Sukses

Suhu Ekstrem Thailand Capai 42,5 Derajat Celcius, Warga Diminta Tetap Tinggal di Dalam Ruang

Departemen Meteorologi Thailand meminta warga mengantisipasi potensi badai musim panas akibat suhu ekstrem yang terjadi. Suhu ekstrem yang terjadi bahkan sudah memakan korban jiwa.

Liputan6.com, Jakarta - Thailand menghadapi suhu ekstrem hingga otoritas setempat memerintahkan warganya agar tetap tinggal di dalam ruang. Departemen Meteorologi Thailand memperkirakan pada Sabtu, 22 April 223, bahwa suhu di negeri itu dalam 24 jam bisa mencapai 43 derajat Celcius di wilayah utara dan mencapai 40 derajat Celcius di Bangkok.

Melansir AP, Minggu (23/4/2023), suhu udara tertinggi pada Sabtu pekan ini tercatat 42,5 derajat Celcius terjadi di Provinsi Phetchabun, utara Thailand. "Bahkan bila aku menyatel AC di suhu 20 derajat, aku tetap berkeringat," kata Supichaya Jittaleela yang menghadiri kampanye politik luar ruang menanggapi suhu ekstrem Thailand.

Warga Thailand mesti mewaspadai suhu ekstrem dan badai musim panas mendadak setidaknya hingga pekan depan, kata departemen cuaca. Pasalnya, kondisi itu sudah memakan korban. Seorang petugas polisi yang mengarahkan lalu lintas di Samut Prakarn, sebuah provinsi tepat di selatan Bangkok, pingsan dan meninggal karena serangan jantung, lapor media pada minggu ini.

Indeks panas (HI) tertinggi pada Sabtu - yang mengukur seperti apa suhu karena kelembapan - diperkirakan mencapai 53,8 C (129 F) di Provinsi Chonburi. Pada Minggu (23/4/2023), pulau resor selatan Phuket bisa terasa lebih panas dari 54 C.

Panas menjadi masalah bagi sekitar 2.000 orang pada rapat umum politik di Bangkok. Meskipun keteduhan dari pusat perbelanjaan melindungi mereka dari sinar matahari langsung, banyak yang terlihat mencoba untuk mendinginkan diri, dengan kipas tangan bertenaga baterai dan kuno.

"Panas, jauh lebih panas. Itu sebabnya saya membawa kipas saya," kata Rungtip Sangvittayothai (63). Thailand mengadakan pemilihan umum bulan depan.

Dikutip dari Bangkok Post, musim panas diprediksi akan berakhir di pertengahan bulan ini. Namun, Thailand diperkirakan menghadapi efek fenomena El Nino di pertengahan Juni 2023. Hal itu, menurut Departemen Meteorologi, akan menyebabkan kekeringan parah di negara tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Suhu Ekstrem Berefek pada Kesehatan

Thailand menghadapi gelombang panas. Pemerintah setempat memperkirakan suhu tertinggi sepanjang bulan-bulan musim panas dapat mencapai 40 derajat Celcius, lebih rendah dari prediksi sebelumnya yang menyebut 43 derajat Celcius. Somkhwan Tanchan, Direktur Divisi Pengamatan Meteorologi, mencatat bahwa suhu maksimum rata-rata secara konsisten berada di sekitar 40 derajat Celcius sejak awal bulan ini.

Prediksi suhu itu dapat dikaitkan dengan palung bertekanan rendah, berbeda dengan gelombang panas yang dialami negara tetangga, seperti India dan Bangladesh sejak awal April 2023. Namun dengan keparahan yang akan datang dari kekeringan tahun ini yang jauh melampaui situasi pada tahun 2019 dan 2020, Thailand dapat menghadapi rangkaian suhu tinggi lainnya dalam waktu dekat.

Departemen Meteorologi(MD) juga mengkhawatirkan dampak kesehatan yang dapat disebabkan oleh paparan suhu tinggi terus menerus. Pada Jumat lalu, indeks panas (HI) mencatat 54C yang mengkhawatirkan di distrik Bang Na Bangkok, serta di Chon Buri dan Phuket, seperti dilaporkan Chomphari Chomphurat, Dirjen Departemen Meteorologi.

HI, juga disebut sebagai suhu semu, mencerminkan suhu yang dirasakan oleh tubuh manusia ketika kelembapan relatif digabungkan dengan suhu udara. HI berkisar dari 41 hingga 54C meningkatkan risiko sengatan panas secara substansial, terutama dengan paparan panas yang berkepanjangan, menurut informasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan.

 

 

3 dari 4 halaman

Badai Musim Panas Mulai Makan Korban

Sementara, HI yang melebihi 54C dikaitkan dengan risiko sengatan panas yang sangat tinggi. Daerah Bang Na di Bangkok, serta provinsi Chon Buri dan Phuket, mengalami peningkatan nilai HI karena kelembapannya yang tinggi, karena lokasinya dekat dengan laut.

Panas terik diprediksi masih berlangsung hingga hari ini. Selain itu, kondisi cuaca ekstrem termasuk potensi badai petir diantisipasi mulai Senin hingga Kamis pekan depan.

Nyatanya, badai musim panas sudah terjadi di dua distrik di Provinsi Nakhon Phanom, sebelah timur laut Thailand. Sekitar 70 rumah di distrik That Phanom dan Renu Nakhon rusak pada Sabtu sore, menurut pihak berwenang.

Di distrik That Phanom, desa Moo 3 dan Moo 8 di Tambon Phon Phaeng menghadapi hujan lebat, hembusan angin kencang, dan badai petir selama kurang lebih satu jam. Akibatnya, atap sekitar 50 rumah tertiup angin kencang, dengan sekitar sepuluh di antaranya mengalami kerusakan parah. Perkiraan biaya perbaikan untuk setiap rumah telah dihitung sekitar 50.000 baht atau sekitar Rp22 juta.

Selain itu, sepuluh tiang listrik tumbang karena angin kencang, menyebabkan pemadaman listrik total di dua desa. Di sub-distrik Nathon, juga di distrik That Phanom, sekitar 20 rumah rusak, Bangkok Post melaporkan.

 

4 dari 4 halaman

Taksiran Kerusakan

Nippitch Ati-anawat, Kepala Distrik That Phanom, telah mengarahkan pejabat dari Pusat Pencegahan dan Mitigasi Bencana dan pemerintah setempat untuk menilai kerusakan guna memberikan bantuan yang sesuai kepada warga yang terdampak. Di distrik terdekat Renu Nakhon, tiga kerbau mati disambar petir di sawah di Tambon Na Ngam. Kerusakan properti perumahan di daerah ini saat ini sedang dinilai juga.

Sebelumnya, Thailand menghadapi polusi udara di tingkat membahayakan. Korban terutama berada di Chiang Mai yang diselimuti kabut asap tebal yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan. 

Dari platform pemantauan udara global IQAir mencatat pemeringkatan di antara tempat-tempat paling tercemar di dunia di atas hotspot biasa seperti Lahore dan Delhi. Demikian dikutip dari Strait Times, Kamis, 13 April 2023. Warga telah mengajukan petisi kepada pemerintah untuk bertindak dengan gambar dan video kabut tebal yang menarik perhatian publik menjelang pemilihan nasional pada Mei yang sangat dinantikan.

Pada Selasa, kehidupan sehari-hari di Chiang Mai, Thailand, berlanjut meski polusi udara membahayakan. Ini dilihat dari catatan yang menunjukkan tingkat partikel PM2,5 yang berbahaya, sangat kecil sehingga dapat memasuki aliran darah, lebih dari 30 kali lipat pedoman tahunan Organisasi Kesehatan Dunia, menurut IQAir.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini