Sukses

Curhat AKBP Ridwan Soplanit yang Terkendala Periksa Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi

Soplanit menceritakan pada waktu tersebut dirinya pergi ke Propam Mabes Polri bertemu dengan mantan Karopaminal Propam Polri Hendra Kurniawan.

 

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Kanit Reskrim Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan, AKBP Ridwan Soplanit sempat curhat kepada Hendra Kurniawan yang saat itu masih menjabat sebagai Karopaminal Divisi Propam Polri. Dirinya minta diberi akses agar dapat meminta keterangan terhadap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi yang sebelumnya sempat terkendala.

Soplanit menceritakan hal tersebut ketika bersaksi di persidangan kasus perintangan penyidikan atau Obstruction of Justice (OOJ) dengan terdakwa Hendra Kurniawan dan Agus Nur Patria. Sidang tersebut di gelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Kamis (3/11).

Bermula ketika Jaksa Oenutut Umum (JPU) bertanya tentang kegiatan Soplanit pada tanggal 9 Juli 2022.

Soplanit menceritakan pada waktu tersebut dirinya pergi ke Propam Mabes Polri bertemu dengan mantan Karopaminal Propam Polri Hendra Kurniawan. Ia langsung curhat soal keinginannya agar diberikan akses bertemu Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi untuk dimintai keterangan.

"Setelah saya sampai Mabes, propam mabes, kemudian saya ketemu dengan pak HK, kemudian saya menyampaikan kendala, 'kami ingin melakukan pemeriksaan kepada Bu PC dengan Pak FS, yang selama ini kita terkendala untuk akses, kita harus segera melakukan BAP," curhat Soplanit di tanya JPU, Kamis (3/11/2022).

"apa jawaban Pak HK pada waktu itu," tanya JPU.

"Ya Pak HK bilang nanti saya koordinasikan," jawab Ridwan.

"Habis itu ke mana saudara saksi," tanya lagi JPU

"Habis itu saya langsung pulang duluan ke rumah, karena kondisi kesehatan saya saat itu belum terlalu fit, jadi dari Mabes Polri, Divpropam Polri, saya langsung pulang ke rumah," respons Ridwan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Sebut Irfan Tak Halangi Penyidikan

Mantan Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Ridwan Soplanit menyebut bahwa terdakwa Irfan Widyanto tidak menghalangi penyidikan, lantaran turut membantu memberikan DVR CCTV dalam kasus kematian Brigadir Yosua. Hal itu disampaikan dalam persidangan perkara obstruction of justice di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel).

"Keberadaan dia di TKP sebagai bagian dari Mabes Polri, Bareskrim, Propam ada. Dan pikiran saya waktu itu memberikan DVR saya karena saya berpikir dia juga memberikan backup-an kepada kita. Kan dia juga penyidik," tutur Ridwan di PN Jaksel, Kamis (3/11/2022).

Ridwan sendiri sempat menyerahkan DVR CCTV rumahnya ke terdakwa Irfan Widyanto. Paminal Polri baginya berhak melakukan penyelidikan, yakni berupa pengamanan di area TKP.

Lebih lanjut, DVR CCTV yang diambil oleh terdakwa Irfan Widyanto dilakukan pada Sabtu, 9 Juli 2022. Keesokan harinya, DVR CCTV itu langsung diserahkan ke Polres Metro Jakarta Selatan.

 

3 dari 3 halaman

Jadi Kewenangan Penyidik

Adapun DVR CCTV sudah menjadi kewenangan penyidik sejak tanggal 10 Juli 2022. Hingga saat itu, masih belum ada tindak pidana yang terjadi.

"Pada tanggal 9 itu bertemu (AKP Irfan) melakukan berkomunikasi (menyerahkan DVR CCTV). Itu dua kali. Di antara jam 16.00 WIB dan 17.30 WIB," jelas dia.

Sementara Eks Kanit 1 Krimum Satreskrim Polres Jakarta Selatan AKP Rifaizal Samual menyatakan bahwa setelah diserahkan ke Polres Jaksel, ada perintah menarik kembali DVR CCTV tersebut kepada Kompol Chuck Putranto, yang perintah tersebut berasal dari Ferdy Sambo.

Rifaizal menyebut, Irfan saat itu tidak mengetahui bahwa DVR CCTV itu diserahkan kembali ke Kompol Chuck. Dia pun menyerahkan atas izin Ridwan Soplanit.

"Tidak ada (perintah Irfan), karena Kompol Chuck ini hanya perintah dari Kadiv Propam. Karena saya seorang penyidik, saya sudah izin Kasat, kemudian itu perintah dari Kadiv Propam yang pada saat itu masih aktif berpangkat Irjen Pol. Mohon izin, kami memang itu kesalahan kami tapi kami serahkan yang mulia," ujar Rifaizal.

Rifaizal sempat mengutarakan empati untuk Irfan Widyanto. Sebab menurutnya, tindakan terdakwa dilakukan lantaran hanya melaksanakan perintah atasan.

"Saya tidak membela AKP Irfan karena bukan kewenangan saya. Tetapi saya berempati dan turut sedih dengan senior saya. Izin Yang Mulia saya mewakili beberapa anggota dalam kasus ini, bahwa kami hanya anggota yang melaksanakan perintah yang kami anggap itu adalah perintah yang benar," katanya.

Reporter: Rahmat Baihaqi/Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.