Sukses

TB Silalahi: Agus Harimurti Pantas Capres, Tapi Bukan 2014

Agus Harimurti Yudhoyono dinilai pantas menjadi calon presiden, tapi bukan untuk pemilu 2014.

Sekretaris Dewan kehormatan Partai Demokrat Tiopan Bernhard Silalahi atau TB Silalahi menepis pemberitaan media Australia, The Australian, yang menyebut Ibu Negara Ani Yudhoyono menyiapkan putra sulungnya Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon presiden.

"Ini sudah dibantah Pak Sudi. Agus itu akan berkembang kariernya dengan baik, menonjol. Jadi capres saya kira pantas sekali, tapi bukan 2014. Karena masih muda sekali. Pangkatnya masih letnan kolonel," kata TB Silalahi kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (15/12/2013).

Dia menilai, badan intelijen Australia tidak perlu melakukan penyadapan. Karena hal itu sudah menjadi berita umum dan diketahui semua orang. "Jadi itulah, kenapa saya beritahukan mereka tidak ada nilai intelijennya," ujarnya.

Mantan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu mengatakan, kalau benar alasan ingin membangun dinasti dengan menjadikan Agus Harimurti sebagai penerus yang membuat Australia menyadap Ibu Ani, itu hanya mencari-cari alasan.  "Mencari saja itu PM nya. Itu pada prinsipnya sudah mengakui (penyadapan), walaupun tidak akui (secara langsung).

Dalam dokumen yang dibocorkan oleh WikiLeaks, seperti dilansir laman The Australian dan dikutip Liputan6.com, Minggu (15/12/2013), Ani digambarkan sebagai penasihat paling berpengaruh terhadap SBY.

Intelijen dan agen mata-mata di Canberra penasaran dibuat Bu Ani. Mereka mencurigai, perempuan bernama lengkap Kristiani Herawati itu tengah merencanakan pembangunan dinasti keluarga yang berpuncak pada dijadikannya sang putra sulung, Agus Harimurti Yudhoyono sebagai presiden.

Penyadapan yang dilakukan badan intelijen Australia terhadap Presiden SBY dan Ibu Ani dan petinggi negara lainnya sebelumnya diungkap oleh mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden. Ponsel SBY, Ibu Ani, pejabat negara lainnya disadap pada 2009. (Mvi/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini