Liputan6.com, Jakarta - Setelah mengumumkan Top 16 Miss Universe Indonesia 2024 pada Selasa, 20 Agustus 2024, kini para finalis memasuki tahap karantina yang dimulai pada hari ini, Sabtu (14/9/2024). Jumlahnya pun menciut menjadi hanya 14 finalis saja. Agenda pertama mereka adalah mengikuti jumpa pers dengan media massa.
National Director Miss Universe Indonesia 2024 Teuku Jordan Zacky menjelaskan dalam tahap karantina akan berlangsung hingga malam final pada Kamis, 19 September 2024, pukul 20.00 WIB. Dalam tahap ini, sejumlah finalis akan dibekali sejumlah keterampilan agar bisa tampil lebih maksimal saat mewakili Indonesia di ajang Miss Universe 2024 di Meksiko. Acara final itu akan ditayangkan di platform Vidio.com.
"Calon Miss Universe akan belajar tentang public speaking, catwalk, dan lain-lain untuk memberikan pembekalan agar lebih siap. Bahkan di luar karantina, mereka melakukan sendiri setelah menjadi finalis. Masuk kelas catwalk, public speaking, dan lain-lain. Inisiatifnya luar biasa," ujar Jordan dalam jumpa pers di Jakarta itu.
Advertisement
Berbeda dengan ajang kecantikan lainnya, Miss Universe Indonesia 2024 juga memberi kesempatan bagi publik untuk berinteraksi langsung dengan para finalis. Tepatnya, mereka akan dibawa mengikuti car free day (CFD) di Jakarta sambil berkegiatan sosial. Terlebih, ia menekankan bahwa acara tersebut bukanlah kompetisi modeling yang hanya menilai kecantikan fisik perempuan.
"Tapi juga melihat kepribadiannya. Advokasi juga penting, apa sih yang sudah dilakukan selama ini. Ketika sudah jadi Miss Universe, apa sih yang bisa dilihat orang lain dari dia. Kita perlu juru bicara yang bisa suarakan pandangan Indonesia saat perlu berbicara di tingkat dunia," kata Jordan.
"Kita cari yang complete package untuk mewakili Indonesia di dunia," imbuhnya.
Miss Universe Indonesia 2024 Lebih Inklusif
Selain berinteraksi dengan publik, para finalis Miss Universe Indonesia 2024 juga akan melewati sejumlah tahapan penilaian seperti panduan Miss Universe global. Di antaranya, para finalis akan melalui sesi penilaian gaun malam dan pakaian olahraga. Mereka juga akan diberikan tantangan yang harus dikerjakan selama proses karantina
Di luar itu, pihaknya kembali menegaskan bahwa ajang kali ini lebih inklusif untuk perempuan dari berbagai latar belakang, status pernikahan, dan profesi. Jordan menyebut ada cukup banyak finalis terpilih yang mewakili perempuan yang sudah menikah, atau bahkan sudah memiliki anak.
"Dari Miss Universe global sudah sangat terbuka untuk itu. Sekarang lebih terbuka agar seluruh perempuan bisa berkontribusi. Banyak yang bisa disharing untuk dunia. Dibuktikan di Indonesia dengan memilih dan menyeleksi yang sudah menikah dan punya anak," ujar Jordan.
Salah satunya adalah Moriska, finalis berusia 27 tahun asal Jakarta yang memiliki satu putra. Keikutsertaannya di ajang kecantikan itu adalah untuk menginspirasi para perempuan, khususnya ibu tunggal, agar tetap mempunyai mimpi, menjadi perempuan yang tangguh, kuat, dan bernilai.
"Jujur aja kemarin aku pamit, 'Scott, mami mau karantina dulu ya.' Dia bilang, 'oke mami, win ya win'," celoteh model itu soal putranya yang mendukungnya di ajang itu.
Advertisement
Buka Kesempatan bagi Perempuan Berhijab dan Peduli Pendidikan
Sementara itu, Ravena Wulandari kembali mencuri perhatian sebagai finalis berhijab satu-satunya. Perempuan berusia 23 tahun dari Aceh itu mengaku percaya diri mengikuti ajang tersebut karena sehari-hari tampil di panggung modeling dengan berhijab.
"Indonesia memiliki keberagaman dan inklusif. Saya ingin mengajak wanita berhijab untuk tidak takut menunjukkan kemampuan dan memiliki kesempatan yang sama untuk menginspirasi wanita muda lain untuk tetap teguh pada keyakinannya," ujarnya. "Kita hanya perlu berusaha," imbuh Ravena.
Di sisi lain, Nadia Inggrida Tjuaja, lebih dikenal sebagai Nadia Tjoa, memandang Miss Universe Indonesia 2024 adalah ajang kecantikan terakhir yang akan diikutinya. Ia sebelumnya memenangkan Miss Face of Humanity Indonesia dan memenangkan gelar Miss Face of Humanity 2022.
Keputusannya untuk kembali berkompetisi di ajang ini dilatarbelakangi oleh keinginannya menyuarakan isu penting soal pendidikan kaum marjinal yang kerap terabaikan. "Ini (Miss Universe) adalah platform yang sangat berbeda dan jauh lebih besar sehingga bisa diberi highlight penting isu pendidikan kaum marginalized dan isu-isu refugee," ujarnya.
Akses Pendidikan untuk Anak Belum Setara
Dalam kesempatan terpisah, Nadia menjelaskan kepada Tim Lifestyle Liputan6.com soal kampanye Learn Beyond Borders yang disuarakannya selama ini untuk mewakili kepentingan anak-anak kaum marjinal. Ia meyakini bahwa semua orang berhak mendapat akses ke pendidikan, tapi fakta di lapangan menunjukkan anak-anak yang lahir dari orangtua tanpa KTP, tidak bisa mendapatkan akses tersebut.
"Banyak sekali anak-anak yang tidak punya KTP dari orangtuanya itu tidak punya surat-surat, sehingga mereka juga tidak bisa bersekolah biarpun sekolah di Indonesia itu sebenarnya gratis. Melalui platform Miss Universe Indonesia 2024 ini, saya mau menyuarakan bahwa pendidikan itu penting," ujarnya.
Untuk mendukung anak-anak tersebut, ia bekerja sama dengan beberapa sekolah non-formal yang bisa menyediakan pendidikan. Mata pelajaran yang diberikan juga hampir mirip dengan sekolah formal, seperti matematika, IPA, IPS, dan bahkan Bahasa Inggris. "Dengan mereka bersekolah seadanya, bisa dibilang, itu membantu sekali untuk ke depannya,"Â kata Nadia.
"Mereka ada yang cerita-cerita mau jadi guru, mau jadi pilot, tapi akan sulit melanjutkan ke pendidikan tinggi kalau tidak ada dokumen administratif. Kalau mereka tidak mendapatkan ilmu-ilmu tersebut, itu (mimpi) tidak akan kejadian," ia menambahkan.
Â
Advertisement