Sukses

IDI: Semprot Air ke Jalan untuk Cegah Polusi Udara Sudah Sesuai Studi Ilmiah

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Iqbal Mochtar menilai upaya mengurangi polusi udara dengan menyemprotkan air ke jalan sudah sesuai dengan landasan ilmiah.

Liputan6.com, Jakarta Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Pengurus Pusat Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Iqbal Mochtar menilai upaya mengurangi polusi udara dengan menyemprotkan air ke jalan sudah sesuai dengan landasan ilmiah.

Iqbal Mochtaer mengungkapkan bahwa pernah ada studi ilmiah yang menyebut bahwa penyemprotan air dapat mengurangi debu sebesar 30-40 persen.

"Ada salah satu studi yang pernah dilakukan yang disebut central pollution control board bahwa terjadi penurunan sekitar di 30-40 persen partikulat debu yang ada di udara setelah dilakukan sprinkle. Jadi penyiraman di jalanan atau di tempat-tempat banyak debu ini memang ada landasannya," kata Iqbal kepada merdeka.com, Minggu (27/8/2023).

Meski demikian, ujar Iqbal, hal itu hanyalah upaya menekan polusi dari hilir. Seharusnya, Pemprov DKI Jakarta mengatasi persoalan ini dari hulu atau penyebab polusi udara itu sendiri.

"Hulunya sebenarnya apa? Apa yang menyebabkan terjadinya polusi udara yang berlebihan ini? Apakah karena emisi kendaraan yang berlebihan atau karena industrial waste atau karena faktor-faktor lain. Ini sebenarnya yang harus dikontrol dalam kondisi seperti ini," ujar Iqbal.

Maka dari itu, saran Iqbal, pemerintah harus bisa mendorong warganya untuk beralih ke transportasi umum. Kemudian, dapat dilakukan juga kontrol terhadap emisi industri.

"Kita harus melakukan implemintasi urban planning dan ruangan-ruangan yang hijau seperti kita memperbanyak kebun-kebun, taman-taman dan sebagainya," kata Iqbal.

"Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah kita melakukan peningkatan efisiensi emisi dari kendaraan. Jadi dites berapa kadar emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan tersebut," sambungnya.

Terakhir, Iqbal juga berharap masyarakat memiliki pengetahuan dan kewaspadaan terkait isu polusi udara. Sebab, permasalahan ini terjadi terus menerus dan perlu menjadi perhatian.

"Jadi kita tidak hanya semacam pemadam kebakaran yang datang bila ada kebakaran. Mestinya upaya untuk mengontrol dan me-manage polusi udara ini dilakukan secara kesinambungan dan melibatkan seluruh sektor yang ada di negeri ini," kata Iqbal.

Baca juga: Pro Kontra Semprot Air ke Jalan untuk Tekan Polusi Udara, Ini Bukti Ilmiahnya

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Greenpeace Indonesia: Semprot Air ke Jalan Aksi Reaktif, Bukan Solutif

Sementara itu, Juru Kampanye Keadilan Perkotaan Greenpeace Indonesia, Charlie Albajili, menyatakan bahwa langkah-langkah ini semata aksi reaktif, bukan solutif.

"Yang terpenting itu menyelesaikan persoalan dari akar masalahnya, lalu bertanggung jawab atas akibat yang ditimbulkan (polusi udara) pada warga," kata Charlie usai acara peluncuran seri parfum terinspirasi polusi "Our Earth" di Jakarta Pusat, Jumat (25/8/2023).

Menyemprot air dan menerapkan work from home (WFH) disebutnya sebagai "solusi jangka pendek sekali." "Tidak akan menyelesaikan masalah kalau tidak menyasar sumber-sumber pencemar, entah dari transportasi, industri, pembakaran sampah, maupun pembakaran batubara dari industri PLTU," ujar Charlie.

"Upaya (pemerintah) harus ambisius (dalam menuntaskan masalah polusi udara)," tegasnya.

"Pada 2021, indeks kualitas udara di Jakarta juga buruk. PM2.5-nya masih jauh di atas standar WHO. Padahal di titik itu, mobilitas masyarakat minim, karena semua dilakukan dari rumah. Jadi, sumbernya dari mana?"

Menurut Charlie, sudah seharusnya pemerintah membuka data, menunjukkan "apa saja industri yang mencemari udara," dan menggagas upaya konkret untuk mengontrolnya. Apa yang dilakukan sekarang untuk mengatasi polusi "tidak bisa dinilai sebagai upaya serius," katanya.

 

Reporter: Lydia Fransisca

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.