Sukses

HEADLINE: Mimpi SBY Naik Kereta Bersama Jokowi dan Megawati, Sinyalkan Rekonsiliasi Demokrat-PDIP?

Mimpi SBY naik kereta bersama Jokowi dan Megawati menuai banyak komentar. Tak sedikit yang menyebut mimpi SBY merupakan salah satu langkah politik menuju rekonsiliasi Demokrat-PDIP. Untuk itu, seberapa besar peluang rekonsiliasi tersebut?

Liputan6.com, Jakarta - Cuitan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) perihal mimpi naik kereta bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri tampaknya menyisakan kesan baru dalam dinamika politik di Indonesia.

Bukan tanpa sebab, Mimpi SBY tersebut terbilang menjadi peristiwa langka yang banyak ditafsikan sebagai langkah politik menuju lembaran baru hubungan antara Partai Demokrat dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Terlebih, kedua petinggi partai tersebut yakni Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Puan Maharani sebelumnya juga telah melakukan pertemuan di kawasan Senayan, Jakarta beberapa hari lalu.

Adapun dalam cuitannya, SBY bercerita didatangi oleh Presiden Jokowi di Kediamannya. Selepas itu, dirinya dan Mantan Wali Kota Solo tersebut menjemput Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk melakukan perjalanan menuju ke Stasiun Gambir.

"Saya bermimpi, di suatu hari Pak Jokowi datang ke rumah saya di Cikeas untuk kemudian bersama-sama menjemput Ibu Megawati di kediamannya. Selanjutnya kami bertiga menuju Stasiun Gambir," kata SBY.

Kemudian, SBY menyampaikan dalam mimpi tersebut, ketiganya sudah ditunggu Presiden ke-8 RI. Bersama Presiden ke-8 RI itu, mereka menyempatkan diri minum kopi sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.

"Di Stasiun Gambir, sudah menunggu Presiden Indonesia Ke-8 dan beliau telah membelikan karcis kereta api Gajayana ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur," tutur SBY.

Lebih lanjut, pada utasnya itu SBY menyebut usai minum kopi bersama Presiden RI ke-8, ketiganya kemudian melanjutkan perjalanan naik kereta api Gajayana.

"Di perjalanan, kami menyapa rakyat Indonesia dengan hangat. Rakyat yang pernah kami pimpin dengan penuh kesungguhan hati. Memimpin bangsa yang tak pernah sepi dari tantangan," ujar SBY.

Ketika kereta api Gajayana yang mereka naiki akhirnya sampai di Solo, SBY menyebut dia dan Jokowi turun di Solo.

SBY menyebut, ia melanjutkan perjalanan ke Pacitan, Jawa Timur dengan naik bus. Sementara Jokowi melanjutkan perjalanan untuk pulang ke kediamannya di Solo. Sedangkan Megawati terus melanjutkan perjalanannya ke Blitar, Jawa Timur.

"Sampai di Solo, Pak Jokowi dan saya turun dari kereta. Pak Jokowi kembali ke kediamannya, saya terus ke Pacitan dengan bus. Sedangkan Ibu Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar untuk berziarah ke makam Bung Karno," kata SBY.

Misteri Presiden ke-8 di Mimpi SBY

Direktur Eksekutif IndoStrategic Ahmad Khoirul Umam mengatakan, mimpi sejatinya masih menjadi misteri dalam dunia ilmu pengetahuan. Namun, di sebagian masyarakat mimpi juga dinilai memiliki makna yang dapat dipercayai sebagai suatu pemberian yang bersumber dari tuhan.

"Bagi sebagian pakar neurobiologis, mimpi dianggap sebagai ilusi pikiran sebagai hasil dari impuls listrik otak yang menarik pikiran secara acak dari ingatan dan hasil informasi yang terkumpul sepanjang hari," kata Umam kepada Liputan6.com, Rabu (21/6/2023).

"Namun ada kepercayaan dari berbagai latar belakang sosial, budaya dan agama, mimpi juga dipercayai memiliki arti, makna, atau bahkan pesan Tuhan yang dipercayai sebagai ilham," lanjutnya.

Untuk itu, terkait mimpi SBY, Umam menilai tentu tidak ada yang bisa menafsirkan makna atau arti dari perjalanan SBY dengan Jokowi dan Megawati tersebut. Namun, terdapat kesan bahwa SBY menginginkan Pemilu 2024 berjalan damai.

"Tidak ada yang bisa menafsirkan maknanya. Namun bisa saja, mimpi SBY itu sebagai representasi harapan bagi berjalannya Pemilu 2024 secara damai dan adil, sehingga para mantan pemimpin Indonesia seperti Bu Mega, Pak SBY dan Pak Jokowi sendiri bisa guyub, bersatu dan damai," ucapnya.

Kendati demikian, Umam menuturkan, mimpi SBY secara spekulatif bisa dipercaya sebagian pihak sebagai tanda-tanda akan bersatunya Megawati, SBY dan Jokowi pada putaran kedua Pilpres 2024 mendatang.

"Jadi ada pesan poltik rekonsiliasi (dalam mimpi SBY) yang kuat di sana. Tapi mimpi itu seolah masih menyisakan misteri, lalu Presiden RI ke-8 itu turun dimana?," pungkasnya.

Sedangkan Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin mengatakan, cuitan mimpi SBY dapat dinilai sebagai sebuah langkah untuk membuka pintu persahabatan baru antara SBY, Megawati dan Jokowi yang selama ini dihadap-hadapkan dalam posisi politik yang berbeda.

Menurutnya, langkah itu ditunjukan SBY agar dapat memperlihatkan bahwa ketiganya bisa untuk bergandengan tangan untuk membangun Indonesia ke depan.

"Mungkin SBY ingin membangun sebuah persahabatan yang baru atau komunikasi politik antara SBY dengan Megawati dan Jokowi. Selama ini SBY merasa dihadap-hadapkan atau menjadi lawan dengan Megawati maupun Jokowi. Untuk itu SBY ingin memperlihatkan ke publik sejatinya ada niat bisa bergandengan tangan dan bersinergi dengan Megawati-Jokowi untuk bisa membangun bangsa ke depan," kata Ujang kepada Liputan6.com, Rabu (21/6/2023).

"Untuk itu, saya melihatnya sebagai hal yang positif ketika semua pihak termasuk SBY ingin bergandengan tangan dengan Megawati dan Jokowi dalam konteks membangun Indonesia ke depan," lanjutnya.

Selain itu, Ujang berpandangan, cuitan SBY soal mimpi tersebut dimungkinkan juga bisa dimaknai sebagai sebuah rekonsiliasi kecil antara SBY, Megawati dan Jokowi. Mengingat, ketiganya di masa lalu memiliki persoalan yang membuat mereka berseteru.

"Saya melihatnya itu mungkin bagian dari langkah-langkah ingin membangun rekonsiliasi ke depan. Dan saya melihatnya ini sebagai suatu yang bagus dan positif untuk kepentingan bangsa. Sudah saatnya untuk duduk bersama besinergi melalu mimpi tersebut terjalin sebuah rekonsiliasi yang bagus kedepannya," ucapnya.

Kendati demikian, Ujang menilai, mimpi SBY tidak serta merta dapat dikaitkan dengan tindaklanjut rencana koalisi antara PDIP dan Demokrat. Menurutnya, hal itu sangat sulit dan tampak agak berat khususnya dalam dinamika politik saat ini.

"Kalau untuk itu (Koalisi Demokrat-PDIP) berat dan sulit. Saya melihatnya belum sampai kesana dan tidak mungkin dalam konteks politik saat ini. Karena Megawati juga punya skenario soal Cawapres. dan saya melihat itu bukan AHY," kata Ujang.

Oleh sebab itu, Ujang menyebut, cuitan mimpi SBY tidak lebih hanya sekedar langkah rekonsiliasi kecil antara SBY dengan Megawati dan Jokowi. Dan dia berharap hal itu dapat terjadi di masa depan untuk membuat rekonsiliasinya agar lebih besar meskipun banyak rintangan menghadang.

"Kalau kita berdoanya mudah-mudahan (rekonsiliasi) bisa terjadi. Meskipun banyak faktor halangan yang meliputi terjadinya rekonsiliasi besarnya. Salah satunya soal ego masing-masing," pungkasnya.

Adapun Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menilai, mimpi SBY soal satu gerbong kereta bersama Jokowi dan Megawati bisa menjadi suatu tanda adanya keinginan untuk melakukan peleburan politik atau rekonsiliasi antara ketiga tokoh tersebut.

Mengingat, seperti yang sudah diketahui, hubungan ketiganya khususnya SBY dan Megawati dapat disebut sudah membeku kurang lebih selama 2 dekade terakhir ini.

"Saya kira soal itu (mimpi SBY) bisa jadi langkah rekonsiliasi politik antara SBY dan Megawati yang selama kurang lebih 20 tahun hubungan politiknya rada membeku dan tidak mencair. Dan itu tentu akan berdampak bagaimana hubungan relatively membaik antara PDIP dan Demokrat," kata Adi kepada Liputan6.com, Rabu (21/6/2023).

Hal itu, kata Adi, tentunya akan menjadi hal baik bagi dinamika perpolitikan di Indonesia yang dimana akan membuat suasana politik menjadi kondusif dan teduh.

"Ini tentunya baik bagi perpolitikan kita kedepan. Karena suasana politik akan semakin kondusif dan menjadi teduh," ucapnya.

Selain itu, Adi menuturkan, apabila sudah terjadi rekonsiliasi politik antara SBY dan Megawati. Maka, sangat dimungkinkan hal itu menjadi pintu masuk yang cukup luas bagi Demokrat dan PDIP untuk berkoalisi di 2024.

"Jadi pernyataan Puan Maharani yang mengatakan AHY sebagai salah satu sosok potensial yang bisa mendampingi Ganjar itu adalah satu pernyataan yang cukup serius dan sebagai salah satu bentuk tawaran untuk berkoalisi di 2024," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kode Ajakan SBY terhadap Jokowi

Sementara itu, Pendiri Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKopi) Hendri Satrio (Hensat) mengatakan, secara komunikasi politik mimpi Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dapat dipandang sebagai kode ajakan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Ini sebetulnya kode saja, kode dari SBY kode ajakan kepada Pak Jokowi untuk ya memang bila sudah waktunya, ya kita kembali ke rumah masing-masing kembali menjadi rakyat," kata Hensat kepada Liputan6.com, Rabu (21/6/2023).

"Makanya Pak SBY bilang, Jokowi jemput saya lah nanti kita berdua jemput Bu Mega, kan itu urutan ya 7, 6, 5. Itu sebuah ajakan yang bagus karena memang sebagai presiden bila sudah tidak menjabat ya kembali sebagai rakyat," sambung dia.

Hensat menjelaskan, SBY mencoba mengajak Jokowi agar tidak takut dengan habisnya masa jabatan sebagai presiden. SBY, kata Hensat ingin menyampaikan kepada Jokowi bahwa setelah tidak lagi jadi presiden semua akan baik-baik saja.

"Intinya itu karenanya bahwa menjadi presiden semua akan baik-baik saja itu nampaknya mungkin belum sepenuhnya dipahami oleh Presiden Jokowi saat ini karena kan dia masih menjabat. Nah Pak Jokowi mestinya belajar dari SBY dan Megawati," jelas Hensat.

Menurut Hensat, mimpi ini juga dapat dilihat sebagai keinginan SBY untuk merekonsiliasi hubungan Demokrat-PDIP. Terlebih, kata dia Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Puan Maharani dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bertemu beberapa waktu lalu.

"Iya itu mungkin saja terjadi seperti itu kan ada Pak SBY dan Pak Jokowi menjemput juga Ibu Mega gitu ya. Jadi memang ada juga harapan untuk rekonsiliasi itu," ungkap Hensat.

Lebih lanjut, Hensat menilai mimpi SBY dan pertemuan Puan-AHY beberapa waktu belakangan, tak ada hubungannya untuk mewujudkan duet Ganjar-AHY.

"Saya rasa nggak ada hubungannya tweet itu dengan mewujudkan Ganjar-AHY," ucap dia.

Kendati demikian, Hensat menyakini peluang rekonsiliasi Demokrat-PDIP sangat besar. Mengingat ke depan bakal ada regenerasi baik di Demokrat maupun PDIP.

"Pasti akan besar, apalagi bila nanti kepemimpinan, kan ada regenerasi pasti Demokrat sudah lebih dulu dipegang oleh Mas AHY dan mungkin sebentar lagi juga dipegang oleh Mba Puan di PDI Perjuangan," kata dia.

Di sisi lain, Hensat tidak memandang mimpi SBY ini berkaitan dengan desakan untuk mengumumkan Cawapres Anies Baswedan. Sebab, kesepakatan ihwal cawapres telah diserahkan sepenuhnya kepada Anies.

Lebih lanjut, menurut Hensat SBY mengharapkan sosok presiden yang cerdas, merakyat, dapat diterima di dunia internasional, dan diterima oleh seluruh rakyat Indonesia, dan seorang presiden yang mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik.

"Kalau namanya, ya kalau Pak SBY Demokrat dan Demokrat koalisi perubahan sangat mungkin yang dibayangkan oleh SBY itu ya Anies Baswedan," kata dia.

Mimpi SBY adalah Harapan

Sebelumnya, Ketua Dewan Kehormatan Partai Demokrat Hinca Pandjaitan menjelaskan perihal cuitan mimpi SBY naik kereta bersama Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Hinca menuturkan, hal tersebut adalah bagian harapan dari SBY agar semua presiden rukun dan menyambut hangat presiden baru yang akan terpilih.

“Dia mengatakan harapannya itu bagus ya kalau seandainya Pak Jokowi ketemu dengan Pak SBY, toh sudah selesai kan? Yang lebih muda menemui yang lebih tua, nah terus berdua menemui ibu Mega yang lebih tua lagi. Kan begitu kan,” kata Hinca di Kompleks Parlemen Senayan.

“Ini kan etika, pesan moral yang dalam sekali, dijemput, pergi, lalu pergi mengantarkannya baik kereta ke tempatnya masing-masing,” jelasnya.

Menurut dia, hal itu bisa menjadi sebuah harapan dari SBY untuk bisa bertemu dengan Jokowi dan Megawati.

“Kata mimpi di situ bisa jadi harapan,” kata Hinca.

Anggota Komisi III itu meminta publik tidak menafsirkan macam-macam mimpi dari SBY tersebut, seperti salah satunya untuk bisa segerbong dalam Pemilu 2024.

“Karena itu saya minta teman-teman jangan menafsirkan lain-lain lah. Tafsirkan pesan ini adalah pesan negarawan dari Pak SBY yang menyampaikan pesan itu kepada Pak Jokowi, ke Pak Jokowi, dan kemudian ke Bu Mega,” ungkap Hinca.

“Dan kalau rakyat ini menyaksikan ketiganya, saya kira luar biasa pesannya ke generasi muda di Indonesia, bagaimana pemimpin setelah menjadi rakyat tetap lah menjadi rakyat yang dicintai rakyat,” kata dia.

Menurutnya, tafsir mimpi itu lebih pada setiap pemimpin ada masanya, sehingga ketika tiba masanya habis maka bisa melanjutkan perjalanan sebagai rakyat biasa.

“Setiap pemimpin ada waktunya, atau setiap pemimpin ada masanya, setiap masa ada pemimpinnya. Ketika engkau sudah menaiki puncaknya, pada saatnya turun juga. Kan kira-kira gitu,” pungkasnya.

Senada, Ketua DPP Partai NasDem Taufik Basari menafsirkan arti mimpi Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai bentuk harapan agar kontestasi Pemilu 2024 berjalan dengan aman dan damai.

"Itu suatu harapan ya, bahwa perjalanan Pemilu 2024 kita berjalan dengan aman, damai dan tidak upaya saling menjatuhkan semua bisa berkompetisi dengan semangat demokrasi," kata pria karib disapa Tobas kepada awak media.

Tobas meyakini, harapan SBY dapat terwujud apabila tokoh-tokoh yang disebut dalam mimpi tersebut bisa saling bekerja sama secara positif. Caranya, dengan sinergitas antar presiden di tiap periodenya untuk menggelorakan demokrasi sehat.

"Ini kayak menafsirkan mimpi, para presiden di tiap periodenya mampu menjadi pelopor demokrasi, tidak kemudian ada upaya yang menggunakan alat-alat tertentu untuk membuat kualitas demokrasi menurun, jadi lebih soal itu," yakin Tobas.

3 dari 4 halaman

Respons Jokowi soal Mimpi SBY

Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi merespons positif mimpi Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang naik kereta bersamanya dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.

Jokowi menilai memang akan lebih baik apabila presiden maupun mantan presiden bekerja sama membangun negara. 

"Ya bagus. Kalau presiden-presiden, mantan presiden, itu kerja sama, bersama-sama membangun negara ini," kata Jokowi.

Kepala negara itu menuturkan bahwa kerukunan yang digambarkan dalam mimpi SBY merupakan mimpi semua pihak, tidak terkecuali Presiden Jokowi sendiri.

"ya itu mimpi kita. Mimpi kita semuanya," jelas Jokowi.

Disamping itu, Ketua DPR RI Puan Maharani juga turut merespons positif perihal cuitan mimpi SBY. Puan menyatakan selalu ada harapan untuk mewujudkan pertemuan Megawati dan SBY.

Menurut Puan, pertemuan Megawati dan SBY sangat mungkin untuk dapat terjadi. Ia bahkan berharap suatu hari mimpi SBY bisa menjadi kenyataaan.

“Tidak ada kata tidak, semua itu masih ada harapan. Jadi jangan pernah putus asa, semuanya masih ada harapan dan kita tentu saja berharap pada waktunya semuanya bisa berkumpul,” kata Puan di Kompleks Parlemen Senayan.

Puan menilai bisa jadi mimpi tersebut adalah suatu pertanda perlunya semua tokoh bersatu demi membangun bangsa dan negara secara bersama-sama.

“Adem ayem, bukan merasa yang satu tidak diperhatikan, yang satu diperhatikan,” tambahnya.

Ketua DPP PDIP itu berharap semua tokoh dapat membantu menciptakan situasi sejuk menjelang pemilu di Indonesia.

“Saya juga tentu saja berharap situasi adem ayem dibangun semua pemimpin yang pernah berjasa pada bangsa dan negara, kepada masyarakat Indonesia kita, sehingga yang muda-muda pun merasa adem ayem,” tutur Puan.

4 dari 4 halaman

SBY Ingin Bertemu Megawati?

Sedangkan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Renanda Bachtar mengungkapkan bahwa Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah lama ingin sekali bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri.

Dia menyebut SBY menginginkan adanya hubungan baik antara SBY dengan Megawati.

"Sejak lama Pak SBY ingin sekali bisa berkomunikasi dan bertemu dengan Ibu Megawati. Beliau ingin hubungan yang dahulu pernah terjalin dengan baik, bisa dilanjutkan dari waktu ke waktu," kata Renanda, Rabu (21/6/2023).

Renanda mengatakan SBY menginginkan agar seluruh pemimpin bangsa dapat bersatu untuk menghadapi berbagai tantangan agar Indonesia menjadi negara maju.

"Namun sebagaimana yang kita ketahui, hampir 20 tahun ini hubungan Pak SBY dan Ibu Megawati tak sedekat dan seguyub seperti masa dahulu sebelum Pak SBY terpilih menjadi presiden di tahun 2004," ungkap Renanda.

Meski begitu, menurut Renanda, selama ini SBY sudah berusaha menghubungi Megawati. Namun usahanya belum membuahkan hasil.

Sehingga, SBY berharap agar pertemuan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan Ketua DPP PDIP Puan Maharani menjadi pembuka jalan agar hubungan SBY dengan Megawati kembali membaik.

"Sekalipun Pak SBY hanya bisa menduga-duga apa yang menjadi penyebab kerenggangan hubungan mereka, tak henti-hentinya Pak SBY mencoba dan berusaha menghubungi dan berharap bisa berkomunikasi dengan Ibu Megawati, dan kita semua tahu upaya tersebut belum membuahkan hasil yang baik," tuturnya.

Pertemuan Puan Maharani dengan AHY beberapa hari lalu, kata Renanda, sangat melegakan sekaligus direspons positif oleh SBY.

"Beliau berharap momentum ini bisa menjadi awal dari terjalinnya komunikasi politik yang lebih baik lagi antara kedua partai, PDIP dan Partai Demokrat," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.