Sukses

Packioli, Kemasan Sabun Mudah Terurai yang Diklaim Bisa Kurangi Sampah Plastik

Packioli diklaim sebagai kemasan sabun yang mudah terurai untuk mengurangi jumlah sampah plastik.

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini masih terdapat penggunaan bahan plastik sekali pakai yang ada pada bahan kosmetik, seperti sabun, pasta gigi, skincare, dan lainnya. Penggunaan bahan tersebut nantinya akan menjadi sampah yang sulit diurai, walaupun sudah ada beberapa orang yang berusaha untuk mendaur ulang.

Penelitian dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi menyebutkan penggunaan sampah plastik lebih dari dua kali lipat dari tahun 2000 hingga 2019 menjadi 353 juta ton. Sekitar 40 persen diantaranya adalah penggunaan sampah plastik untuk kosmetik.

Terkait hal ini, Alara Ertenü, salah satu mahasiswa desain industri yang sadar akan limbah plastik di dunia mencetuskan pengemasan sabun yang terbuat dari bahan alami, yaitu kacang polong dan limbah Artichoke. Artichoke merupakan tunas bunga thistle yang dipanen sebelum bunganya mekar. Kacang polong yang digunakan adalah bioplastik peapods atau plastik yang ramah lingkungan.

Proyek kemasan 100 persen Biodegrable ini bertujuan untuk mengatasi masalah lingkungan dari konsumsi plastik sekali pakai, juga sekaligus untuk mengurangi limbah makanan. Awal mula pemikiran kemasan sabun ini adalah pertanyaan Ertenü sendiri, yaitu bagaimana limbah makanan lokal ini dapat diedarkan kembali dalam perekonomian masyarakat.

Kemasan sabun packioli yang hadir dalam warna cokelat keemasan, dirancang untuk menawarkan alternatif sebagai kemasan yang tidak menimbulkan polusi dan mudah terurai dengan sendirinya dibandingkan kemasan sabun plastik sekali pakai yang biasa digunakan. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pembuatan Packioli

Untuk membuat Packioli, Ertenü tentunya menggunakan bahan-bahan organik dan alami, seperti penggunaan daun dan batang tumbuhan artichoke yang diambil dari sampah di pasar lokal. Setelah diambil, daun dan batang tersebut kemudian dikeringkan dengan cara dimasukkan ke dalam freezer pada suhu minus 70 derajat celcius sebelum dihaluskan menjadi bubuk halus.

Setelah menjadi bubuk, kemudian dicampur dengan bahan lainnya seperti, air, gliserin dan asam alginat. Penggunaan bahan asam alginat dipilih karena merupakan bahan alami yang berasal dari ganggang (algae) cokelat untuk membentuk zat seperti bergetah pada kemasan.

Selanjutnya, adonan packioli yang sudah jadi akan dituangkan ke dalam cetakan berbentuk persegi panjang dan bulat. Kemudian, adonan ini didiamkan selama dua hari hingga kering dengan suhu kamar. Sesuai dengan konsep biodegradable, alih-alih menggunakan bahan pewarna kimia seperti kemasan pada umumnya, pemilik akun instagram @alaraertenu ini memilih menggunakan bahan alami dalam pembuatan packioli.

Penggunaan bahan-bahan alami, seperti buah bit dan kunyit dipilih dengan tepat untuk membuat kemasan packioli. Hasil dari pencampuran kedua bahan alami tersebut memberikan kesan warna keemasan itu, terlihat pas dan sederhana untuk sebuah kemasan sabun. Kemudian, packioli siap disegel menggunakan alat segel panas pada masing-masing tepi kemasan.

3 dari 4 halaman

Kemasan Unik Packioli

Packioli diambil dari kata ravioli dan pack (kemasan). Selain menggunaakan bahan-bahan alami, packioli bersifat tahan air, kotoran, dan debu.

Tidak seperti kemasan yang sering kita lihat penuh dengan gambar dan dibungkus rapi di supermarket, penampilan packioli malah berbahan tipis, tembus pandang, dan berpenampilan bintik-bintik. Packioli dapat digunakan untuk mengemas sabun dengan berbagai bentuk dan ukuran dan dirancang untuk terurai sepenuhnya dalam waktu 15 hari. Selain itu, ia memiliki bukaan yang mudah sobek untuk menghilangkan sabun dengan cepat, baik di bawah tekanan air atau secara manual.

Pembeli dapat menyimpan Packioli di tempat yang kering untuk mengawetkannya lebih lama, atau meletakkannya di atas tempat sabun dan membiarkannya meleleh jika terkena air dan saat digunakan.  Karena terbuat dari bahan alami, justru membuat sabun di dalamnya semakin lembap.

"Packioli tahan terhadap kelembapan dan air hingga satu minggu, yang memastikannya tetap utuh selama 10 hingga 15 hari jika tidak ada kontak dengan kulit manusia di bawah tekanan air," katanya. Walau hanya tahan maksimal 15 hari saja, packioli adalah salah satu solusi yang dapat digunakan masyarakat untuk mengurangi limbah plastik yang ada di dunia.

4 dari 4 halaman

Sadar akan Limbah yang Sulit Terurai

Beberapa studi menunjukkan, salah satunya adalah Zero Waste Week bahwa industri komestik setiap tahunnya paling besar menyumbang limbah dengan memproduksi lebih dari 120 miliar keping kemasan ke pasaran.

“Menurut Zero Waste Week, industri kosmetik global memproduksi lebih dari 120 miliar unit kemasan setiap tahunnya, yang sebagian besar tidak dapat didaur ulang dan berakhir di TPA, atau lebih buruk lagi, lautan,” kata Ertenü.

Mahasiswa dari Universitas Izmir, Turki ini menyebutkan bahwa dirinya sering kali pergi ke pasar lokal pada akhir pekan untuk mengetahui dan berbicara dengan masyarakat setempat apa yang tersisa dari sistem pangan lokal," jelasnya.

Ide untuk membuat kemasan ini, Ertenü mengambil sampah artichoke yang ada di pasar lokal Turki. Dirinya mengatakan bahwa ada sekitar 80 persen dari setiap tumbuhan artichoke terbuang sia-sia di pasar Izmir.

“Dengan menggunakan daun artichoke, membantu menangani limbah artichoke yang sangat besar. 80 persen tumbuhan artichoke terbuang sia-sia terutama di bagian barat Turki," ucapnya, dikutip dari laman Dezeen pada Rabu 16 November 2022.

Packioli masuk dalam nominasi di Isola.Design 2022. Isola.Design merupakan sebuah platform digital pertama yang dikuratori yang didedikasikan untuk desainer internasional baru dan studio desain independen, dengan fokus pada inovasi, keberlanjutan, dan biomaterial. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.