Sukses

Ketika Gen Z Menghidupkan Kembali Warisan Karya WR Supratman di Momen Hari Pahlawan

Tidak kurang dari 12 lagu WR Supartman dilantunkan, termasuk oleh cicitnya, dalam sebuah konser yang menandai perilisan album perdana berisi karya sang pahlawan nasional.

Liputan6.com, Jakarta - Mengembalikan selebrasi Hari Pahlawan ke hakikatnya, Yayasan WR Supratman mempersembahkan album perdana pahlawan nasional bernama lengkap Wage Rudolf Supratman itu dalam sebuah konser di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Jakarta Pusat, Jumat, 10 November 2023.

Pesannya kian spesial karena Antea Putri Turk (14), cicit buyut dari kakak kandung WR Supratman Ngadini Soepratini, jadi salah satu penampil. "Malam ini total ada 12 lagu yang dipersembahkan," sebut Ketua Umum Yayasan WR Supratman, sekaligus cucu Gijem Soepratinah yang merupakan adik kandung WR Supratman, Budi Harry, saat jumpa pers sebelum konser, kemarin.

Mengumpulkan belasan lagu ini pun bukan perkara mudah. Wakil Ketua Umum Yayasan WR Supratman dan cicit kakak kandung WR Soepratman, Endang Wahyuningsih Josoprawiro Turk, menyebut, "Sebenarnya ada 15 lagu yang ditulis WR Supratman, tapi tiga lagi tidak ketemu, padahal kami sudah cari sampai ke Belanda (bekerja sama dengan pakar di sana)."

Ketiga lagu yang disebutkan di literatur, namun tidak ditemukan lirik dan melodinya, sambung ibunda Antea, berjudul Bangunlah Hai Kawan, Pandu Indonesia, dan Bendera Kita Merah Putih. Dua belas sisanya pun ditemukan tidak selalu dalam "keadaan utuh." 

Indonesia Tjantik, misalnya. Ketua Harian Yayasan WR Supratman, Dr Dario Turk, bercerita bahwa sekitar sebulan lalu, seorang kurator Museum Sumpah Pemuda bernama Eko memberikan tulisan panjang karya WR Supratman berjudul Indonesia Tjantik dari tahun 1930-an.

"Itu sepertinya bukan lagu karena tulisannya panjang. Mungkin sajak," sebut dia menduga. "Setelah itu, saya minta Antea (putrinya) untuk membuatkan melodi dan tulisan itu jadi liriknya. Sekarang Antea sudah terdaftar (HaKI) sebagai penulis melodi lagu tersebut."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Persiapan Konser

Pemilihan aransemennya, Dr Dario melanjutkan, mengarah pada lagu-lagu WR Supartman terdahulu, jadi tidak keluar dari ciri khas musiknya. "Sudah bikin, terus diperdengarkan ke Endang (istrinya), tapi dia bilang, 'Ini bukan WR Supratman.' Akhirnya kami ganti lagi, referensinya jadi lagu keroncong zaman (pendudukan) Belanja," bebernya.

Ia menyebut bahwa konser ini sebenarnya sudah dirancang lima tahun lalu, namun terus tertunda karena satu dan lain hal. "Berkali-kali meeting, kerja sama dengan Kedutaan Besar Indonesia di Belanda. Mereka bantu cari (bukti literatur) karya WR Supratman," sebut dia.

Baru setahun ini mereka melakukan riset intensif, dan akhirnya berhasil mengumpulkan 12 lagu karya WR Supratman. Proses pengumpulan lagu membuat persiapan konser pun kian menantang bagi Antea. "Mepet," sebutnya saat ditanya soal persiapan konser. "Ada banyak lagu yang belum lengkap."

"Setelah dapat lirik (dari hasil riset), saya cepat-cepat hafalkan, atau bikin melodi, dan syukurnya bisa. Saya kemudian melakukan latihan intensif bersama guru saya, Aning Katamsi (penyanyi seriosa)," ia menyambung.

3 dari 4 halaman

Lagu Paling Menyentuh

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno jadi salah satu yang menghadiri konser tersebut. Dalam sambutannya, ia berkata, "Saya ucapkan selamat untuk peluncuran album perdana lagu-lagu WR Supratman. Ini adalah sebuah milestone, dan (bertepatan) di Hari Pahlawan, 10 November (2023), yang sangat membanggakan."

"Sukses bagi Yayasan (WR Supratman) yang telah berjuang meluruskan sejarah WR Supratman," imbuh Menparekraf. "Atas nama Kemenpakraf, kami terus mendorong dan tentunya di hari yang penuh berkah ini, kami berharap, selain lagu Indonesia Raya 3 Stanza, ada belasan lagu ciptaan WR Supartman lain yang sangat partriotik."

"Saya sangat berharap generasi muda terinspirasi semangat kepahlawanan WR Supratman. Semoga kita mendapatkan inspirasi, dan selamat menyaksikan!" tandas Sandi.

Setlist konser tersebut terdiri dari Indonesia Raya (3 Stanza), Dari Barat sampai ke Timur, Indonesia Hai Ibuku, Matahari Terbit, Pahlawan Merdeka, Ibu Kita Kartini, Di Timur Matahari, Mars Parindra, Mars KBI, Mars Surya Wirawan, Indonesia Tjantik, dan Selamat Tinggal.

Sandi berbagi, "Saya kagum sekali Antea (yang notabene gen Z) bisa mendalami logat tahun 1920-an dengan penjiwaan luar biasa. Ini talenta yang betul-betul bisa kita bawa ke level dunia. Saya akan mendukung Antea dan karya-karyanya."

Ia diharapkan tidak hanya mengangkat karya-karya leluhurnya, WR Supartman, tapi juga karya baru yang "nantinya bisa jadi kebanggaan kita," sebut dia. Selamat Tinggal jadi lagu yang disebut paling menyentuh bagi Sandi.

"Karena WR Supratman seperti sudah tahu itu lagu terakhirnya," kata Menparekraf. "Ia mengucapkan selamat tinggal pada bangsa dan negaranya. Selain, saya juga baru tahu lagu Dari Sabang sampai Marauke itu sebenarnya liriknya Dari Barat sampai ke Timur." 

4 dari 4 halaman

Tuntutan Pihak Keluarga

Album lagu WR Supartman sendiri dirilis bukan untuk dijual secara komersial, melainkan sebagai bentuk legasi dari pria yang sebenarnya lahir di Jatinegara, Jakarta Timur, alih-alih Purworejo, sebagaimana sering disebutkan. "Banyak sejarah keliru tentang Wr Supratman, dan kami dari yayasan sedang berusaha meluruskannya," kata Dr Dario.

Ia bercerita bahwa seluruh lagu yang dibawakan di konser telah terdaftar HaKI-nya. "Ironinya, kami dari pihak keluarga yang bayar uang ke negara untuk daftar HaKI, termasuk untuk lagu Indonesia Raya 3 Stanza," ia berkata.

Berkaca pada kejadian kebakaran di Museum Nasional, September 2023, pihak keluarga meminta biola WR Supratman ditaruh di samping bendera pusaka. "Biola WR Supratman sekarang berada di Museum Sumpah Pemuda, dititip ke sana pada 1973 karena pihak keluarga tidak sanggup merawat," sebutnya.

"Melihat Museum Nasional terbakar, kami takut kejadian serupa terjadi di Museum Sumpah Pemuda, yang notabene hanya satu bangunan rumah tua. Karena itu, kami minta biola WR Supratman untuk dipindahkan, dan negara bekerja sama dengan pakar untuk merestorasi dan membuat 1--2 buah replikanya," pinta Dr Dario.

Selain, pihak keluarga juga meminta ada patung dan nama jalan sang pahlawan nasional di Jakarta, yang menurut mereka adalah tanah kelahiran WR Supratman. Menanggapi itu, Sandi berkata, "Nanti saya sampaikan ke Pj Gubernur (DKI Jakarta), karena untuk nama jalan ada prosedur yang harus dipenuhi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.