Sukses

Taman Margasatwa Ragunan Kini Manfaatkan Kotoran Hewan Jadi Tenaga Listrik

Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Biogas, yang memanfaatkan limbah kotoran hewan dan sampah organik di Taman Margasatwa Ragunan, mampu menghasilkan listrik sebesar 234 kWh.

Liputan6.com, Jakarta - Pengelolaan sampah secara bertanggung jawab sudah seharusnya dilakukan berbagai pihak, dan merealisasikan itu, Taman Margasatwa Ragunan (TMR) punya pendekatan terbaru. Secara mandiri, pihaknya kini mengubah limbah organik, terutama kotoran hewan, jadi gas dan tenaga listrik.

Merujuk rilis pada Liputan6.com, Rabu, 20 September 2023, itu dikerjakan melalui program Waste to Energy (WTE) dan Learning Center mengenai pengolahan sampah. Selama ini, limbah kotoran hewan itu diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) di TMR.

Sampah organik yang terkumpul akan diolah jadi kompos, klaim mereka. Namun, hal ini terkendala keterbatasan lahan dan sumber daya. Lewat program Waste to Energy CSR Project, mereka menggandeng Paiton Energy dalam mengembangkan solusi pengelolaan sampah terintegrasi.

Praktiknya bermaksud mengembangkan energi terbarukan berupa pemasangan dan pengoperasian delapan unit mesin biodigester untuk mengolah kotoran hewan dan sampah organik lain jadi biogas. Hasilnya kemudian dapat menggerakkan mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Biogas.

PLTSa Biogas di TMR, sambung mereka, selanjutnya akan dikelola secara mandiri oleh tim TMR. Mesin-mesin ini dapat mengolah limbah organik dan kotoran hewan maksimal dua ton per hari, sementara PLTSa Biogas disebut mampu menghasilkan listrik sebesar 234 kWh.

Listrik akan dimanfaatkan untuk kebutuhan WTE dan Learning Center. Selain itu, mesin Biodigester juga bisa memproduksi pupuk padat dan pupuk cair organik untuk pertanian yang dapat dimanfaatkan Unit Pengelola dan pengunjung Taman Margasatwa Ragunan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Energi dari Sumber Terbarukan

Bagi Paiton Energy, program WTE di TMR merupakan kelanjutan program serupa yang telah diluncurkan pihaknya di Universitas Indonesia pada akhir 2021. Presiden Direktur PT Paiton Energy, Koichiro Miyazaki, mengatakan bahwa ini adalah aksi nyata kolaborasi antara pihak swasta dengan instansi pemerintah.

Kerja sama itu, Miyazaki melanjutkan, merupakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim melalui sejumlah program inisiatif pengurangan dan penyerapan emisi karbon yang berkelanjutan. "Keberadaan WTE juga sangat bermanfaat untuk mengatasi limbah organik di TMR, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan menghasilkan energi dari sumber terbarukan," sebut dia.

Program WTE dan Learning Center telah diresmikan bersamaan dengan perayaan hari ulang tahun ke-159 TMR pada 19 September 2023. Hadir juga di kesempatan itu, Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Bayu Meghantara, menyebut bahwa Unit Pengelola TMR telah jadi proyek percontohan dalam pengelolaan limbah organik yang pada awalnya hanya jadi kompos.

3 dari 4 halaman

Dominasi Sampah Organik di TPA

Bayu berkata, "Untuk itu, kami sebagai institusi pemerintah sangat mengapresiasi kerja sama antara Pemprov DKI Jakarta dan PT Paiton Energy untuk terus berkesinambungan mengembangkan energi ramah lingkungan."

Kepala Unit Pengelola TMR, Endah Rumiyati, menyambung bahwa misi pihaknya sejalan dengan PT Paiton Energy, yaitu mengubah limbah organik jadi produk yang dapat berguna untuk kebaikan alam.

Berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2022, dikutip dari situs webnya, Rabu, 20 September 2023, jumlah timbulan sampah di Indonesia tercatat sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi limbah organik.

Khususnya, mereka menambahkan, sampah sisa makanan yang mencapai 41,27 persen, dan sekitar 38,28 persen dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca jika tidak terkelola dengan baik.

Data yang sama menyebut bahwa sebanyak 65,83 persen sampah di Indonesia masih diangkut dan dibuang ke TPA.

4 dari 4 halaman

Kelola Sampah Organik Secara Mandiri

Pada Februari 2023, KLHK menggagas "Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri" untuk mengajak masyarakat membuat pupuk kompos secara mandiri demi mengurangi timbulan sampah organik di TPA. Saat itu, kegiatan tersebut dipusatkan di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu, 26 Februari 2023 dengan menghadirkan stan kompos dan demo kompos.

Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar, jika seluruh masyarakat Indonesia mampu mengompos sampah organik sisa makanan setiap tahun secara mandiri di rumah, kira-kira ada 10,92 juta ton sampah organik tidak dibawa ke TPA.

Hal itu juga bisa menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 6,8 juta ton. Langkah paling sederhana mengolah sampah organik jadi kompos adalah menempatkan sisa-sisa makanan langsung ke dalam lubang-lubang biopori dan membiarkan mikroorganisme tanah yang bekerja melakukan proses pelapukan, serta pembusukan secara alamiah.

Selain itu, kompos juga bisa dibuat dengan menempatkan sampah organik ke dalam tong komposter dan menyiramnya dengan cairan EM4 untuk mempercepat proses pembuatan kompos.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini