Sukses

Mengenal Melasma yang Biasa Terjadi pada Kulit

Masalah kulit ini bisa terjadi pada siapa pun, baik wanita atau pun pria.

Liputan6.com, Jakarta Munculnya bercak hitam atau terjadinya perubahan warna pada kulit wajah menjadi tanda bahwa sedang ada masalah.

Bagi yang belum tahu, masalah tersebut bernama melasma. Meski sulit diobati, melasma ini tidak berbahaya jika dilihat dari sudut pandang kesehatan.

Masalah kulit ini bisa terjadi pada siapa pun, baik wanita atau pun pria. Menurut American Academy of Dermatology (AAD), wanita paling mungkin mengalami melasma. Sedangkan bagi pria, itu mungkin terjadi hanya sekitar 10 persen.

Lantas Apa Itu melasma?

“Melasma adalah kondisi kulit yang menyebabkan perubahan warna dan bercak-bercak hitam pada kulit. Bercak ini lebih gelap dari warna kulit Anda dan cenderung terlihat coklat atau abu-abu kecoklatan,” jelas salah satu dokter kulit bersertifikat di Riverchase Dermatology di Miami, Florida Annie Gonzalez seperti melansir laman Lifestyle Asia, Selasa (04/01/2022).

Lebih lanjut Gonzalez menjelaskan, bercak gelap yang terkadang dikenal sebagai hiperpigmentasi cenderung muncul di wajah.

Utamanya di area dahi, pipi, dan bibir atas. Selain itu, tambahnya, melasma juga bisa muncul di punggung, leher, atau lengan bawah.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Penyebab Melasma

Terkait hal ini, sebetulnya para ahli pun tidak benar-benar mengetahui apa saja penyebab munculnya melasma.

“Ini tidak sepenuhnya diketahui apa pemicu melasma, kami tidak tahu bahwa itu adalah kombinasi dari hormon, paparan sinar matahari , dan genetika,” jelas salah satu dermatolog bersertifikat dan pendiri dan direktur medis dari The Derm Institute of Chicago Jordan Carqueville.

Di sisi lain, paparan sinar matahari sebetulnya memang berperan penting terhadap kejadian hiperpigmentasi, bisa jadi termasuk melasma ini.

Sinar UV menghilangkan melanosit, sel-sel di kulit kita yang menghasilkan pigmen, menjadi overdrive. Oleh sebab itu, seseorang dengan kulit yang lebih gelap mungkin lebih rentan terkena melisma. Hal ini, kata Gonzalez, mereka memiliki jumlah melanosit aktif yang lebih tinggi di kulitnya.

Dengan demikian, komponen hormonal inilah yang kemudian membedakan melasma dari jenis hiperpigmentasi lainnya. Lebih khusus lagi, estrogen adalah biang keladinya, kata Carqueville.

Itu menjadi alasan mengapa melasma bisa sering terjadi selama proses kehamilan. Setidaknya sekitar 15 hingga 50 persen wanita hamil akan mengalami melisma ini. Terutama selama trimester ketiga, ketika kadar estrogen berada pada level tertinggi, tutur Gonzalez.

Selain kehamilan, tambah Gonzalez, stres juga bisa menjadi faktor penyebabnya. Hal ini karena stres dapat meningkatkan kadar hormon kortisol dalam tubuh. Dari situlah kemudian dapat meningkatkan jumlah estrogen. Itu pun berlaku pada penggunaan pil KB yang dapat memicu melisma.

Pencegahan Melasma

“Anda tidak dapat serta merta mencegah melasma karena dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti hormon dan genetika yang tidak dapat dikontrol,” ujar Gonzalez. Sebab, 30 hingga 50 persen orang yang menderita melasma mengatakan bahwa keluarga terkedekatnya terkadang mengalami hal tersebut..

Namun, ada beberapa faktor yang mungkin bisa Anda kendalikan, seperti paparan sinar matahari. Jangan hanya menggunakan tabir surya yang mengandung SPF 30 setiap hari, tetapi juga memakai topi, mencari tempat teduh, atau hal lain untuk menghindari sinar matahari langsung.

 

 

3 dari 3 halaman

Perawatan Kulit Melasma

Seperti yang sudah dikatakan, melasma adalah kondisi yang tidak berbahaya, kata Gonzales. Itu berarti bisa menjadi hal yang estetis.

Akan tetapi, jika Anda tidak terlalu tertarik dengan munculnya bercak-bercak yang lebih gelap di wajah, ada beberapa pilihan perawatan yang bisa dilakukan. Sebagai informasi, melasma tidak hanya ada di epidermis (lapisan permukaan kulit), tetapi bisa juga ditemukan di dermis (lapisan kulit yang lebih dalam), kata Carqueville.

Untuk pasien yang tidak hamil, obat topikal yang mengandung hidrokuinon atau asam kojic cenderung memiliki tingkat keberhasilan tertinggi dalam mengurangi munculnya melasma, kata Carqueville.

Kedua bahan tersebut secara khusus mampu bekerja dengan cara menghambat produksi enzim yang dibutuhkan agar melanin, atau pigmen, diproduksi.

Selain itu, microneedling dan peeling juga dapat membantu. Peeling membantu mengangkat beberapa pigmen permukaan, sementara microneedling meningkatkan penyerapan dan kemanjuran produk perawatan topikal, jelas Carqueville.

Di samping itu, bahkan laser juga dapat membantu. Ini termasuk cara yang baik untuk menargetkan dan memecah pigmen pada berbagai tingkat di kulit.

Karena panas juga dapat memicu melasma, jadi diperlukan laser yang tidak akan menghasilkan cukup panas sehingga tidak dapat memperburuk keadaan.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini