Sukses

Pandawara Group Pimpin Kreator Konten Bersihkan Sampah di Sungai Bogor: Hati-Hati Ular Berbisa

Pandawara Group menyebut sampah di Sungai Kalibaru, Bogor, terbilang kasus expert karena sampah sudah menumpuk sejak 10 tahun lalu hingga menyumbat aliran air.

Liputan6.com, Jakarta - Pandawara Group kembali turun ke lapangan membersihkan sampah. Berkolaborasi dengan TikTok, kelima anak muda asal Bandung itu memimpin 24 kreator konten untuk turun langsung membersihkan tumpukan sampah di Sungai Kalibaru, daerah Pabuaran, Kabupaten Bogor.

Berkumpul sejak pukul 9 pagi, pada Rabu, 16 Agustus 2023, Pandawara memulai kegiatan dengan pengarahan. Gilang, salah satu anggota, menjelaskan bahwa ada sejumlah aturan yang harus diikuti agar kegiatan bisa berjalan lancar dan aman, khususnya bagi mereka yang akan terjun langsung bersihkan sampah di sungai.

"Sesuai dengan yang kita alami selama ini, sebaiknya tidak punya masalah penyakit kulit. Kita enggak tahu kuman atau bakteri apa yang disentuh di sungai," kata Gilang.

Para pemula juga diingatkan soal bau menyengat dari sampah yang bisa berefek kesehatan. "Yang baru nyium sampah secara dekat, deket banget ke hidung, strong banget efeknya. Yang terberat bisa pusing, kepala berkunang-kunang, bahkan pingsan. Apapun itu, kalau pusing-pusing, bilang langsung ya," sambung dia.

Gilang juga menyebut ancaman lain dari membersihkan sampah di sungai, yakni ular. Berdasarkan pengalaman Pandawara membersihkan anak Kali Krukut beberapa waktu lalu, ular berbisa menjadi ancaman terbesar karena mereka bisa bersembunyi di tumpukan sampah.

"Bukan nakut-nakutin tapi lebih waspada," katanya. "Ular biasanya suka tumpukan sampah, apalagi sampah yang lebih 2--3 bulan," imbuhnya.

 

Ia pun mengingatkan agar para influencer yang turun ke sungai untuk tidak mendekati pelataran sungai, terutama dekat lubang-lubang. Biasanya ular tinggal di lubang-lubang tersebut. Di samping, mereka juga waspada dengan arus bawah sungai yang deras.

"Jadi, tidak sesederhana itu membersihkan sungai," ujar Gilang lagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kondisi Sungai Sudah Darurat

Karena itu, mereka telah memasang tali tambang sebagai salah satu pengaman. Para influencer juga dibagikan sarung tangan, wearpack, dan sepatu bot sebagai bagian dari keselamatan sebelum nyemplung ke sungai.

Pandawara meminta 20 orang terjun ke sungai dan sisanya bersiap di atas untuk mengambil sampah dan memindahkannya ke truk sampah yang berjaga di tepi jalan. Sampah itu selanjutnya dibawa ke TPA Galuga yang perjalanannya bisa memakan waktu dua jam bila tak macet.

Cuaca panas menambah tantangan. Belum lagi posisi sungai yang lebih rendah dari jalan sehingga pengumpulan sampah perlu diestafetkan. Ada ekstra energi yang dihabiskan untuk menaikkan sampah ke tepian hingga bak truk sampah.

Setelah berjibaku lebih dari 2,5 jam, bak truk sampah pun mencapai kapasitas maksimumnya. Padahal, tumpukan sampah di sungai masih banyak dan terlihat menyumbat aliran air. "Kita sih inginnya ngambilin lagi," ucap Gilang di sela-sela istirahat.

Ia mengaku pemilihan sungai itu atas rekomendasi TikTok, sesuai kriteria yang ditetapkan Pandawara. Berdasarkan penilaiannya, masalah sampah di sungai itu sudah darurat dan butuh ahli untuk membereskannya.

"So far, Pandawara itu selalu membersihkan sungai yang kondisinya sudah sangat darurat," ucapnya. Darurat yang dimaksud adalah sampah sudah menumpuk tahunan hingga menghambat aliran air. "10 tahun tadi kata salah satu warga setempat," imbuh dia.

3 dari 4 halaman

Jenis Sampah Terbanyak

Dari berkantong-kantong sampah yang dikumpulkan saat itu, Gilang menyatakan styrofoam menjadi sampah paling dominan. Hal itu bukti bahwa styrofoam yang tidak ditangani dengan baik, hanya membuat masalah lingkungan makin pelik.

Di sisi lain, arus sungai itu lumayan deras sehingga perlu penangkal agar sampah tak sampai hanyut ke titik lain. Sayang, tim hanya memiliki kayu seadanya yang tidak benar-benar mampu menangkap sampah.

"Pantai itu sulitnya (membersihkan sampah) karena kita enggak kuat sama cuaca panas, tapi untuk teknis pengambilan sampahnya lebih sulit di sungai," ucap Gilang.

Kegiatan pembersihan sampah di sungai itu sebagai bagian perayaan HUT ke-78 RI yang bertajuk #Serunya17an (dibaca "serunya tujuh belasan" atau "serunya satu tujuan"). Tujuannya untuk mengajak komunitas TikTok dan masyarakat luas sama-sama berjuang mencapai satu tujuan, yaitu Indonesia yang lebih baik.

Sejalan dengan tema HUT RI tahun ini, "Terus Melaju untuk Indonesia Maju", TikTok akan menyorot perjuangan para pejuang kreatif dengan harapan dapat menginspirasi masyarakat untuk ikut maju membawa perubahan positif bagi Indonesia. 

"Di TikTok, kita melihat kreator dan konten yang beragam, mulai dari edukasi, hiburan, budaya, dan masih banyak lagi. Namun mereka memiliki satu tujuan yang sama, yaitu memberikan dampak positif kepada Indonesia," kata Kevin Chandra, Education & Lifestyle Creators Partnership Lead, TikTok Indonesia, dalam keterangan terpisah.

4 dari 4 halaman

Styrofoam Masalah Besar

Masalah sampah plastik, termasuk styrofoam, kian mendesak aksi berdampak nyata. Sementara solusi isu ini sebenarnya harus tersusun secara paralel, Anda juga punya andil dalam bagiannya. Sederhana saja: katakan tidak pada styrofoam!

Styrofoam kerap digunakan karena mudah didapatkan. Namun, sampah styrofoam bertahan lama, karena tidak mudah terurai, dibutuhkan waktu sekitar 500--1 juta tahun untuk dapat terurai oleh tanah. Itu pun tidak terurai sempurna, melainkan berubah jadi mikroplastik dan kembali membebani lingkungan.

Mengingat dampak mengerikan itu, organisasi lingkungan The Antheia Project menyatakan "Indonesia darurat sampah styrofoam," dan mengajak masyarakat menyerukan "Say No To Styrofoam." Dalam keterangannya pada Liputan6.com, Kamis, 24 November 2022, co-founder The Antheia Project, Ruhani Nitiyudo, berkata, "Kami ingin mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk bisa merawat alam dalam keseharian, agar bisa menciptakan kehidupan yang sehat dan harmonis dengan alam."

"Sampah styrofoam merupakan masalah yang harus segera diatasi dan membutuhkan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat, serta pemerintah pusat dan daerah," tuturnya. "Kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan juga diperlukan untuk mendukung gerakan dan semakin banyak orang yang terlibat untuk bersikap baik pada alam."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.