Sukses

Menko PMK Soal Siswa di NTT Masuk Jam 5 Pagi: Percayakanlah kepada Pak Gubernur

Muhadjir Effendy menyebut, bahwa hal itu masih uji coba dan perlu kajian dari berbagai aspek.

Liputan6.com, Jakarta Kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi di Nusa Tenggara Timur (NTT) menuai polemik. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menyebut, bahwa hal itu masih uji coba dan perlu kajian dari berbagai aspek.

"Itu kan kita masih uji coba, kan nanti pasti akan ada kajian mendalam dari berbagai macam aspek," kata Muhadjir di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/3/2023).

Muhadjir bakal melihat apa dampak dari kebijakan tersebut. Nantinya, akan dikaji apakah masuk sekolah jam 05.00 pagi bermanfaat atau tidak.

"Karena pendidikan itu kan melibatkan banyak aspek mulai dari ekonomi pendidikannya seperti apa, misalnya treat of nya apa, ongkos yang harus ditimbulkan akibat kebijakan itu dan nanti manfaatnya apa, kemudian nanti akan dilihat kan lebih banyak manfaat atau lebih banyak ongkosya," tuturnya.

Selain itu, kata Muhadjir, aspek perubahan kurikulum dan siklus belajar anak juga akan dikaji. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan psikologi belajar anak.

"Jadi percayakanlah sama Pak Gubernur (NTT) Pak Gubernur, kan orang kerja keras dan punya kemauan betul untuk memajukan rakyatnya yang di NTT terutama para generasi mudanya, dan pasti beliau sangat bijak nanti akan mengambil keputusan kita tunggu aja lah," pungkasnya.

Pelajar SMA dan SMK di Nusa Tenggara Timur (NTT) diwajibkan masuk pukul 05.00 WITA. Salah satu sekolah yang sudah menerapkan aturan tersebut adalah SMA Negeri 6 Sikumana Kupang.

Video yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah guru tiba di sekolah masih dalam keadaan gelap. Salah satu guru mengatakan kepada teman-teman gurunya untuk masuk ke kelas tepat pukul 05.03 WITA.

Bahkan ada guru yang menyempatkan diri merias wajahnya sebelum jam mata pelajaran dimulai. "Saya ngajar jam pertama dan siswanya baru satu orang. Saya juga belum sarapan dan sekarang masih pakai bedak dulu," ujarnya.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Gubernur NTT

Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Laiskodat ingin menyiapkan pelajar di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk masuk universitas bergengsi.Hal ini menjadi salah satu alasan Viktor terapkan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi di NTT. 

Selain itu, kebijakan sekolah masuk jam 5 pagi itu untuk melatih bagi anak yang ingin masuk Akademi Kepolisian (Akpol) dan Akademi Militer (Akmil).

Viktor Laiskodat menuturkan, sekolah masuk jam 5 pagi ini hanya diterapkan di dua sekolah unggul dan tidak semua sekolah. Sekolah yang menerapkan aktivitas belajar mengajar jam 5 pagi itu di SMA 1 dan SMA 6. Victor mengatakan, dua sekolah ini unggul dalam pengetahuan dan karakter.

"Kita perlu tak semua sekolah. Tapi kita perlu dua sekolah. Dua sekolah itu unggul. Unggul dalam pengetahuan dan karakter. Dua sekolah ini harus. Untuk mencukupi itu, karena kita punya kekurangan-kekurangan, tak bisa NTT dipersepsikan dan disamakan dengan Jakarta," ujar dia dikutip dari instagram @viktorbungtilulaiskodat, ditulis Rabu (1/3/2023).

Ia menyatakan, NTT memiliki kekurangan infrastruktur, supratuktur, dan sumber daya kecuali uang. Hal ini lantaran alokasi anggaran untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan sesuai ketentuan.

"Uang NTT untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. 50 persen APBD provinsi NTT ada di dinas itu, 50 persen. Jadi DAU dan DAK, tanpa DAU yang diarahkan, uang provinsi itu untuk APBD sudah 35 persen, melampaui Undang-Undang. Undang-Undang haruskan 20 persen, tanpa DAU yang diarahkan sudah 35 persen. Apalagi yang diarahkan sentuh 49-50 persen, itu anggaran total ada di Dinas Pendidikan dan Kebuayaan," ujar dia.

Oleh karena itu, ia mengatakan, untuk memakai dana tersebut perlu desain khusus. Adapun dua sekolah unggulan tersebut yang memiliki kemampuan untuk menerapkan kebijakan sekolah jam 5 pagi.

"Dua (sekolah-red) punya kemampuan dan sanggup dapat dilakukan. SMA 1 dan SMA 6. Dua SMA itu jalan terus," ujar dia.

Reporter: Muhammad Genantan Saputra/Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.