Sukses

Ragam Keluhan Turis Asing Jelang Penetapan Pajak Wisata di Bali, Sampah sampai Diperas Sopir Taksi

Tepat dua minggu mendatang, yakni 14 Februari 2024, pajak wisata di Bali akan berlaku untuk wisatawan mancanegara (wisman)

Liputan6.com, Jakarta - Tepat dua minggu mendatang, yakni 14 Februari 2024, pajak wisata di Bali akan berlaku untuk wisatawan mancanegara (wisman). Jelang penetapan ketentuan tersebut, ragam keluhan telah diutarakan turis asing dari waktu ke waktu, mulai dari problem sampah sampai dugaan diperas sopir taksi.

Di antara sejumlah ulah wisman yang tidak kalah membuat naik pitam, ada juga yang bernasib kurang baik. Seorang turis asing asal Singapura, misalnya, yang mengaku jadi korban pencurian, dan menanggung kerugian tiga ribu dolar Singapura (sekitar hampir Rp35 juta) dalam bentuk uang tunai dan barang berharga lain, termasuk tas dan dompet.

Diduga Jadi Korban Pencurian 

Melansir Strait Times, 6 Desember 2023) insiden itu bermula saat Redha Indra bersama keluarganya, yang terdiri dari sembilan orang dewasa, termasuk dua lansia, serta tiga anak-anak, berlibur ke Bali. Mereka memesan vila empat kamar di Canggu dari 25 November 2023 hingga 2 Desember 2023.

Pada Kamis pagi, 30 November 2023, keluarga Redha yang baru terbangun mendapati sejumlah tas dan dompet mereka terbuka di samping ruang makan. Beberapa isinya telah hilang. Ketika mengecek kondisi vila, mereka menemukan bahwa pintu geser di samping kolam renang di dalam vila itu tidak bisa terkunci.

Redha mengatakan, keluarganya tidak mengetahui hal itu sebelumnya karena pintu itu dihalangi beberapa kursi di samping kolam renang. Pihak Villa Kenza, nama penginapan itu, menunjukkan rekaman kamera pemantau (CCTV) yang memperlihatkan sosok buram melompati dinding rendah yang mengitari vila terebut.

Sebuah sepeda motor dengan lampu mati terlihat beberapa kali melewati vila pada malam yang sama, dan sebuah sepeda motor juga terlihat meninggalkan vila. Tidak jelas apakah rekaman tersebut memperlihatkan sepeda motor yang sama.

"Tidak ada keamanan khusus di vila tersebut," tambah Redha. "Manajer hanya berbicara kepada kami melalui telepon, tidak datang menemui kami."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kata Manajemen Vila

Strait Times mengonfirmasi hal itu pada pihak manajemen vila, Azure International Bali, yang mengatakan, "Informasi tentang pintu dan pegawai (yang disebutkan Redha) tidak akurat."

Pihak manajemen juga mengklaim bahwa pintu geser yang dimaksud "dalam keadaan baik sebelum maupun sesudah tamu meninggalkan kamar." Mereka justru menuding bahwa "pintu tersebut tidak dikunci tamu pada malam hari."

Mereka juga menyebut pencurian itu sebagai "peristiwa malang yang berada di luar kendali kami dan kami tidak terlibat dalam permainan saling menyalahkan." Pihaknya "bekerja sama sepenuhnya dengan membantu tamu, melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang setempat, dan memberi tahu perusahaan asuransi."

Seorang karyawan vila memang menemani keluarga tersebut membuat laporan ke polisi setempat pada 30 November 2023. Keluarga itu kemudian pindah dari vila di hari yang sama meski telah membayar biaya menginap dua malam lagi.

Korban Diduga Pemerasan oleh Sopir Taksi

Pada awal Januari 2024, insiden pemerasan oleh sopir taksi terhadap dua wisman di Bali juga sempat menghebohkan. Menurut narasi yang beredar di internet, turis tersebut dipaksa membayar uang lebih besar dari tarif taksi yang ditumpanginya, lappr Tim Bisnis Liputan6.com per 12 Januari 2024.

3 dari 4 halaman

Berhasil Diamankan Polisi

Beruntung tindakan pelaku viral di media sosial, dan dengan cepat diamankan pihak berwenang. Namun, insiden diduga pemerasan itu sempat menimbulkan kekhawatiran pada citra pariwisata Bali.

Menanggapi persoalan itu, Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Bali, Tjok Bagus Pemayun menyarankan untuk dilakukan pemasangan stiker di moda transportasi umum. Hal itu untuk membedakan antara transportasi legal dan ilegal, sehingga kepatuhan dan keamanan dapat dipantau.

"Jika sopir melanggar, itu akan terlihat karena sudah terintegrasi dengan aplikasi," jelasnya saat konferensi pers virtual, 12 Januari 2024. Tjok Bagus juga mengimbau penyedia layanan sewa kendaraan agar memastikan penyewa menyertakan dokumen identitas.

Problem Sampah

Masalah lain yang seolah sudah menahun di Bali adalah sampah dan pengelolaannya. Baru-baru ini, seorang turis asal Inggris, Corrin, protes soal banyaknya sampah yang ia temui di Pantai Kuta. Pemandangan ini disayangkan karena, menurutnya, pesisir itu jadi salah satu yang muncul saat ia riset tentang tempat mana yang menarik disambangi di Bali.

"Semua orang bilang, datang ke Bali, Bali adalah destinasi liburan yang luar biasa," katanya. "Sejujurnya, saya sangat benci melihat ini."

Ya, selain sampah, ia juga memperlihatkan lalu lintas Bali yang dianggap kurang baik. "Saya bahkan tidak bisa menyeberang jalan. Saya berdiri di zebra cross, dan semua orang tetap saja lewat (dengan kendaraannya)," ia mengeluh.

4 dari 4 halaman

Sampah di Air Terjun Instagrammable

Turis asing, sekaligus YouTuber asal Skotlandia, Dale Philip, juga "kena prank." Alih-alih pantai, ia terkejut mendapati air terjun Instagrammable di Bali yang kolam airnya penuh sampah. Ia mengaku tahu keberadaan Air Terjun Pengempu dari media sosial, dan tertarik datang karena objek wisata di Bali itu terpotret memesona.

"Saya telah melihat tempat ini tampak luar biasa di banyak foto Instagram yang mencolok dan glamor, tapi ketika saya sendiri tiba di sana, saya menemukan bahwa tempat itu dipenuhi sampah," tulisnya di unggahan TikTok pada 15 Januari 2024.

Ia menyambung, "Saya tidak menyangka akan melihat tumpukan sampah tergeletak di sini," seraya memperlihatkan sampah yang mengambang di atas kolam air terjun. "Itu sungguh memalukan! Benar-benar memalukan. Saya yakin Anda tidak akan melihatnya di foto Instagram siapa pun… yah, itulah kenyataannya."

Rekaman kunjungannya kemudian beralih di antara keindahan air terjun di belakangnya dan sampah yang terkumpul di kolam di depannya. "Airnya tentu tidak bersih, apalagi dengan banyaknya sampah dan sebagainya, mungkin tidak aman sama sekali untuk berenang di air tersebut," katanya. "Saya cukup yakin itu akan membuat saya sakit."

Berharap limbah itu bukan disebabkan wisatawan, Dale menduga bahwa sampah-sampah tersebut mungkin mengalir ke kolam air terjun, bukan dibuang mereka yang datang mengunjungi daerah tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.