Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) tengah mengkaji pemugaran situs prasejarah Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pemugaran ini disebut berkaitan dengan pemeliharaan dan pemajuan situs cagar budaya nasional tersebut.
"Tentu masih dikaji," kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon di kantor Kementerian Kebudayaan, Jakarta, Senin, 5 Mei 2025.
Menurut Fadli Zon, kajian tersebut meliputi anggaran hingga bentuk pemugaran. Pasalnya, ada perbedaan pendapat ahli mengenai situs peninggalan kebudayaan Megalitikum itu, dengan perkiraan usia 10 ribu sampai 25 ribu tahun sebelum Masehi.
Advertisement
Kendati pembahasannya masih alot, Menbud yakin, situs bersejarah ini punya daya tarik dunia. "Dibentuklah semacam tim untuk kajian mengarah pada pemugaran. Kalau riset domainnya BRIN, tapi kalau kajian pemugaran itu, kami (Kemenbud)," ujarnya.
Pemugaran situs Gunung Padang, sebut dia, tetap direncanakan, meski belum diketahui dengan pasti struktur apa yang ada di sana. Menbud berharap, pemugaran dapat dilakukan dengan panduan hasil kajian para peneliti yang terus dilakukan.
Meski begitu, hasilnya kemungkinan tidak akan menghasilkan wujud utuh dari situs tersebut karena tidak ada cetak birunya. Fadli mengatakan, pemugaran tersebut akan dilakukan semaksimal mungkin berdasarkan struktur bebatuan yang ada saat ini dan diharapkan bisa segera dimulai tahun ini.
Terkait sumber dana pemugaran, Menbud mengatakan, hal tersebut dapat diperoleh dari kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta. "Pendanaan bisa dengan skema public private partnership," tuturnya.
Â
Cagar Budaya Nasional
Meski disebut Gunung Padang, penamaan tersebut tidak mengacu pada sebuah gunung secara harfiah. Kata Padang di belakangnya juga tidak menunjukkan lokasi keberadaannya, karena situs itu berada di Cianjur, Jawa Barat, alih-alih Padang, Sumatra Barat.
Mengutip laman Kementerian Kebudayaan, Jumat, 29 November 2024, lokasi Gunung Padang dapat dicapai 20 kilometer dari persimpangan kota kecamatan Warungkondang, di jalan antara Kota Kabupaten Cianjur dan Sukabumi. Luas kompleks utamanya kurang lebih 900 meter persegi, terletak pada ketinggian 885 mdpl. Luas areal situs ini sekitar 3 hektare, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Selama ini, Gunung Padang telah memunculkan banyak teori dan spekulasi. Situs ini telah menerima banyak predikat, mulai dari situs sejarah tertua di dunia, sumber peradaban tertua di dunia, hingga piramida tertua yang mengalahkan Piramida Giza Mesir.
Klaim-klaim tersebut hingga saat ini masih terus berupaya dibuktikan kebenarannya melalui serangkaian penelitian. Gunung Padang yang telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional pada 17 Januari 2014 melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 023/M/2014, sampai saat ini masih menimbulkan pertanyaan besar tentang usia, fungsi, dan siapa yang membangunnya.
Advertisement
Kandidat Piramida Tertua di Dunia
Beberapa peneliti menggunakan metode penanggalan radiokarbon dan analisis geologi, yang memperkirakan usianya lebih dari sembilan ribu tahun, bahkan ada yang mengklaim hingga 27 ribu tahun.
Klaim ini menjadikan Gunung Padang sebagai kandidat piramida tertua di dunia. Namun, perkiraan lain menempatkan usianya antara abad ke-2 hingga ke-8 Masehi. Perbedaan yang signifikan ini memicu kontroversi dan perdebatan sengit di kalangan ahli.
Struktur Gunung Padang yang unik semakin menambah intrik. Terdiri dari lima teras batu yang membentuk struktur mirip piramida bertingkat, situs ini dibangun dari susunan batuan andesit dengan bentuk kolom-kolom yang unik. Teknik konstruksi yang digunakan ribuan tahun lalu itu masih jadi misteri.
Melansir kanal Regional Liputan6.com, 14 Maret 2025, situs ini pertama kali dicatat oleh N.J. Krom pada 1914. Namun, penelitian intensif baru dimulai pada 1979, ketika penduduk setempat menemukan reruntuhan batuan di balik semak belukar.
Â
Misteri Gunung Padang
Setelah adanya laporan, tim Kementerian Kebudayaan pada masa itu mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya dilakukan dengan kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada 1979.
Penggalian dan penelitian resmi dilakukan tim arkeologi di bawah pimpinan Dr. Danny Hilman Natawidjaja sejak 2011. Metode penggalian yang digunakan sempat dikritik, namun penelitian terus berlanjut.
Gunung Padang merupakan situs arkeologi yang sangat penting dan penuh misteri. Perbedaan pendapat di kalangan ahli menunjukkan kompleksitas interpretasi situs prasejarah ini. Penelitian lebih lanjut dengan metode yang lebih teliti dan komprehensif sangat diperlukan untuk mengungkap lebih banyak rahasia yang tersimpan di Gunung Padang.
Upaya pelestarian dan pengembangan potensi wisata berbasis sejarah dan budaya juga sedang dilakukan demi menjaga situs ini untuk generasi mendatang. Misteri Gunung Padang terus menarik perhatian para peneliti dan masyarakat luas sampai saat ini, menjadikannya salah satu situs arkeologi paling menarik di Indonesia.
Â
Advertisement