh Kesehatannya

Rasisme dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan peradangan, seperti rheumatoid arthritis dan penyakit radang autoimun.

Liputan6.com, Jakarta Rasisme adalah perbedaan perilaku dan ketidaksetaraan berdasarkan warna kulit, ras, suku, dan asal-usul seseorang yang membatasi atau melanggar hak dan kebebasan seseorang.Orang yang mengalami rasisme sistematis berdampak negatif kesehatan mentalnya.

Melansir CNBC, Selasa (24/1/2023), hal itu dapat menyebabkan penyakit yang berhubungan dengan peradangan, seperti rheumatoid arthritis dan penyakit radang autoimun.Dalam penelitian tersebut menjadi salah satu dari sedikit penelitian yang mempertimbangkan bagaimana lingkungan, bukan hanya genetika atau sifat keturunan, memengaruhi biologi.

“Bagaimana kita memperlakukan orang dan bagaimana kita berinteraksi memiliki dampak besar pada bagaimana hal itu memengaruhi biologi Anda. Hubungan antarpribadi itu dapat berdampak besar hingga mikrobioma Anda,” kata Aparna Gupta, seorang profesor di University of California.

• Diskriminasi ras menyebabkan ‘lebih banyak peradangan dalam tubuh’Diskriminasi berdasarkan ras atau etnis banyak berhubungan dengan lebih banyak peradangan dalam tubuh yang menyebabkan perubahan mikrobioma yang menyebabkan respons peradangan.

Respon peradangan kronis semacam ini dapat menyebabkan hasil kesehatan yang negatif.Contohnya di Amerika Serikat, orang kulit hitam kerap mendapatkan diskriminasi. Membuat mereka mengalami peningkatan kadar bakteri usus yang berhubungan dengan rheumatoid arthritis dan penyakit radang autoimun jika dibandingkan dengan orang kulit putih.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hal Mempengaruhi Lainnya

• Stressor atau cedera itu masih ada

Efek mental juga bervariasi antar ras, tetapi semua ras mengalami peningkatan gairah emosional atau bagian otak yang terkait dengan pertarungan atau pelarian.Menurut Studi orang Amerika keturunan Asia mengalami peningkatan konektivitas dalam jaringan sensorimotor, yang menunjukkan fungsi sensorik yang terganggu dan sering diamati pada pasien dengan gangguan depresi berat.

Sedangman orang berkulit hitam mengalami peningkatan konektivitas di bagian otak yang terkait dengan refleksi diri. Hal tersebut yang membuat mereka mampu mengingat pengalaman menyakitkan dengan tenang.

Mungkin itu yang membuat mereka yang mengalami rasisme tampak baik-baik saja. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa ketidaknyamanan ini mungkin terungkap dengan cara yang lain.

“Anda yang telah mengalami diskriminasi dalam waktu yang lama, untuk dapat berfungsi dengan baik lagi membuat anda harus menemukan cara untuk mengatasinya secara mental, baik melalui ketahanan atau refleksi diri. Tapi pemicu stres atau cedera itu masih ada. Orang kulit hitam lebih menginternalisasikannya secara biologis,” kata Dong dan Gupta, asisten profesor di UCLA.

Penulis: Nita Suci Lydiarti

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.