Sukses

3 Cara Sederhana untuk Tekan Jumlah Sampah Makanan dari Rumah

Indonesia berkontribusi terhadap jumlah sampah makanan yang terbuang sia-sia dan jadi beban lingkungan.

Liputan6.com, Jakarta - Selain limbah plastik, sampah makanan juga menyumbang masalah tak kalah pelik. Dalam sebuah studi, Indonesia disebut memiliki tingkat pemborosan makanan tinggi, dengan pengeluaran sampah makanan 121 kilogram (kg) per rumah tangga setiap tahunnya.

Dari jumlah itu, 77 kg di antaranya berasal dari rumah tangga. Sedangkan, 28 persen dari jasa makanan dan 16 persen limbah ritel. Di sisi lain, proporsi orang Indonesia yang kekurangan makanan melebihi tiga persen. Kesenjangan ini disinyalir semakin tinggi di tengah situasi pandemi.

Agar tidak terus terjadi, publik diminta aktif berpartisipasi dalam menekan jumlah sampah makanan dari rumah sendiri. Pasalnya, limbah ini tidak hanya menghilangkan kesempatan manusia lain untuk mendapatkan nutrisi yang lebih baik, tetapi juga berefek pada lingkungan.

Limbah makanan yang terdegradasi akan menghasilkan gas metana ke lingkungan. Gas tersebut berkontribusi pada terjadinya pemanasan global. Maka, beberapa langkah berikut bisa dipraktikkan agar sampah makanan bisa berkurang, bahkan tidak ada. 

1. Konsumsi makanan secukupnya

Banyak orang sering lapar mata, dan akhirnya tak sadar bila makanan yang ditaruh di piring sebenarnya tak sanggup dihabiskan sendiri. Ujung-ujungnya, makanan jadi terbuang percuma.

Maka itu, langkah pertama untuk menekan sampah makanan adalah dengan mengonsumsi sesuai kebutuhan. Sebelum memutuskan mengambil atau memesannya, pastikan apakah hal itu terdorong kebutuhan atau hanya keinginan semata.

Pola makan dengan kesadaran penuh ini bisa membantu mengubah konsumsi makanan secara berlebihan. Bonusnya, Anda bisa mengurangi sampah makanan.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Berbagi makanan ke sesama

Berbagi makanan merupakan salah satu cara terbaik untuk meluaskan dampak positif sekaligus mengurangi kesenjangan konsumsi di Indonesia. Bisa dimulai dengan berbagi makanan kepada tetangga sekitar, atau mendonasikan makanan siap saji, bahan makanan, atau makanan siap olah kepada orang-orang yang berjasa atau membutuhkan.

Salah satu contoh adalah program Food Sharing yang digawangi karyawan Bank DBS Indonesia. Mereka menyumbang sembako dan camilan bagi tenaga kesehatan, pengemudi ambulans, petugas keamanan, dan pasien isolasi mandiri di Kecamatan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Pihak bank bekerja sama dengan Surplus Indonesia, sebuah wirausaha sosial, untuk mengumpulkan dan menyalurkan makanan kepada yang membutuhkan. Total 1.003.509 porsi makanan didistribusikan kepada mereka yang terdampak Covid-19.

"Selain itu, kami juga memprakarsai gerakan #MakanTanpaSisa untuk mengajak masyarakat mulai mengurangi sampah makanan melalui kebiasaan sehari-hari," ujar Mona Monika, Head of Group Strategic Marketing & Communications, PT Bank DBS Indonesia, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 3 September 2021.

3 dari 4 halaman

3. Dukung wirausaha sosial yang fokus terhadap isu limbah makanan

Selain mengatur pola konsumsi pribadi, mendukung wirausaha sosial yang berfokus terhadap isu limbah makanan juga dapat membantu mengantisipasi penumpukan sampah makanan di Indonesia. Beberapa wirausaha sosial aktif mengampanyekan hal ini, seperti Food Bank dan Surplus Indonesia.

Khusus Surplus Indonesia, wirausaha ini bekerja sama dengan berbagai perusahaan makanan di Indonesia untuk menjual kembali hasil produksi makanan berlebih yang diproduksi perusahaan rekanan. Makanan-makanan ini kemudian dijual setengah harga dari aslinya.

Pembeli dapat memilih makanan lewat aplikasi Surplus Indonesia yang tersedia di PlayStore dan App Store. Hingga saat ini, perusahaan ritisan itu mengklaim sudah menyelamatkan 3.100 porsi makanan atau setara dengan 478 kg. 

Program tersebut juga mencegah kerugian Rp28,5 juta yang dapat ditimbulkan bila makanan terbuang sia-sia, dan mencegah 16 ton jumlah emisi karbon apabila food waste berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dengan upaya tersebut, start-up tersebut masuk dalam semifinal ajang DBS Foundation Social Enterprise (SE) Grant 2021.

4 dari 4 halaman

Alasan Makan Bersama Berisiko Tinggi Penularan Covid-19

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.