Sukses

Mahasiswa Tewas Diduga Dianiaya Senior, STIP Jakarta Akan Keluarkan Pelaku

Polisi telah memeriksa 10 orang saksi dan mengamankan senior korban yang diduga terlibat penganiayaan hingga menyebabkan mahasiswa tingkat 1 STIP Jakarta tewas.

Liputan6.com, Jakarta - Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) menegaskan bahwa budaya kekerasan atau aksi perpeloncoan senior kepada junior di kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tersebut sudah hilang.

"Tidak ada budaya pelonco di kampus ini, dan itu penyakit turun temurun yang sudah dihilangkan," kata Ketua STIP Ahmad Wahid menanggapi kasus mahasiswa STIP Jakarta yang tewas diduga akibat penganiayaan di kampus, Jumat (3/5/2024).

Wahid menyatakan, dirinya sudah satu tahun bertugas di kampus STIP Jakarta dan tidak ada budaya perpeloncoan.

Karena itu, dia menyebut, kasus taruna tingkat satu berinisial P yang meninggal dunia pada Jumat pagi itu di luar kuasa dirinya. Sebab, peristiwa itu terjadi di luar program yang dibuat kampus.

"Budaya itu sudah kami hilangkan, (kasus dugaan penganiayaan) itu murni person to person," kata Wahid, seperti dikutip dari Antara.

Ia mengatakan aksi tersebut terjadi di luar program belajar yang dibuat kampus dan terjadi di kamar mandi. Meski begitu, STIP Jakarta akan menindak tegas pelaku penganiayaan tersebut.

"Kami akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang terbukti melakukan penganiayaan dengan mengeluarkan pelaku," kata dia.

Ia menegaskan, STIP Jakarta tidak akan cuci tangan atas tewasnya taruna tingkat satu kampus pelayaran tersebut. "Kami tidak akan cuci tangan," katanya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Polisi Amankan Senior Korban

Sebelumnya, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengatakan telah memeriksa 10 orang saksi untuk mengusut kasus kematian mahasiswa STIP Jakarta di kampus. Korban P (19) mahasiswa tingkat 1 dilaporkan meninggal dunia diduga akibat penganiayaan.

"Kami secara berjalan memeriksa 10 orang saksi untuk mengungkap kasus tewasnya taruna STIP dan memang ada dugaan penganiayaan dari seniornya," kata dia.

Dalam kasus ini, polisi juga telah mengamankan terduga pelaku penganiayaan. Mereka adalah senior-senior yang diduga menganiaya korban hingga menyebabkan hilangnya nyawa.

"Sudah (diamankan)," ujar Gidion kepada wartawan, Jumat (3/5/2024).

Sementara itu, jenazah korban telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur untuk dilakukan autopsi guna penyidikan lebih lanjut.

3 dari 4 halaman

Bukan Kali Pertama Terjadi

Aksi pelonco berbalut kekerasan yang dilakukan senior kepada junior di STIP Marunda Jakarta Utara bukan yang pertama terjadi.

Kasus serupa pernah beberapa kali terjadi dan menewaskan taruna yang masih junior akibat aksi kekerasan tersebut.

Pada Jumat ini, seorang taruna angkatan satu (2023) berinisial P dari Bali tewas di kamar mandi kampus tersebut dan diduga karena dianiaya seniornya.

Sebelumnya, ada nama taruna STIP angkatan 2016 Amirullah Adityas yang tewas pada 10 Januari 2017.

Kemudian Dimas Dikita Handoko tewas pada 25 April 2014 setelah dianiaya senior bersama enam rekan seangkatan.

Setelah itu ada nama taruna STIP Daniel Roberto Tampubolon yang tewas pada 6 April 2015 dan taruna Agung Bastian pada 2008 yang tewas dianiaya senior dan terungkap setelah korban tiga hari dimakamkan.

 

4 dari 4 halaman

Awal Mula Kasus Terungkap

Kasus dugaan kekerasan ini diketahui setelah Polres Metro Jakut menerima laporan terkait adanya kematian mahasiswa STIP Jakarta tingkat 1. Menurut Gidion, korban saat itu dibawa ke Rumah Sakit Tarumajaya Hospital.

"Jadi awalnya, kami Polres Metro Jakut menerima laporan polisi (LP) meninggalnya seseorang berinisial P. Pada waktu kondisi meninggal ini ada di Rumah Sakit Tarumajaya. yang bersangkutan adalah salah satu mahasiswa tingkat 1 di STIP," ucap dia.

"Kemudian setelah kita melakukan penelusuran kita koordinasi dengan pihak sekolah, memang benar bahwa yang bersangkutan adalah siswa dari STIP yang ada di Cilincing ini," tambah Gidion.

Dia mengatakan, pihaknya mengerahkan anggota untuk menelusuri penyebab kematian korban. Sementara itu, jasad korban dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati.

"Sebab-sebab meninggalnya masih kita telusuri. Kita masih melakukan pemeriksaan laboratoris secara forensik dilakukan pemeriksaan visum oleh dokter yang berkompeten," terang Gidion.

Menurut dia, total ada 10 orang yang dimintai keterangan sebagai saksi guna mengetahui peristiwa yang terjadi. Berdasarkan pemeriksaan, ada dugaan kekerasan yang dilakukan oknum seniornya tingkat dua dalam kegiatan tadi pagi.

"Dilakukan (dianiaya) oleh senior-seniornya terhadap anak atau korban. Tapi kami masih mendalami secara utuh bagaimana rangkaian peristiwanya," tandas Gidion.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.