Sukses

SBY Beberkan Awal Mula hingga Dampak Pertemuan AHY dan Jokowi

SBY mengungkapkan, setelah pertemuan dengan Jokowi, AHY dan Partai Demokrat dibully habis-habisan.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menceritakan asal mula pertemuan Komandan Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka beberapa waktu lalu.

Presiden ke-6 RI ini menegaskan, tidak ada pembicaraan terkait bagi-bagi kursi di pemerintahan sebab AHY, hanya menjadi jembatan komunikasi dengan Jokowi.

SBY menjelaskan, pertemuan tersebut adalah undangan langsung dari Mensesneg Pratikno. Dalam undangan disebutkan, Jokowi ingin bertemu dengan AHY. Sebagai warga negara baik, kata SBY, AHY bertemu dan sama sekali tidak membahas silang pendapat di KPU.

"Setelah pertemuan, AHY sampaikan kepada saya bahwa substansi yang dibicarakan baik, tidak ada catatan kursi apapun di pemerintahan. Dalam pertemuan tersebut disampaikan harapan memelihara komunikasi dengan saya," kata SBY dalam video yang diputar di hadapan para kader di kediamannya, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (27/5/2019).

Dia mengatakan, AHY hadir tidak mewakili langsung Partai Demokrat. Serta tidak merepresentasikan kubu calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto.

"Saya sendiri dikasih tahu AHY dua hari sebelum pertemuan," lanjut SBY.

Harapan komunikasi tersebut pun kata dia sama dengan mantan presiden yang lain. Yang sudah hadir di Istana Merdeka, setelah hasil rekapitulasi KPU pada 21 Mei seperti Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, dan Presiden ke-3 BJ Habibie.

"Harapan itu saya kira sama dengan mantan Presiden yang lain baik Habibie dan Megawati. Berhubung belum bisa kembali ke tanah air, Saya kira tepat diwakili AHY," kata SBY.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bully

SBY mengungkapkan, setelah pertemuan tersebut AHY dan Partai Demokrat dibully habis-habisan. Namun Demokrat, kata dia tetap kuat. Dia pun mengaku sudah tahu siapa yang terus menyerang mereka.

"Sebenarnya kita tahu dari kelompok mana serangan sengit itu berasal. Di situ perbedaan kita dengan pihak tertentu itu. Memang ada yang bersikap tabu dan dilarang keras pihak 02 berkomunikasi dengan 01," kata SBY.

Dia pun mempersilakan siapa saja yang tidak suka dengan pertemuan tersebut. Tapi dia menegaskan Demokrat tidak harus mengikuti.

"Barangkali pula dendam yang membara harus dipertahankan selamanya. Silakan kalau ada yang punya prinsip itu. Tapi jangan atur Demokrat harus mengikutinya. Kami prinsip ikhtiar perjuangan untuk menang harus dilakukan sekuat tenaga. Namun setelah selesai ya selesai," lanjut SBY.

Dia pun menegaskan dalam Pilpres pun tetap bersahabat dengan rival-rivalnya. Walaupun kalah ataupun menang.

"Dalam pilpres 2004, pilpres 2009, sekarang saya tetap bersahabat dengan beliau semua. Sering bertemu di banyak forum. Kalau kemarin saya di Jakarta dan diundang Jokowi, saya pasti datang. Sama seperti Megawati dan Habibie," kata SBY.

 

 

Reporter: Intan Umbari Prihatin

Sumber: Merdeka

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.