Sukses

Peralatan Tradisional untuk Membuat Jamu Gendong

Selain untuk menyembuhkan gangguan kesehatan tertentu, jamu juga berfungsi untuk pencegahan. Jadi, jamu dikonsumsi agar tubuh senantiasa sehat dan bugar. Sebagian besar peralatan yang digunakan untuk membuat jamu gendong adalah peralatan tradisional.

Liputan6.com, Jakarta - Jamu telah memegang peranan penting dalam pemeliharaan masyarakat Nusantara sejak ratusan tahun silam. Secara sederhana dapat dipahami bahwa jamu adalah obat herbal dari Indonesia yang dibuat dari bahan-bahan alami berupa berbagai bagian dari tumbuhan, seperti daun, rimpang, batang, buah, bunga, dan kulit batang.

Dikutip dari "Jamu Gendong Solusi Sehat Tanpa Obat" oleh Sukini, Jumat (31/3/2023), jamu berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Selain untuk menyembuhkan gangguan kesehatan tertentu, jamu juga berfungsi untuk pencegahan. Jadi, jamu dikonsumsi agar tubuh senantiasa sehat dan bugar. Sebagian besar peralatan yang digunakan untuk membuat jamu gendong adalah peralatan tradisional.

Penggunaan alat-alat ini mengandalkan tenaga manusia. Penggunaan alat modern yang dijalankan menggunakan tenaga listrik sangat terbatas. Hal tersebut karena tidak semua jenis jamu gendong dapat diproses menggunakan peralatan modern.

Ada jenis-jenis jamu tertentu yang harus dibuat secara manual karena membutuhkan tekstur yang kasar dan kesat. Simak peralatan yang digunakan membuat jamu gendong berikut:

1. Lumpang dan alu

Lumpang adalah wadah berbentuk bejana yang terbuat dari kayu atau batu. Wadah ini biasanya digunakan untuk menumbuk padi, kopi, atau bahan olahan lainnya.

Dahulu, lumpang batu sangat banyak ditemukan di desa-desa di Pulau Jawa. Hal ini karena batu andesit yang menjadi bahan baku alat ini sangat mudah ditemukan di sungai-sungai Pulau Jawa.

Berdasarkan beberapa penggalian purbakala, diyakini bahwa lumpang batu telah ada sejak zaman prasejarah. Namun, kemajuan teknologi membuat lumpang kurang begitu populer saat ini.

Pada pembuatan jamu gendong, lumpang batu digunakan bersama alu untuk menumbuk bahan-bahan jamu. Alu adalah alat penumbuk pendamping lumpang atau lesung yang terbuat dari kayu.

Alu berbentuk memanjang seperti tabung. Bagian tengahnya yang mengecil digunakan untuk pegangan. Diameter alu sekitar 7 cm.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Cobek dan ulekan

Cobek dan ulekan adalah sepasang alat yang telah digunakan sejak zaman dahulu untuk menumbuk, menggiling, melumat, mengulek, dan mencampur bahan-bahan tertentu.

Cobek adalah sejenis mangkuk sebagai alas untuk kegiatan menumbuk atau mengulek. Sementara itu, ulekan adalah benda tumpul memanjang yang digunakan untuk menumbuk atau mengulek suatu bahan. Cobek atau ulekan biasanya dibuat dari bahan yang keras, seperti kayu keras, batu, keramik, atau logam.

3. Saringan

Saringan digunakan untuk menyaring jamu sebelum dikemas. Sebaiknya dipilih saringan berbahan stainless steel agar saringan tidak berkarat. Karat pada saringan dapat mencemari jamu.

4. Kain katun

Kain katun digunakan untuk menyaring jamu setelah jamu itu disaring menggunakan saringan. Jamu disaring menggunakan kain katun agar benar-benar bening dan segar. Sebaiknya gunakan kain katun berserat kasar agar jamu mudah luruh ketika disaring.

5. Talenan

Talenan digunakan sebagai alas untuk memotong bahan baku jamu. Talenan ada yang dibuat dari kayu, ada pula yang dibuat dari plastik. Jika menggunakan talenan berbahan plastik, harus dipastikan bahwa bahan tersebutmemiliki label food grade.

3 dari 4 halaman

6. Batu pipisan dan gandik

Pipisan adalah perkakas berupa batu datar yang cekung melengkung. Sementara itu, gandik adalah semacam silinder batu.

Pipisan dan gandik adalah pasangan batu yang biasanya digunakan untuk menghaluskan jamu atau obat tradisional Jawa. Bahan-bahan yang akan dihaluskan diletakkan di atas pipisan.

Bahan-bahan tersebut ditumbuk, lalu digilas menggunakan gandik. Air jamu hasil gilasan ini, ditampung menggunakan wadah di pinggir tengah pipisan.

Saat tidak digunakan, pipisan dan gandik disimpang dalam posisi miring. Saat ini, pipisan dan gandik sudah sangat jarang digunakan. Perkakas ini sudah mulai dilupakan karena kehadiran teknologi modern yang membuat pekerjaan menghaluskan berbagai bahan dapat dilakukan dengan mudah.

Sementara, jamu ada yang berbentuk cairan. Jamu ini dibuat segar dan langsung dijajakan kepada konsumen. Jamu ini dikenal sebagai jamu gendong. Ada pula jamu berbentuk bubukdalam kemasan sachet, tablet, kaplet, dan kapsul. Jamudalam kemasan sachet atau berbentuk tablet, kaplet, dankapsul, biasanya diproduksi di pabrik-pabrik jamu berskalasedang atau besar. 

4 dari 4 halaman

Jamu Gendong

Di antara berbagai jamu yang dikenal masyarakat, jamu gendong menjadi salah satu jenis jamu yang digemari. Jamu gendong adalah jamu hasil produksi rumahan. 

Jamu ini dipasarkan dengan cara memasukkannya ke dalam botol-botol. Kemudian, botol-botol ini disusun di dalam bakul. Selanjutnya, penjual jamu akan menggendong bakul tersebut ketika berjualan.

Itulah sebabnya, jamu ini dikenal sebagai jamu gendong. Penjual jamu gendong menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling setiap hari. Penjual jamu gendong kebanyakan adalah perempuan. Hal ini karena dahulu tenaga laki-laki lebih diperlukan untuk bidang pertanian.

Cara berjualan dengan menggendong barang dagangan ini menjadi sesuatu yang menarik. Menggendongdengan kain panjang, baik kain batik maupun lurik merupakan salah satu ciri khas perempuan Jawa ketika membawa sesuatu.

Tidak hanya penjual jamu gendong yang membawa dagangannya dengan cara digendong. Dahulu, penjual aneka jajanan, nasi pecel, nasi liwet, dan sebagainya umumnya juga berjualan dengan menggendong dagangannya.

Para perempuan Jawa, khusus pada zaman dahulu atau di daerah pedesaan, juga membawa aneka barang dengan cara menggendongnya, seperti membawa kayu bakar, air di dalam jeriken, bahan-bahan pangan, dan hasil pertanian.

Ternyata ada makna tersendiri di balik membawa sesuatu dengan cara digendong ini. Menggendong identik dengan seorang ibu yang membuai bayinya dalam gendongan.

Oleh karena itu, para perempuan Jawa yang membawa barang dagangannya dengan cara digendongd apat bermakna bahwa mereka membawa barang dagangan seperti mereka membawa anaknya sendiri. Barang dagangan adalah sarana mencari rezeki. Jadi, harus dibawa dengan baik, ditawarkan dan disajikan dengan baik

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.