Sukses

Cerita Akhir Pekan: Wajah Perpustakaan Masa Kini

Perubahan apa saja yang penting, supaya perpustakaan tetap relevan dengan pemustaka masa kini?

Liputan6.com, Jakarta - Seperti yang lain, perpustakaan pun seharusnya tidak mengecualikan diri dari perubahan. Penting untuk terus relevan dengan kelompok masyarakat sasarannya, dan akhirnya menciptakan "wajah masa kini" mereka.

Pustakawan Perpustakaan Jakarta, Fenty Afriyeni, mengatakan bahwa perpustakaan masa kini adalah ruang ketiga yang jadi hub antar-elemen masyarakat, hub ilmu pengetahuan, serta pusat membaurnya antar generasi untuk meraih hikmah, mengembangkan diri, sekaligus sebagai tempat belajar, berkarya, dan bertumbuh.

Berubah tidak sembarang berubah, Fenty menuturkan, perubahan fundamental tentang peran dan fungsi nyata perpustakaan di masyarakat harus jadi prinsip langkah tersebut. Melalui pesan pada Liputan6.com, Jumat, 26 Agustus 2022, ia menjelaskan, "Perpustakaan kini jadi ruang ketiga yang bisa dijadikan sebagai lokasi edukasi dan rekreasi secara bersamaan."

"Perpustakaan jadi simpul kolaborasi antar-komunitas masyarakat, sehingga perpustakaan akan terus berkembang bersama perkembangan kebutuhan masyarakat," tuturnya.

Sementara itu, pegiat literasi, sekaligus pengurus pusat forum Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Aris Munandar, mencatat bahwa setidaknya ada tiga hal esensial yang dapat dilakukan, supaya perpustakaan tetap relevan: aspek perencanaan, kegiatan, dan indikator untuk pengukuran kinerjanya.

"Untuk perencanaan," ia menyebutkan melalui pesan, Jumat, 26 Agustus 2022. "Perpustakaan bisa mendesain layout dan bahan pustaka sesuai kebutuhan para pemustaka. Misalnya, untuk perpustakaan di lingkungan kampus atau sekolah, bisa mendesain layout yang nyaman digunakan untuk belajar. Bahan pustakanya juga tentu yang menunjang kegiatan belajar tersebut."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kegiatan dan Kinerja Perpustakaan

Terkait aspek kedua, Aris menuturkan perpustakaan dapat merancang kegiatan terkait pengalaman dan pengetahuan, kegiatan belajar yang kontekstual sesuai kebutuhan pemustakanya, dan kegiatan pelatihan yang dapat meningkatkan keterampilan pemustakanya.

"Terakhir, aspek indikator kinerjanya," tuturnya. Ini bisa diamati dari tren kunjungan pemustaka ke perpustakaan dalam rentang waktu tertentu, peningkatan pelibatan masyarakat dalam kegiatan perpustakaan, dan peningkatan ekspos media terhadap kegiatan perpustakaan.

"Bisa juga dari jumlah interaksi di setiap unggahan akun media sosial perpustakaan tersebut, serta peningkatan jumlah mitra perpustakaan, sehingga kegiatan-kegiatan mereka dilaksanakan secara kolaboratif," ia menuturkan.

Mengelaborasi salah satu poinnya, founder Matahari Pagi, sebuah komunitas pegiat literasi, ini mengatakan, perkembangan teknologi yang sangat pesat memang telah mengubah "wajah" perpustakaan. "Salah satu contoh, hadirnya format buku digital yang lebih mudah diakses," katanya.

"Tahun ini, kami dari pengurus pusat forum TBM bersama The Asia Foundation menyelenggarakan program promosi pemanfaatan buku digital di aplikasi Let's Read. Kami memilih 14 TBM sebagai penyelenggara utama, yang kemudian melakukan sosialisasi dan promosi pemanfaatan buku digital ke berbagai sekolah dan masyarakat di lingkungannya," tuturnya.

3 dari 4 halaman

Pemanfaatan Teknologi

Hasilnya, Aris menyambung, bukan hanya keberadaan buku digital yang disambut baik, bahkan para TBM terpilih berhasil mengalihwahanakan dan mentransformasikan buku digital dalam bentuk lain. "Dari buku digital, ada yang jadi cerita pantomim, film pendek, lagu, audio book, kolase, motif batik, wayang, sign book, buku braille, dan bentuk lain," katanya.

"Jadi memang perpustakaan bukan hanya diubah wajahnya jadi serba digital. Sebaliknya, perpustakaan juga harus memanfaatkan bahan pustaka digital, termasuk perangkat digital, mentransformasikan para pemustakanya, sehingga selalu relevan dan kontekstual dengan realita," ia menuturkan.

Sementara itu, Fenty berpendapat, seperti prinsip dasar teknologi yang sejatinya hadir memberi kemudahan bagi masyarakat. Perkembangan teknologi digital telah mendorong dan membantu perpustakaan untuk lebih mudah dan lebih luas lagi menjangkau masyarakat.

Ia berkata, "Melalui teknologi, kini Perpustakaan Jakarta dapat diakses siapa saja dan di mana saja melalui aplikasi Jaklitera. Bahkan, koleksi digital juga disediakan pada titik baca yang akan tersebar di seluruh Jakarta. Sejak lama juga Perpustakaan Jakarta telah hadir melayani warga yang ingin bermedia sosial, sekaligus membaca buku secara bersamaan." Era digital dan ledakan media sosial, menurutnya, membantu perpustakaan untuk lebih mudah berinteraksi dengan masyarakat.

4 dari 4 halaman

Dorong Minat Baca Melalui Keberadaan Perpustakaan?

Lalu, apakah perpustakaan bisa jadi salah satu cara mendorong minat baca masyarakat Indonesia yang terbilang masih rendah? Menurut Aris, sangat bisa dan harus bisa. "Banyak cara yang bisa dilakukan," katanya. "Namun, menurut saya, meningkatkan minat harus lebih dulu distimulasi dengan rasa ingin tahu."

Dalam hal ini, ia menyoroti pentingnya revitalisasi perpustakaan sekolah. "Selain itu, tentu harus juga ada dukungan keberadaan perpustakaan keluarga dan perpustakaan umum maupun komunitas," ia menyebut. "Karena menurut Ki Hajar Dewantara, tri pusat pendidikan itu meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat."

"Untuk itu, saya bersama Matahari Pagi menggagas program 'Membawa Literasi Kembali ke Rumah,'" ia memaparkan. "Inti dari program ini adalah bagaimana mengenalkan literasi pada anak sedini mungkin, mulai dari rumah oleh orangtua masing-masing,"

"Program ini pada 2020 mendapat Apresiasi Praktik Baik Literasi Masyarakat dari Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi," imbuhnya. 

Fenty mengatakan, dengan menghadirkan perpustakaan sesuai zaman, diharapkan timbul rasa nyaman untuk ke perpustakaan. Dia berharap selanjutnya dapat membentuk kebiasaan membaca warga melalui perpustakaan.

"Salah satunya menghadirkan perpustakaan tidak hanya sebagai gudang buku, melainkan juga sebagai ruang ketiga bagi masyarakat agar selanjutnya bisa mendorong minat baca masyarakat," imbuhnya.

Di Perpustakaan Jakarta, ia menyambung, pihaknya menghadirkan pengalaman baru ke perpustakaan. "Selain menghadirkan koleksi sebagai tempat belajar, di sini juga ada ruang-ruang eksploratif untuk warga berkarya," katanya. "Kami menyediakan ruang multifungsi yang bisa digunakan komunitas, bilik privasi dan bilik diskusi, bilik bercerita untuk pemustaka anak, bilik siniar, dan area multimedia."

Kunjungan ke Perpustakaan Jakarta terbuka untuk siapa saja, kata Fenty. Silahkan lakukan pendaftaran diri di situs web perpustakaan.jakarta.go.id. "Selanjutnya akan memperoleh kode anggota berupa barcode yang bisa digunakan untuk kunjungan dan memanfaatkan fasilitas di Perpustakaan Jakarta," tutupnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.