Sukses

1 dari 3 Perempuan Pilih Menunggu Pasangan yang Tepat daripada Buru-Buru Menikah

Menemukan pria yang cocok, menikah, dan berkeluarga. Itulah garis waktu yang secara historis dianggap sebagai jalan yang seharusnya dilalui para wanita oleh masyarakat. Namun, setelah disampaikan secara terus menerus dan seolah menjadi keharusan, perempuan kini tampaknya sudah mulai merasa muak.

Liputan6.com, Jakarta - Menemukan pria yang cocok, menikah, dan berkeluarga. Itulah garis waktu yang secara historis dianggap sebagai jalan yang seharusnya dilalui para wanita oleh masyarakat.

Namun, setelah disampaikan secara terus-menerus dan seolah menjadi keharusan, perempuan kini tampaknya mulai merasa muak. Dilansir dari laman New York Post, Selasa, 21 November 2023, data baru menunjukkan bahwa perempuan sudah mulai jenuh dengan tekanan terus-menerus untuk mengikuti jadwal hubungan tradisional.

Kini, 1 dari 3 perempuan menyatakan bahwa mereka tidak lagi fokus untuk mencapai tujuan sosial tersebut. Temuan yang terungkap dalam laporan kencan tahunan 2023 yang diterbitkan aplikasi kencan Bumble.

Survei menunjukkan bahwa perempuan cenderung mendorong mundur waktu pernikahan dan malah memprioritaskan untuk menemukan pasangan yang tepat, daripada terburu-buru untuk mencapai tujuan yang menurut mereka sudah ketinggalan zaman.

"Perempuan semakin bertanya-tanya mengapa mereka merasa perlu mengikuti aturan yang sudah ketinggalan zaman dalam hal perjalanan kencan dan pencapaian hubungan mereka," kata Lucille McCart, direktur komunikasi aplikasi kencan APAC, kepada news.com.au.

"Faktanya, 31 persen wanita mengatakan mereka tidak lagi fokus pada jadwal dan tahapan hubungan tradisional. Jadi garis waktu sudah tidak relevan, dan Anda dapat memilih jalan Anda sendiri," tambahnya.

Pergeseran waktu pernikahan semakin berkembang pesat, Bumble menjuluki fenomena tersebut sebagai "penurunan garis waktu". Namun, ini bukan berarti menjadi akhir dari hubungan romantis.

"Ini tidak berarti hubungan romantis tidak penting lagi," jelas McCart. Ia juga menyatakan 72 persen wanita di Bumble mencari hubungan jangka panjang.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pergeseran Waktu Pernikahan

Hanya 23 persen yang secara aktif menjadikan pernikahan sebagai tujuan mereka. "Saya pikir ini adalah revolusi yang sangat menarik bagi para lajang Australia," ungkap McCart.

Ia menjelaskan bahwa orang sering terjebak di pola yang sama saat sudah mulai berkencan dan menjalani hubungan serius. Kebanyakan tidak dapat menyimpang dari ekspektasi tradisional tentang bagaimana sebuah hubungan harus berkembang.

"Tinggal bersama, bertunangan, membeli rumah, menikah, mempunyai bayi. Tetapi tidak apa-apa jika menginginkan sesuatu yang berbeda," jelasnya lagi.

Bumble pun dibangun berdasarkan konsep bahwa peran gender tradisional sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi berguna dalam masyarakat modern. McCart merasa bisa melihat revolusi telah terjadi.

Satu dari delapan orang lajang yang menggeser waktu pernikahannya juga mengatakan bahwa mereka secara aktif menghindari teman dan keluarga yang memberi tekanan pada mereka. Hal ini bahkan lebih umum terjadi di Australia, dengan 1 dari 4 wanita menghindari orang yang tidak setuju dengan pilihan mereka, menurut survei Bumble.

3 dari 4 halaman

Keintiman Emosional Menjadi Lebih Penting

Aplikasi kencan ini juga mengungkap tren kencan baru lain dalam data yang mereka peroleh, termasuk jumlah orang yang kini percaya bahwa keintiman emosional lebih penting daripada seksual. Mereka juga menyatakan bahwa kedekatan emosional lebih menarik dibandingkan dengan hubungan fisik.

Statistik menunjukkan 32 persen lajang berfokus pada keintiman emosional dibandingkan tindakan seksual fisik, dan menyatakan bahwa mereka mencari keselamatan dan keamanan saat berkencan. Sementara, 3 dari 4 persen wanita mengatakan bahwa penting bagi pasangannya untuk memahami keintiman emosional dan fisik. 

Bukan hanya bagi wanita, para pria juga menyatakan kedekatan emosional menjadi hal yang penting. Sekitar 1 dari 4 pria mengungkap bahwa mereka secara aktif mengubah perilaku saat berkencan.

Mereka menjadi lebih menunjukan sisi rentan dan terbuka terhadap orang yang mereka minati dibandingkan sebelumnya. Bagi seperempat pria, keterbukaan baru ini berdampak positif pada kesehatan mental mereka, dan bagi 1 dari 3 pria, kurangnya kemampuan untuk menunjukan sisi yang rentan kini menjadi penghalang dalam berkencan.

4 dari 4 halaman

Tren Kencan yang Mempertimbangkan Keaktifan Pasangan pada Isu Penting

Aplikasi kencan populer yang telah ada selama hampir 10 tahun itu, juga mengatakan ada peningkatan jumlah orang yang menghargai keterlibatan calon pasangan dalam isu-isu yang penting. Tren tersebut dijuluki kencan "Val-Core".

"Dalam praktiknya, hal ini terlihat seperti melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan oleh generasi orang tua kita. Mengangkat topik seperti politik, patriarki, perubahan iklim, ketidakadilan rasial, atau bahkan meningkatnya kesenjangan kekayaan menjadi topik pembicaraan pada kencan pertama, atau bahkan lebih awal," ungkap McCart.

Berdasarkan pengalamannya, bertanya kepada seseorang tentang pilihannya tersebut sangat tidak etis. Namun bagi generasi muda, diskusi tentang rencana mereka untuk memilih dalam pemilihan umum baru-baru ini, dan menanyakan pendapat orang lain tentang cara mereka memilih atau kepada siapa rencana untuk memberikan suara,  tersebar luas di media sosial, dan juga aplikasi kencan.

Kebiasaan berkencan lain yang meningkat termasuk "Betterment Burnout", yang mengacu pada para lajang Australia yang memberontak terhadap pengembangan diri secara terus-menerus dan lonjakan olahraga sebagai hal yang umum.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.