Sukses

Pulau Terapung dari Sampah Botol Plastik di Pantai Gading

Ada pulau terapung atau L’île Flottante di Abidjan, Pantai Gading. Pulau itu dibangun dengan 700 ribu limbah botol plastik.

Liputan6.com, Jakarta - Sampah satu orang adalah berkah bagi orang lain. Tak percaya? Eric Becker salah satu contohnya. Pengusaha komputer asal Prancis ini membuat sebuah inovasi dari sampah botol plastik.

Dengan ribuan botol plastik bekas ia berhasil membangun sebuah pulau terapung, lengkap dengan hotel, dua kolam renang, dan bar karaoke.

Melansir Daily Mail, Jumat, 22 November 2019, pulau terapung atau 'L’île Flottante' milik Becker berada di Abidjan, Pantai Gading, Afrika Barat. Pulau terapung itu terbuat dari sekitar 700 ribu sampah botol plastik.

Pulau ini dibangun untuk menumbuhkan pariwisata yang lebih ramah lingkungan sehingga tak terlalu berbahaya bagi garis pantai dan laut. Becker berharap, tempat ini bisa menginspirasi proyek serupa di tempat lain.

Untuk berkunjung ke tempat ini, pengunjung dibawa dengan menggunakan perahu. Setiap pengunjung dikenakan biaya 15 ribu franc CFA atau Rp356 ribu per hari kunjungan. Namun, bila termasuk makan, perjalanan dengan menggunakan feri dan menginap sebesar 60 ribu franc CFA atau Rp1,4 juta.

Pulau itu dulunya adalah rumah Becker, sebelum ia mengubahnya menjadi resor tahun lalu. Sebagai resor, L'le Flottante menarik sekitar 100 pelanggan setiap minggu, termasuk penduduk lokal dan para wisatawan. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Dari Negatif ke Positif

Becker mengungkapkan, konsep pulau terapung ini adalah mengambil sesuatu yang negatif yaitu polusi botol plastik dengan mengubahnya menjadi sesuatu yang positif.

"Andai saja semua orang bisa melakukan ini dalam skala individu," kata Becker.

Becker awalnya membangun yacht dari sampah. Namun, ia akhirnya memutuskan membuat pulau terapung setelah ia melihat laguna di Abidjan. Ia menjual hampir semua miliknya untuk mewujudkan impian tak biasa agar menjadi kenyataan.

Langkah pertama yang Becker lakukan dalam membangun pulau itu, termasuk mencari limbah mengambang sebanyak mungkin yang kemudian ia masukan dalam botol plastik, potongan-potongan polistiren, bahkan sandal pantai.

"Kami membeli botol bekas dari orang, kami mencari-cari di laguna," katanya. "Setelah beberapa saat, kami belajar mengikuti angin dan menemukan tempat-tempat di mana tumpukan sampah yang mengambang," sambungnya.

Pulau itu bisa dipindah ke lokasi berbeda dengan listrik yang disediakan dari panel surya dan generator cadangan. Pulau itu berbobot sekitar 200 ton dan sangat cocok mengapung di perairan dangkal. Becker menilai resornya hanya sebagai contoh awal yang bisa digunakan untuk tujuan pulau-pulau berbasis limbah.

"Orang bisa hidup (di pulau terapung) di laguna yang bebas polusi, dan hidup dari budi daya ikan," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.