Sukses

Begini Cara Kerja Sindikat Penipuan Bermodus Mama Minta Pulsa

Pelaku mengaku mengirimkan pesan kepada ribuan nomor seluler yang ditulis secara acak dengan software khusus lewat koneksi internet.

Liputan6.com, Jakarta - Penipuan melalui short message service (SMS) atau pesan singkat memang telah meresahkan warga, di antaranya dengan modus 'mama minta pulsa'. Hampir seluruh pemilik handphone di Indonesia pernah menerima pesan singkat serupa.

Ternyata, ada sejumlah modus lain yang dilakukan sindikat penipuan dengan sasaran pengguna telepon seluler itu. Di antaranya memberikan informasi kecelakaan fiktif, hingga undian berhadiah fantastis yang ujung-ujungnya melakukan pemerasan terhadap korbannya.

Effendi alias‎ Lekkeng alias Kenz. Pria 36 tahun itu merupakan bos sindikat penipuan via pesan singkat yang diringkus jajaran Polda Metro Jaya, saat melintas di Jalur Trans Sulawesi, Malili, Sulawesi Selatan, Selasa 3 November 2015.

Effendi mengaku mengirimkan pesan singkat itu kepada ribuan nomor seluler yang ditulis secara acak. Dia dan jaringannya mengirimkan pesan penipuan berbagai modus menggunakan software khusus yang dikoneksikan ke komputer dan modem internet.

"‎Kita tulis angka dan kita acak menggunakan Microsoft Excel. Ngirimnya pakai software khusus. Misalnya, ada yang enggak masuk ya biarin aja, pasti tetep ada yang nyantol," ujar Effendi di ruang tahanan Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat, 6 November lalu.
 
Effendi mengaku lebih sering ‎memanfaatkan masyarakat yang mudah panik. Mereka memberikan informasi fiktif, terkait kecelakaan maupun situasi genting lainnya yang diklaim dialami salah seorang keluarga korban atau target penipuan.

Pelaku kemudian berpura-pura tengah menolong dan minta segera ditransfer sejumlah uang dengan dalih untuk pengobatan. Kondisi itu kemudian dimanfaatkan para penjahat ini, untuk meraup keuntungan dari masyarakat yang menjadi target penipuan bermodus kabar palsu tersebut.

‎"Korban kepancing kayak kena hipnotis aja. Padahal enggak ada yang bisa hipnotis. Soalnya mereka panik dengan kabar (bohong) kami. Setelah transfer biasanya baru sadar," kata Effendi.

Sama halnya ketika pesan pendek penipuan itu bermodus undian berhadiah fantastis. Orang biasanya terkecoh dengan hadiah berupa mobil atau rumah yang mengatasnamakan perusahaan tertentu. Target bahkan rela mentransfer sejumlah uang, dengan dalih untuk mengurus dokumen-dokumen penting hadiah tersebut.

Mereka tidak pernah sadar bahwa iming-iming itu adalah awal dari aksi penipuan mereka. Begitu target terbujuk dan mentransfer sejumlah uang, pelaku tak segan meminta uang kembali dengan dalih biaya pengiriman atau alasan-alasan lain.

"Saya ninggalin nomor telepon. Jadi yang mengirim berbeda dengan yang menerima. Cuma dua aja yang aktif normonya. Tugasnya nerima telepon dan mengirim. Tergantung pihak korban percaya atau enggak. Saya kurang tahu caranya, anak-anak (anggota sindikat) yang kerjain," pungkas Effendi. (Dms/Rmn)*

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.