Sukses

Program Moderasi Beragama Era Jokowi Dinilai Berhasil Bangun Harmonisasi Antar-Umat

Jokowi dinilai konsisten menjaga kerukunan antarumat beragama untuk menjaga keutuhan NKRI, salah satunya melalui program moderasi beragama.

Liputan6.com, Jakarta - Semangat persatuan antarumat beragama mendapat perhatian serius dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab kerukunan bangsa menjadi aspek penting dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatra Utara, Nispul Khoiri menilai, Presiden Jokowi berhasil menjaga kerukunan antarumat beragama selama masa pemerintahannya. Salah satunya melalui program moderasi beragama.

"Beliau konsisten dengan salah satu program hebat, moderasi beragama, dengan mengajak masyarakat Indonesia dan semua pemeluk agama meski berbeda agama untuk menjadikan moderasi beragama sebagai media membangun kerukunan. Tidak ada teori lain yang tepat terkecuali merubah cara pandang pemahaman beragama secara moderat, tidak ekstrem kanan (kaku) atau ekstrem kiri (liberal)," kata Nispul dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (28/12/2022).

Lebih lanjut, dia juga menuturkan bahwa moderasi beragama sebagai konsepsi yang dapat membangun sikap toleran dan rukun guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

"Secara evolusi konsep kerukunan yang dibangun oleh Presiden Joko Widodo membuat warga negara Indonesia mampu menafsirkan agama sebagai dasar yang mencerminkan kesejukan, perdamaian dan menghindari konflik," ujarnya.

"Kita sudah merasakan terbangunnya harmonisasi, radikalisme semakin menurun, komitmen kebangsaan semakin tinggi, toleransi semakin kokoh dengan tidak mencampurkan akidah dan akomodatif terhadap kebudayaan. Apa yang dilakukan Presiden Jokowi tiada lain menjaga dan merawat keutuhan NKRI,” sambung dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemda Juga Harus Berperan Penting

Di sisi lain, dia juga mengingatkan bahwa menjaga kerukunan antarumat beragama bukan hanya tugas pemerintah pusat, melainkan juga seluruh elemen bangsa, termasuk pemerintah daerah. Apalagi, menurutnya dinamika antarumat lebih sering terjadi di daerah, sehingga peran aktif Pemda dalam mengampanyekan kerukunan bangsa dituntut lebih maksimal.

“Kita tahu bahwa di dalam dinamika umat itu sebagian besar ada di daerah-daerah. Tolong itu kelompok yang intoleran jangan diberikan panggung, jangan diberikan support. Kita ingin mendorong agar yang moderat di depan sehingga betul-betul aman."

"Pak Jokowi itu berhasil menata potensi besar menjadi kekuatan NKRI sehingga rakyat Indonesia telah merasakan hidup di NKRI dalam suasana damai dan mampu menjaga demokrasi politik. Atas dasar itu saya optimis Indonesia akan semakin maju ke depan dalam tata kelola sistem pemerintahan bertangan dingin namun terukur oleh kematangan berpikir dan bersikap. Makanya 2024 ini pertaruhan kita semua, kita harus betul-betul siapkan pemimpin yang tulus dan jujur dalam menjaga NKRI agar tetap utuh,” ucap Nispul.

Nispul khoiri mengimbau agar semua pihak menghindari penggunaan politik identitas pada Pemilu 2024 mendatang. Sebab politik identitas sangat berbahaya hingga berpotensi memecah kehidupan bangsa.

“Terlebih kita menjelang Pemilu, penggunaan politik identitas dalam konteks untuk mendapatkan popular vote itu berbahaya, bisa merusak sendi-sendi kehidupan kita sebagai bangsa dan negara,” tukasnya.

Seperti diketahui, dalam rangka memperkokoh kerukunan antar umat beragama, pemerintah memiliki program moderasi beragama yang dapat dijadikan sebagai strategi kebudayaan untuk merawat Indonesia yang damai, toleran dan menghargai keragamaan.

Moderasi beragama adalah cara hidup untuk rukun, saling menghormati, menjaga dan bertoleransi tanpa harus menimbulkan konflik karena perbedaan yang ada.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.