Sukses

Studi: Air Minum dalam Kemasan Mengandung Ratusan Ribu Potongan Plastik

Air minum dalam kemasan seratus kali lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya jika dikaitkan dengan jumlah potongan plastik kecil yang dikandungnya.

Liputan6.com, Jakarta - Air minum dalam kemasan seratus kali lebih buruk dari yang diperkirakan sebelumnya jika dikaitkan dengan jumlah potongan plastik kecil yang dikandungnya, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences.

Menggunakan teknik yang baru ditemukan, para ilmuwan menghitung rata-rata ada 240 ribu potongan plastik yang terdeteksi per liter air dalam merek-merek populer, yang mana ini 10--100 kali lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, lapor AFP, dikutip dari Japan Today, Selasa, 23 Januari 2024.

Ini meningkatkan potensi masalah kesehatan yang memerlukan penelitian lebih lanjut. "Jika masyarakat mengkhawatirkan nanoplastik dalam air kemasan, masuk akal untuk mempertimbangkan alternatif seperti air keran," profesor riset geokimia di Universitas Columbia dan salah satu penulis makalah tersebut, Beizhan Yan, mengatakan.

Ia menambahkan, "Kami tidak menyarankan untuk tidak meminum air minum dalam kemasan bila diperlukan, karena risiko dehidrasi lebih besar daripada potensi dampak paparan nanoplastik."

Dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan perhatian global terhadap mikroplastik, yang berasal dari sumber plastik yang lebih besar dan kini ditemukan di mana-mana, mulai dari lapisan es di kutub hingga puncak gunung. Polutan ini menyebar melalui ekosistem dan menemukan jalannya ke dalam air minum dan makanan.

Meski mikroplastik adalah segala sesuatu yang berukuran di bawah 5 milimeter, nanoplastik didefinisikan sebagai partikel dengan ukuran di bawah 1 mikrometer, atau sepersejuta meter. Itu sangat kecil sehingga dapat melewati sistem pencernaan dan paru-paru, memasuki aliran darah secara langsung dan dari sana ke organ, termasuk otak dan hati.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ada Nanoplastik, Selain Mikroplastik

Nanoplastik juga dapat melewati plasenta ke dalam tubuh bayi yang belum lahir. Penelitian mengenai dampaknya terhadap ekosistem dan kesehatan manusia masih terbatas, meski beberapa penelitian laboratorium awal mengaitkannya dengan efek racun, termasuk kelainan reproduksi dan masalah lambung.

Demi mempelajari nanopartikel dalam air kemasan, tim menggunakan teknik yang disebut mikroskop Stimulated Raman Scattering (SRS), yang baru-baru ini ditemukan salah satu rekan penulis makalah tersebut. Pihaknya menyelidiki sampel dengan dua laser yang disetel untuk membuat molekul tertentu beresonansi.

Proses itu kemudian mengungkap apa sebenarnya molekul tersebut pada algoritma komputer. Mereka menguji tiga merek air kemasan terkemuka, namun memilih tidak menyebutkan nama brand yang dijadikan sampel. "Karena kami yakin semua air kemasan mengandung nanoplastik, jadi memilih tiga merek populer dapat dianggap tidak adil," kata Yan.

Hasilnya menunjukkan ada 110 ribu hingga 370 ribu partikel per liter, yang 90 persen di antaranya adalah nanoplastik, sedangkan sisanya adalah mikroplastik.

 

3 dari 4 halaman

Kontribusi Mikroplastik pada Perubahan Iklim

Jenis yang paling umum adalah nilon, yang kemungkinan berasal dari filter plastik yang digunakan untuk memurnikan air. Disusul polietilen tereftalat atau PET, yang merupakan bahan pembuatan botol, dan larut saat botol dipres. Jenis plastik lainnya masuk ke dalam air saat tutupnya dibuka dan ditutup.

Selanjutnya, tim berharap menyelidiki air keran, yang juga ditemukan mengandung mikroplastik, meski pada tingkat yang jauh lebih rendah. Sebelumnya, para peneliti telah menemukan beberapa jenis polimer dan karet di dalam air awan yang mengelilingi Gunung Fuji dan Gunung Oyama.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Chemical Letters ini mengumpulkan bukti yang menunjukkan bahwa polusi plastik telah menyusup ke sebagian besar ekosistem di Bumi. Mengutip Euro News, 30 September 2023, fragmen plastik yang lebih kecil dari 5 mm atau kira-kira seukuran biji wijen telah ditemukan di bagian terjauh di planet ini dan di bagian paling intim tubuh manusia, termasuk darah, paru-paru, dan plasenta.

"Sepengetahuan kami, penelitian ini adalah yang pertama mendeteksi mikroplastik di udara dalam air awan di troposfer bebas dan lapisan batas atmosfer," tulis para ilmuwan.

4 dari 4 halaman

Berkontribusi pada Perubahan Iklim

Mikroplastik di awan diduga berkontribusi terhadap perubahan iklim. Plastik bersifat hidrofobik, tapi jadi hidrofilik setelah terpapar sinar ultraviolet dalam waktu lama, jelas para penulis.

Banyaknya polimer di beberapa sampel menunjukkan bahwa mereka mungkin bertindak sebagai "inti kondensasi" awan es dan air. Inti kondensasi adalah partikel kecil tempat uap air mengembun di atmosfer, sehingga penting untuk pembentukan awan.

"Secara keseluruhan, temuan kami menunjukkan bahwa mikroplastik di ketinggian dapat memengaruhi pembentukan awan dan, pada gilirannya, dapat mengubah iklim," menurut para ilmuwan.

 "Mikroplastik di troposfer bebas terangkut dan berkontribusi terhadap polusi global," kata penulis utama penelitian tersebut, Hiroshi Okochi, dari Universitas Waseda.

Ada berbagai cara mikroplastik bisa masuk ke atmosfer. Debu jalan raya, tempat pembuangan sampah, keausan ban, dan rumput buatan merupakan titik masuk potensial dari daratan. Sementara, laut juga dapat mengirim mikroplastik ke angkasa melalui semprotan air laut dan proses aerosolisasi lain.

Lebih lanjut peneliti mengungkap, jika isu polusi udara plastik tidak ditangani secara proaktif, risiko perubahan iklim dan ekologi dapat jadi kenyataan. Hal ini akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius dan tidak dapat diubah di masa depan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini