Sukses

Curhat Tan Malaka Tak Yakin Dipilih Jadi Anggota DPR

Dia menilai sangat ironis anggota Dewan Rakyat tak dipilih rakyat atau keputusan bukan berada di tangan rakyat, melainkan geamente dari seluruh Hindia.

Liputan6.com, Jakarta - Sutan Ibrahim Datuk Tan Malaka atau lebih dikenal dengan Tan Malaka pernah bercerita kepada teman sekelasnya saat menempuh pendidikan di Harleem, Belanda, Dick Van Wijngaarden terkait pencalonannya sebagai Dewan Rakyat setelah dia kembali ke Indonesia.

Namun, Tan merasa sangat kecil harapannya terpilih menjadi anggota parlemen. Pasalnya, pemilihan tersebut bukan langsung dilakukan rakyat, tapi keputusan akan diambil oleh para pembesar dari seluruh Hindia Belanda.

Surat itu ditulis "Bapak Pendiri Republik" ini pada 5 Januari 1921 dari Tanjung Morawa, Deli Serdang. Saat itu dia dicalonkan menjadi anggota Dewan Rakyat karena hubungannya dengan berbagai pihak masih sangat baik.

"Sekarang hubunganku dengan orang lain masih cukup baik. Sehingga aku dicalonkan, misalnya untuk duduk di Dewan Rakyat, sekalipun kecil sekali harapan aku akan diterima. Pemilihan diatur sedemikian rupa sehingga nasibku akan tergantung pada suatu pengangkatan oleh Gubernur Jenderal," tulisnya.

Penulis buku Madilog ini menilai sangat ironis anggota Dewan Rakyat tak dipilih rakyat atau keputusan bukan berada di tangan rakyat, melainkan geamente dari seluruh Hindia.   

Gameente adalah sebuah istilah dalam bahasa Belanda dan merupakan sebuah nama pembagian administratif. 

"Dan gameente-gameente itu penuh dengan alap-alap uang dan budak-budak," ungkapnya.

Jika rakyat murni yang menjadi pemilih, Tan Malaka yakin bakal terpilih. Dia juga mengaku mendapat sokongan dari SOK (Sumatera's Oost Kust- Pantai Timur Sumatera) dan Aceh. 

"Tetapi suara beberapa juta penduduk di sana itu tidak berlaku, sehingga harapan terletak pada pengangkatan," tulisnya.

Kepada Dick, Tan Malaka juga bercerita bahwa dia akan meninggalkan Deli Serdang dan dia akan bekerja. Namun di mana dia akan bekerja, masih belum tahu. sebenarnya dia ingin menjadi guru, karena pada masa itu, tenaga pengajar sangat kurang.

Dia pun yakin di manapun dia bisa bekerja sebagai guru. Tan merasa baik di Medan maupun Jawa, peluangnya mendapat pekerjaan cukup besar. "Banyak harapan bagiku di Medan, tetapi tentu di Jawa begitu juga," tulisnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Di Belanda Lebih Lama

Tan Malaka juga menceritakan keinginannya untuk tinggal di Belanda lebih lama. Tapi karena kondisi keuangan, itu tak dapat dia lakukan sehingga dia kembali ke Hindia atau Indonesia.

"Andaikata uangku masih banyak, maka pasti aku belum kembali ke Hindia," tulisnya dalam surat tersebut.

Surat itu dipamerkan di Museum Nasional dalam pameran "Surat Pendiri Bangsa." Pameran ini diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Pahlawan. Pameran akan ditutup pada 22 November mendatang.

Reporter: Hari Ariyanti

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini: 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.