Sukses

Starbucks Resmi Keluar dari Rusia, Susul McDonald's yang Tutup Lebih Dulu

Liputan6.com, Jakarta - Starbucks resmi keluar dari pasar Rusia. Keputusan itu diambil setelah gerai kopi tersebut menutup sementara usahanya sebagai respons invasi Rusia terhadap Ukraina sejak awal Maret 2022.

Dalam memo kepada pegawai, Senin, 23 Mei 2022, perusahaan yang berbasis di Seattle itu memutuskan menutup 130 gerai yang dibuka di Rusia, yang menurut CNN, hanya menyumbang pendapatan kurang dari satu persen pendapatan tahunan perusahaan. Selama masa transisi, sekitar 2.000 pegawai Rusia akan terus digaji hingga enam bulan mendatang.

Dikutip dari AFP, Selasa (24/5/2022), Starbucks pertama kali memasuki pasar Rusia pada 2007. Seluruh gerai Starbucks dimiliki dan dioperasikan oleh Alshaya Group, operator waralaba yang berbasis di Kuwait. Juru bicara dari Alshaya merujuk pertanyaan ke Starbucks, kemarin.

Langkah mundur waralaba gerai kopi itu menyusul langkah McDonald's yang lebih dulu memutus hubungannya dengan Rusia pada awal Mei 2022. Baik konsumen dan investor menekan perusahaan-perusahaan Barat untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap agresi Rusia kepada Ukraina.

Dilansir CNN, Starbucks telah menangguhkan semua aktivitas bisnis mereka dengan Rusia sejak 8 Maret 2022. Langkah itu termasuk penghentian pengiriman seluruh produk Starbucks dan menutup kafe sementara. Mantan CEO Kevin Johnson juga berjanji untuk menyumbangkan royalti dari bisnis Rusia untuk tujuan kemanusiaan.

Dalam laporan kuartal terbaru yang dirilis awal Mei 2022, perusahaan itu tidak mengungkapkan dampak keuangan dari penangguhan operasional bisnis. Diyakini, pukulan finansial yang dialami perusahaan itu lebih kecil dari yang dihadapi McDonald's yang telah berada di Rusia selama lebih dari 30 tahun. 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dampak Keputusan McDonald's

Keputusan McDonald's menutup lebih dari 800 restorannya di Rusia menelan biaya hingga 127 juta dlar AS atau sekitar Rp1,8 triliun pada kuartal terakhir. Hampir 27 juta dolar AS (Rp395,6 miliar) adalah biaya staf, pembayaran sewa, dan persediaan. Sementara, 100 juta dolar AS (Rp1,4 triliun) lainnya berasal dari makanan dan barang-barang lain yang harus dibuang.

McDonald's memiliki 847 cabang restoran cepat saji di Rusia pada penutupan tahun lalu, menurut dokumen investor. Bersama dengan 108 gerai lainnya di Ukraina, mereka menyumbang sembilan persen dari pendapatan perusahaan pada 2021.

McDonald's akan menjual bisnisnya di Rusia dengan mengatakan, "krisis kemanusiaan yang disebabkan perang di Ukraina dan lingkungan operasi yang tidak dapat diprediksi telah membuat McDonald's menyimpulkan bahwa kepemilikan bisnis yang berkelanjutan di Rusia tidak lagi dapat dipertahankan, juga tidak konsisten dengan nilai-nilai McDonald's." Setelah penjualan selesai, restoran mereka di Rusia akan "de-Arched," yang berarti lokasi tidak akan lagi diizinkan menggunakan nama, logo, atau menu McDonald's.

Pihaknya mengatakan karyawan mereka di Rusia masih akan dibayar sampai transaksi ditutup dan bahwa "karyawan memiliki pekerjaan di masa depan dengan pembeli potensial." CEO-nya, Chris Kempczinski, mengatakan ia bangga dengan lebih dari 60 ribu stafnya di Rusia dan menyebut keputusan itu "sangat sulit."

 

 

 

3 dari 4 halaman

Nama Baru

McDonald's akan mengambil penghapusan signifikan akibat keluar dari Rusia, yakni antara 1,2 miliar dolar AS hingga 1,4 miliar AS (Rp17,5 triliun hingga Rp20,5 triliun). Saham hampir tidak berubah pada awal perdagangan.

"Fakta bahwa McDonald's memiliki sebagian besar restorannya di Rusia berarti ada bisnis kaya aset untuk dijual," kata Saunders.

Mengutip VOA Indonesia, McDonald's Corp akhirnya berhasil menjual restorannya kepada salah satu pemegang lisensi lokal yang akan membuka kembali usaha tersebut dengan nama baru. Langkah tersebut merupakan upaya rebranding paling terkenal sejauh ini dari sejumlah perusahaan yang hengkang dari Rusia.

Selain McDonald's yang akan muncul dengan nama baru di Rusia, perusahaan lain lebih dulu mem-branding ulang perusahaan mereka setelah diambil alih oleh pihak Rusia. Salah satunya PricewaterhouseCoopers (PwC), perusahaan akuntansi dan konsultan yang mengubah nama kantor cabang mereka di Rusia dengan Technologies of Trust.

"Meskipun butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan mengembangkan reputasi yang sempurna, hal itu dapat dirusak dalam semalam," kata Technologies of Trust, dikutip dari kanal Global Liputan6.com.

 

4 dari 4 halaman

Rebranding

Sementara, eks bisnis Deloitte di Rusia berubah menjadi "Business Solutions and Technologies, menurut pengajuan peraturan pada 18 Mei yang dilakukan oleh salah satu klien utama dari Rusia, operator seluler MTS. Berikutnya, eks bisnis unit EY di Rusia telah diluncurkan kembali dengan nama Audit Technologies and Solutions Centre - Audit Services, menurut situs webnya.

KPMG mengatakan pada Maret, sebanyak 4.500 mitra dan stafnya di Rusia dan Belarus akan meninggalkan jaringan KPMG. "Semua aspek formal interaksi akan dikerjakan dengan setiap klien secara individual," katanya pada 7 Maret, tanpa mengatakan apakah bisnis akan diluncurkan kembali di bawah kepemilikan Rusia.

Perusahaan ritel Polandia LPP mengatakan pada 19 Mei telah memutuskan untuk menjual perusahaan Rusia, RE Trading, ke konsorsium China, dengan "tidak ada hak apa pun untuk menggunakan nama dagang dan merek dagang dari merek pakaian yang dimiliki oleh LPP.”

Kantor berita TASS melaporkan bahwa papan nama sebelumnya secara bertahap akan diganti dengan logo baru. Gambar di media sosial pada 20 Mei menunjukkan salah satu toko LPP Sinsay sudah menampilkan merek baru - Sin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.