Sukses

Kontroversi Aplikasi Kencan di Malaysia untuk Cari Sugar Daddy

Aplikasi kencan di Malaysia untuk cari sugar daddy itu sekarang tengah diinvestigasi dengan dugaan praktik prostitusi.

Liputan6.com, Jakarta - Sugarbook, aplikasi kencan untuk sugar daddy  telah menimbulkan kontroversi di Malaysia. Hingga akhirnya, melansir laman The Star, Jumat (19/2/2021), pendiri aplikasi itu, Darren Chan, ditangkap pihak berwajib.

Kronologinya, pada Rabu, 17 Februari 2021, penggagas aplikasi kencan untuk sugar daddy itu ditangkap di sebuah kondominium di Mont Kiara, Kuala Lumpur sekitar pukul 16.30, waktu setempat. Polisi kemudian mengajukan permohonan ke Pengadilan Magistrat Shah Alam pada Kamis, 18 Februari 2021 agar pria 34 tahun itu ditahan.

Menurut Kepala Departemen Investigasi Kriminal Selangor, Fadzil Ahmat, Chan mengakui bahwa ia adalah pendiri aplikasi kencan tersebut selama penyelidikan awal. Sugarbook sendiri sedang diselidiki atas dugaan praktik prostitusi dan penggunaan layanan jaringan yang diduga melanggar hukum Malaysia.

Penangkapan Chan terjadi sekitar seminggu setelah perilisan survei oleh situs kencan, Seeking Arrangement, yang mengatakan bahwa Malaysia punya jumlah sugar daddy tertinggi ke-3 di Asia, Malay Mail melaporkan.

Menurut survei tersebut, Malaysia adalah rumah bagi sekitar 42,5 ribu sugar daddy. Indonesia berada di urutan kedua dengan 60.250 sugar daddy, sementara India berada di puncak dengan 338 ribu.

Secara terpisah, Sugarbook merilis pernyataan serupa pada waktu yang hampir bersamaan, menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2021 telah terjadi peningkatan pendaftaran sebesar 40 persen di antara mahasiswa Malaysia.

Itu juga merinci 10 universitas di Malaysia dengan jumlah pengguna wanita terbanyak. Kedua platform kencan itu mengutip utang pinjaman pelajar dan biaya hidup sebagai beberapa alasan mereka mendaftar.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantahan Pihak Universitas

Sugarbook menambahkan, permintaan sugar daddy meningkat sebagai dampak dari perlambatan ekonomi dalam negeri. Mengenai jumlah pengguna, Sugarbook mengatakan, mereka memiliki lebih dari 400 ribu anggota aktif, di mana 220 ribu adalah sugar baby, 180 ribu sugar daddy, dan enam ribu sugar mommy.

Sugarbook telah mendapat kecaman dari Wakil Menteri Malaysia di Departemen Perdana Menteri (Urusan Agama), Ahmad Marzuk Shaary, Edge Markets melaporkan.

"Ini sesuatu yang sangat menyedihkan bagi kami. Aplikasi tersebut harus dicegah agar tak digunakan di negara kami karena mendorong masyarakat untuk melakukan hal-hal tak benar dan melanggar hukum, termasuk hukum syariah," katanya.

Menurut Malaysiakini, akses ke Sugarbook telah diblokir pada Senin, 15 Februari 2021 oleh Komisi Komunikasi dan Multimedia Malaysia (MCMC). Sementara itu, Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia juga mengklaim jumlah wanita muda yang bertindak sebagai sugar baby sebagai "mustahil."

Pihak kementerian mengatakan telah menghubungi universitas yang tercantum dalam keterangan Sugarbook dan menambahkan bahwa banyak institusi menolak angka tersebut.

"Sunway Education Group mengatakan bahwa tak mungkin 45 persen mahasiswa Sunway University (salah satu universitas terdaftar) terlibat sebagai sugar baby. Ini karena jumlah mahasiswa di Sunway University kurang dari tujuh ribu. Karena itu, laporan bahwa 3.105 mahasiswa universitas adalah sugar baby tak masuk akal," ungkap pihaknya.

Mereka mengungkap bahwa akan ada pertemuan dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Perempuan, Keluarga, dan Pengembangan Masyarakat, MCMC, dan beberapa LSM Malaysia untuk mengembangkan program perlindungan karakter pelajar, serta citra universitas.

3 dari 3 halaman

Waspadai Tanda Kekerasan dalam Pacaran

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.