Sukses

Kata Hotman Paris soal Gaya Mewah Pengacara Tajir Melintir

Kemewahan pengacara, kata Hotman, tidak datang dengan mudah. Tidak semua pengacara bisa hidup bergelimang harta.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada yang menyangsikan kemewahan hidup Hotman Paris Hutapea. Pengacara kondang Indonesia ini dikenal doyan menunjukkan gaya mewah dan perlentenya, mulai dari berlian hingga supercar.

Menurut dia, tidak semua pengacara bisa hidup bergelimang harta. Hanya 10 persen dari total pengacara di Indonesia yang bisa hidup tajir melintir.

"Sembilan puluh persennya masih pas-pasan," kata Hotman kepada Liputan6.com, Selasa (28/11/2017).

Kemewahan pengacara, kata Hotman, tidak datang dengan mudah. Dia mengaku perlu kerja keras melewati ujian dari beragam kasus dan bermacam klien, hingga bisa menjadi seorang pengacara seperti saat ini.

"Semua profesi ada yang bisa tajir melintir karena background dan kerja kerasnya. Sampai hari ini, saya jam tiga subuh bangun, jam 6 sudah di kantor, dan saya kerja sampai jam 8, 10 malam baru pulang, semua tahu (kerja keras) saya," dia membeberkan.

Menurut Hotman, barang mewah di tubuh seorang pengacara bukan untuk pamer dan gagah-gagahan. Sebaliknya, sebagai terapi kejut untuk memperlihatkan sebuah kualitas kepada lawan atau klien di persidangan.

"Ini sebuah kualitas, bukan pamer. Saya tidak glamor dalam arti kampungan. Ini menujukkan fight, dan membuat efek shock theraphy," jelas dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bermula dari Fredrich

Gaya hidup mewah pengacara sepertinya sudah tidak bisa disangsikan. Namun belakangan, hal tersebut menjadi blunder usai Fredrich Yunadi, pengacara tersangka e-KTP Setya Novanto, blak-blakan mengungkap gaya hidup materialismenya ke publik. Mulai dari harta warisan 10 turunan, hingga hashtag "SukaKemewahan" yang membombardirnya dengan sindiran di media sosial.

Meski Hotman enggan berkomentar soal hal itu, dia berpesan kepada para klien agar bisa mempertimbangkan seorang pengacara yang menjadi cibiran.

Hal ini karena vonis hakim kelak bisa berimbas dari anomali yang berkembang di masyarakat.

"Jadi kalau seorang pengacara sudah menjadi cibiran publik yang tidak baik, maka hal itu perlu diperhatikan, karena hakim adalah bagian dari masyarakat. Dan putusannya dapat berpengaruh ke arah yang memberatkan akibat sesuatu yang ditimbulkan oleh si pengacara," ujar Hotman.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.