Sukses

5 Hal Penting soal Keuangan yang Wajib Dibicarakan Sebelum Menikah ala Prita Ghozie

Perencana keuangan Prita Ghozie membagikan beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menikah.

Liputan6.com, Jakarta - Ada beragam hal yang wajib jadi perhatian pasangan ketika akan melangkah ke jenjang pernikahan. Salah satu yang paling utama adalah bagaimana mengelola keuangan ketika menikah nanti.

Perencana keuangan Prita Ghozie melalui akun Instagram pribadinya, berbagi cerita soal yang namanya ingin hidup bersama seumur hidup, penting mencari pasangan yang nyaman dan memiliki pola pikir serupa, salah satunya soal keuangan.

Prita Ghozie menuliskan, ada lima pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan sebelum menikah. Apa saja? Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari Instagram @pritaghozie, Jumat (19/6/2020) berikut ini.

1. Uang adalah sumber kebahagiaan atau stres?

Hal ini penting diketahui pasangan, apakah uang sekadar sebagai alat pemenuhan kebutuhan atau uang sebagai simbol status. Prita menyebut, dari jawaban yang berbeda, akan terlihat bagaimana pasangan akan bersikap soal keuangan.

"Dari mulai cara dapetinnya, cara mengelolanya, hingga untuk apa uang digunakan. Sst, kamu juga bisa tahu daya juang seseorang dari pandangan mereka terhadap uang," tulis Prita pada 18 Juni.

Ia melanjutkan, bagi mereka yang punya masa lalu yang baik, biasanya menganggap uang sebagai sumber kebahagiaan. Mereka tahu cara yang baik mengelola uang dann tahu tiga hal penggunaan uang yang bisa membawa kebahagiaan.

"Sedangkan, uang juga bisa menjadi sumber kepusingan, biasanya jika mereka punya luka batin dari masa lalu. Ada dan tidak ada uang menjadi hal yang stressful," tambahnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Siapa yang akan mengelola uang?

Prita menegaskan, jangan menunggu sudah menikah untuk membicarakan hal ini. Ia mencontohkan manajer keuangan itu berbeda dengan tukang bayar tagihan alias kasir.

"Di awal menikah, aku dan pasangan sudah sepakat bahwa aku yang akan menjadi manajer keuangan dalam rumah tangga. Bukan hanya aku suka financial planning, tapi juga aku lebih punya waktu untuk pengelolaannya. Tapi, siapa pun yang jadi manajer keuangan harus bisa kasih laporan pertanggungjawaban tiap bulan," jelasnya.

Laporan tersebut, dikatakan Prita, berbentuk Net Worth Statement dan Cashflow Statement. Apresiasi setiap pencapaian positif dan tidak saling menyalahkan jika masih ada yang belum tercapai.

3. Siapa yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan keluarga?

Prita juga menulis, di zaman modern kini, banyak laki-laki menganggap suami dan istri sama-sama bertanggung jawab mencari penghasilan untuk keluarga.

"Di sisi lain, jika pasangan menganggap tanggung jawab utama adalah suami, maka istri juga harus siap jika suamu minta istri tidak bekerja lagi. Baiknya, hal ini dibicarakan sebelum pernikahan," ungkap Prita.

3 dari 3 halaman

4. Bagaimana Anda membagi keuangan untuk keluarga besar?

"Di Indonesia, sangat wajar saat anak turut membantu kehidupan orangtua mau pun keluarga besar lainnya. Yang perlu ditanyakan adalah bagaimana konsep membagi penghasilan untuk alokasi keluarga besar," kata Prita.

"Adil itu apakah sama rata atau tergantung kebutuhan? Jangan berantem, tapi obrolin dan sepakat ya," tambahnya.

5. Apakah Anda punya hutang?

"Intinya sih jujur jika kita membawa "bagasi keuangan" saat mau menikah. Dan yang terpenting, bagaimana kita berencana untuk menyelesaikan pinjama tersebut. Ingat ya, perjanjian pernikahan itu mengakui adanya harta sebelum dan sesudah menikah," jelasnya.

Prita memberikan contoh soal pasangan yang memiliki KPR, kemudian setelah menikah masih ada cicilan, maka perlu dipertegas status hartanya milik bersama atau milik pasangan.

"Untuk ini, ngobrol dengan ahli hukum ya," saran Prita.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.