Sukses

Update Kecelakaan Cibubur: 2 Korban Masih di HCU, Tabur Bunga, dan Marka Jalan Dicek

Dua pasien korban kecelakaan Cibubur harus menjalani observasi ketat di ruang High Care Unit (HCU) karena mengalami patah tulang iga dan luka di bagian wajah.

Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan Cibubur yang terjadi pada Senin 18 Juli 2022 telah menewaskan 10 orang pengendara. Para korban meninggal telah diserahkan kepada keluarganya untuk kemudian dimakamkan. Sementara korban luka, sampai kini masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Permata Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat, akibat luka serius yang dideritanya.

Dari enam korban kecelakaan di Cibubur yang dirawat, satu orang diantaranya meninggal dunia. Terdapat satu korban berusia balita yang kini sudah dipulangkan. Sementara empat orang korban kecelakaan lainnya menjalani perawatan intensif akibat mendapat luka serius.

Dua pasien disebut harus menjalani observasi ketat di ruang High Care Unit (HCU) karena mengalami patah tulang iga dan luka di bagian wajah.

"Dari keempat pasien ini, dua pasien kita pindahkan ke ruang High Care Unit karena perlu observasi yang lebih ketat," kata spesialis anastesi RS Permata Cibubur, dr Imam, Kamis (21/7/2022).

Menurutnya, ada dua pasien yang kondisinya sudah dinyatakan stabil dan siap untuk dipulangkan. Rencananya satu pasien akan dipulangkan.

Para korban selamat juga masih dimintai keterangannya oleh petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang mendatangi RS Permata. Hal ini guna melengkapi data yang dibutuhkan dalam penyelidikan kecelakaan truk tangki Pertamina di Jalan Transyogi Cibubur, Senin 18 Juli 2022.

 

 

** #IngatPesanIbu 

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

#sudahdivaksintetap 3m #vaksinmelindungikitasemua

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Keluarga Korban Tabur Bunga di TKP

Selain itu, ratusan warga Cibubur menggelar doa bersama dan tabur bunga di lokasi kecelakaan truk tangki Pertamina, di Jalan Transyogi Cibubur, Jatirangga, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Kamis (21/7/2022). Suasana haru menyelimuti prosesi tabur bunga yang juga dihadiri pihak keluarga korban. Sejumlah pengemudi ojek online yang melintas di lokasi, bahkan ikut menabur bunga.

Warga menyayangkan insiden kecelakaan maut yang menewaskan 10 orang dan melukai sedikitnya 5 pengendara tersebut. Warga menilai kondisi jalan yang menurun dan adanya putaran arah balik, menjadi penyebab kecelakaan Cibubur.

Lampu lalu lintas yang berada di kontur jalan menurun, dianggap membahayakan pengguna jalan. Warga pun meminta agar lampu lalu lintas dibongkar dan putaran arah balik ditiadakan.

"Jadi simpangannya ditutup, lampu merahnya juga dimatikan," kata Suhawi, warga Cibubur.

Warga pun mendesak kepolisian dan dinas terkait agar secepatnya mengkaji ulang marka jalan di sepanjang lokasi, guna mengantisipasi kejadian serupa.

"Oleh karena itu kita meminta Dinas Perhubungan dan Korlantas Polri mengkaji ulang seluruh marka jalan," ujarnya.

Warga juga membawa poster berisikan tuntutan kepada pihak pengembang Citra Grand CBD dan Pertamina. Warga mendesak pihak kepolisian agar mengusut tuntas kasus kecelakaan Cibubur yang terjadi Senin 18 Juli 2022.

 

3 dari 3 halaman

Marka Jalan Dicek Kembali

Untuk mencegah tragedi itu kembali terjadi, Pemerintah Kota Bekasi menonaktifkan sementara lampu merah di simpang CBD Cibubur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Keberadaan lampu merah tersebut dianggap menjadi salah satu pemicu kecelakaan truk tangki Pertamina, Senin 18 Juli 2022.

Lampu merah yang berada di kontur jalan menurun, dinilai membahayakan pengguna jalan. Banyak warga yang kemudian mendesak agar lampu merah tersebut dimatikan.

Meski demikian, Kepala Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BBPJN), Wilan Oktavia mengatakan, pihaknya kini berfokus pada pengecekan di sepanjang marka jalan.

"Secara visual, menurut KNKT, secara geometrik ini masih oke. Tapi tentunya masih perlu diverifikasi dengan data-data ukur yang lebih akurat, lebih ringan. Jadi kemiringan dan sebagainya ini sedang kita evaluasi," ujar Wilan, Kamis (21/7/2022)

Pihaknya juga berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait guna melancarkan proses investigasi.

Sementara penonaktifkan lambu merah tersebut mendapatkan sambutan baik dari warga sekitar. Pasalnya, dianggap bahaya.

"Bahaya. Harusnya enggak boleh pakai lampu merah karena kan jalannya turunan, di depannya tanjakan. Ya kalau untuk muatan berat mah mana mungkin tertahan," kata Wahyudi, warga sekitar.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.