Sukses

Hindari Jeratan UU ITE, Ini Ajakan Teuku Riefky untuk Masyarakat Aceh

Pada kesempatan itu, TRH juga memaparkan bahwa Microsoft beberapa waktu lalu mengeluarkan hasil dari sebuah survei yang mendapati bahwa Indonesia merupakan negara Asia Tenggara dengan tingkat kesopanan yang paling rendah di dunia maya.

Liputan6.com, Jakarta Untuk menghindari jeratan Undang-Undangan Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Wakil Ketua Komisi I DPR RI, Teuku Riefky Harsya (TRH) mengajak masyarakat Aceh untuk menjaga etika di ruang digital. Demikian disampaikannya saat mengisi acara Ngobrol Legislator dengan tema Menjadi Pejuang Anti Hoax di Ruang Digital yang berlangsung secara virtual, Selasa (19/3).

"Mengabaikan netiket (etika berinternet) dapat berpotensi terjadinya pelanggaran hukum dan bisa terjerat UU ITE, sebagai contoh belakangan ini kasus yang paling banyak terjadi karena kurangnya kesadaran menjaga etika di ruang digital ialah pencemaran nama baik, tentu hal ini harus kita hindari dan jaga bersama-sama," katanya dihadapan ratusan masyarakat Aceh yang hadir mengikuti kegiatan hasil kerja sama antara Kementerian Kominfo RI dan Komisi I DPR-RI yang digelar secara virtual.

Lebih lanjut, TRH juga memahami netiket dan menyosialisasikan merupakan tugas dan tanggung jawab bersama, dengan menjaga etika berkomunikasi di ruang virtual, maka dengan positif telah menjaga ruang digital Indonesia menjadi lingkungan yang lebih baik.

"Etika berinternet harus menjadi pondasi utama pemahaman kita sebelum masuk berinteraksi, sadar etika adalah kewajiban bagi seluruh netizen," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Demokrat tiu.

Pada kesempatan itu, TRH juga memaparkan bahwa Microsoft beberapa waktu lalu mengeluarkan hasil dari sebuah survei yang mendapati bahwa Indonesia merupakan negara Asia Tenggara dengan tingkat kesopanan yang paling rendah di dunia maya.

"Fakta ini tentu mencengangkan dan membuat kita miris," ujar anggota DPR RI asal Aceh ini.

Menurut TRH, Indonesia selama ini yang dikenal sebagai bangsa yang ramah dan mengedepankan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dikenal sebagai bangsa dengan budaya sopan santun yang tinggi, namun penetrasi internet yang sangat pesat telah dengan cepat pula mengubah pola kebiasaan dan kebudayaan di dunia maya.

"Ini tentu tidak boleh dibiarkan dan jangan sampai pola internet ini memengaruhi kehidupan sosial dalam kehidupan sehari-hari, sehingga persepsi atau image positif tentang bangsa Indonesia yang penuh toleransi dan kesopanan ini menjadi tergerus," ujarnya.

TRH menjelaskan, penggunaan dan pemanfaatan internet dengan bijak merupakan tanggung jawab bersama, panduan dan kaidah normatif berperilaku di lingkungan internet harus terus disosialisasikan untuk kemudian menjadi budaya dalam berselancar di dunia maya.

"Acuan dan panduan dalam sikap inilah yang saat ini kita kenal dengan netik atau netiket dengan memahami dan mematuhi netiket ini maka akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas komunikasi dan interaksi dengan pihak lain dan menekan terjadinya cek-cok dan salah paham yang berujung pada pecah belah," ujarnya.

Selain TRH, kegiatan yang dimoderatori Reni Risty tersebut juga diisi oleh Founder Bicara Project, Joddy Caprinata dan Akademisi Universitas Serambi Mekkah, Munawir.

 

 

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.