Sukses

Munculnya Tren Revenge Travel dan Dampaknya bagi Penanganan Covid-19

Tren Revenge Travel membuat India dihantui ancaman Covid-19 gelombang ketiga. Bagaimana dengan prediksi di Indonesia?

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 membuat dunia pariwisata di hampir seluruh dunia terpuruk karena banyak orang tidak bisa traveling. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan adanya PPKM Darurat maupun Level 3 dan 4 yang membuat sebagian besar tempat wisata tutup sementara.

Banyaknya larangan traveling memunculkan istilah revenge travel atau travel balas dendam. Istilah ini bahkan disebut sedang jadi tren di seluruh dunia, seperti dikutip dari akun Instagram Yuswohady, seorang konsultan bisnis pada 6 Agustus 2021.

Tren ini terjasdi karena masyarakat ingin "balas dendam" berlibur karena sudah jenuh terkungkung di rumah akibat adanya PPKM atau lockdown selama 1,5 tahun terakhir.  "Mereka KEBELET liburan krn mengalami kelelahan luar biasa akibat PPKM ("lockdown fatigue"). Fenomena inilah yg kini terjadi di India menyusul berakhirnya krisis Second Wave Covid-19 bbrp minggu lalu," tulis Yuswohady.

Di India misalnya, banyak warga India yang ‘balas dendam’ berbondong-bondong liburan seperti yang terjadi di Himachal Predesh yang dibanjiri pengunjung yang berlibur. Imbas tren revenge travel itu kini membuat India dihantui ancaman Covid-19 gelombang ketiga.

Fenomena tersebut terjadi juga di berbagai negara lain seperti di Amerika Serikar (AS) yang mengalami puncak krisis pandemi beberapa bulan lalu. Harga kamar hotel di AS melambung tinggi karena permintaan yang melonjak oleh adanya revenge travel.

Saat vaksinasi sukses (sudah mencapai 70 persen) dan kasus mulai melandai, kini di AS terjadi "travel booking boom" sehingga harga kamar hotel melambung. Warga AS banyak yang memanfaatkan beragam promosi maupun potongan harga hotel atau pesawat yang terakumulasi dan tidak dipakai sepanjang tahun lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Momentum Revenge Travel

Di Indonesia, menurut Yuswohady, tren mulai tampak sejak musim liburan akhir tahun lalu. Namun karena kebijakan PPKM, "balas dendam" liburan tersebut belum kunjung terwujud.

Meski begitu, jika PPKM sudah dicabut, momentum revenge travel diyakini bakal terjadi dalam beberapa pekan ke depan. Bali diyakini akan jadi pilihan utama karena mayoritas warga Bali sudah banyak yang divaksin tapi tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Dilansir dari Huff Post, revenge travel digunakan untuk menyebut fenomena lonjakan drastis jumlah pelancong usai pandemi sebagai bentuk balas dendam setelah menjalani isolasi atau harus berada di rumah dalam waktu lama.

"Meski terdegar menggelikan, revenge travel merujuk pada ide tentang akan adanya peningkatan besar dalam jumlah perjalanan seiring kondisi yang lebih aman dan kembali dibukanya berbagai hal," terang Eric Jones, pendiri jurnal perjalanan dan panduan perencanaan The Vacationer.

Namun dikutip dari Firs Post, fenomena travel balas dendam ini bisa berisiko membahayakan negara dengan tingkat kasus positif Covid-19 yang belum terkendali. Penyebabnya, jumlah wisatawan domestik yang tinggi di negara tersebut tetap punya risiko penularan. Hal ini dikhawatirkan bisa memicu munculnya gelombang pandemi lanjutan dalam negara tersebut.

3 dari 4 halaman

Sudah Sejak Oktober 2020

China misalnya, pemerintah mereka kembali melakukan lockdown karena jumlah kasus Covid-19 yang kembali meningkat. Istilah revenge travel bahkan sudah muncul sejak Oktober 2020 di China.

Saat itu, banyak warga mereka yang melakukan traveling. Hal tersebut dilakukan untuk menghidupkan kembali dunia pariwisata yang sempat sepi demi meningkatkan ekonomi negara.

Sejak 1 Oktober 2020, sekitar 550 juta orang diperkirakan melakukan perjalanan. Mereka merayakan Hari Nasional China dan Festival Pertengahan Musim Gugur, dan dilanjutkan dengan Pekan Emas selama delapan hari, yang dilansir Fox News dari The Guardian, 2 Oktober 2020.

Istilah 'revenge travel' saat itu sudah ramai diangkat di media China. Quartz mendefinisikan konsep tersebut sebagai "harapan pemerintah bahwa orang akan bepergian atau mengonsumsi lebih dari biasanya, karena permintaan yang terpendam selama terkurung. ”

4 dari 4 halaman

Tips Liburan Aman Saat Pandemi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.