Sukses

Puluhan Desa di Bogor Alami Kekeringan, Adian Napitupulu Minta Pemerintah Bertindak

Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu mengatakan, puluhan desa di Bogor, Jawa Barat mengalami kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan.

Liputan6.com, Jakarta Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Adian Napitupulu mengatakan, puluhan desa di Bogor, Jawa Barat mengalami kekeringan akibat kemarau yang berkepanjangan.

"Saya sudah berkeliling lebih dari 30 desa dalam tiga minggu terakhir, dan saya menemukan banyak desa-desa kabupaten Bogor di Kecamatan Rumpin, Cariu, Jonggol dan sebagainya yang sedang mengalami dampak kekeringan akibat kemarau panjang," kata dia melalui video keterangannya, Minggu (9/3/2023).

Anggota DPR RI ini meminta, pemerintah baik pusat maupun daerah untuk dapat menanggulangi bencana kekeringan yang melanda sejumlah desa tersebut.

"Untuk itu saya minta agar Bupati Kabupaten Bogor, Gubernur Jawa Barat, Menteri PUPR, Menteri Sosial, Presiden Republik Indonesia agar segera membangun persiapan infrastruktur air bersih bagi rakyat. Agar mereka tidak mencuci, minum air di tempat yang tidak sesuai standar kesehatan bagi manusia," ungkap Adian.

Dia memetaforakan bahwa jarak Bogor hanya puluhan kilometer dari Istana Merdeka dan Gedung DPR. Sehingga tak ada alasan untuk tidak bergerak membantu masyarakat akan ancaman kekeringan tersebut.

"Saya berharap dengan jarak yang sangat dekat itu negara bisa bertindak dengan cepat. Kami tunggu kehadirannya dan perbaikan infrastrukturnya," jelas Adian.

Sebelumnya, Pemerintah Jawa Barat mengklaim telah melakukan berbagai persiapan menghadapi musim kering panjang.

Menurut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, seluruh lintas instansi dan pemegang kebijakan telah disiapkan untuk mengantisipasi dampak musim kering saat ini.

Salah satu caranya adalah dengan adalah dengan melakukan modifikasi cuaca melalui Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membentuk awan hujan.

"Sudah disiagakan dan Insyaallah menurut BMKG di bulan Oktober awan-awan mulai banyak. Jadi kita berharap di bulan ini terakhir dari kekeringan dan mulailah musim penghujan," ujar Ridwan Kamil dalam siaran persnya, Bandung, Selasa, 22 Agustus 2023.

Ridwan Kamil mengaku belum mendapatkan informasi soal dampak kekeringan secara resmi dari BMKG.

Namun, informasi yang diterima olehnya terdapat beberapa kejadian kebakaran yang terjadi di sejumlah wilayah Provinsi Jawa Barat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pengamatan BMKG

Sebelumnya, pada awal Agustus 2023, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat Perubahan iklim.

"Dampak Perubahan iklim yang demikian besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan adaptasi. Jika tidak, maka ketahanan pangan nasional akan terancam," ungkap Dwikorita dalam keterangan resminya.

Dwikora menjelaskan perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan.

Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.

Dwikorita mengungkapkan bahwa fenomena El Nino dan IOD Positif yang terjadi membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah.

"Puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022," ucap Dwikora.

Dwikora menjelaskan jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini