Sukses

Seragam Nuansa Tenun Bali Akan Hiasi Penerbangan Garuda Indonesia

Penerbangan perdana dengan seragam tenun Bali akan dilakukan pada pekan ini dengan rute Jakarta-Denpasar.

Liputan6.com, Jakarta - Pakaian pramugari dan pramugara adalah salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengenalkan kebudayaan Indonesia. Hal ini sudah dilakukan oleh maskapai Garuda Indonesia beberapa kali, seperti bekerja sama dengan desainer Indonesia untuk merancang seragam awak kabinnya.

Kali ini, Garuda Indonesia kembali mengeluarkan seragam tematik baru bernama ‘Puspa Nusantara’. Menggandeng perancang busana Didiet Maulana sebagai pendiri IKAT Indonesia, seragam kali ini kental dengan nuansa kain tenun Bali.

"Peluncuran seragam tematik awak kabin kali ini merupakan wujud komitmen berkelanjutan Garuda Indonesia dalam memperkenalkan pesona keragaman budaya Indonesia, sekaligus mempromosikan keindahan kain tenun sebagai salah satu kekayaan budaya khas Nusantara," ujar Adi Askhara, Direktur Utama Garuda Indonesia pada konferensi pers  peluncuran seragam tematik ini yang dilaksanakan pada Senin, 14 Oktober 2019.

Dinamakan 'Puspa Nusantara', Didiet mengatakan bahwa harapannya seragam tersebut bisa mengharumkan nama Indonesia hingga ke kancah internasional, mengingat kata 'puspa artinya adalah bunga yang harum.

"Melalui platform Garuda Indonesia, kami juga memperkenalkan hasil kreasi dari teman-teman pengrajin," kata Didiet saat ditemui di acara yang sama di The Tribata, Jakarta Selatan.

Tak hanya nuansa Bali, Didiet juga memadukannya dengan model kebaya yang terinspirasi dari R. A. Kartini. Kebaya peranakan ini juga ditambahkan ikat pinggang dengan kain tenun Bali yang biasa disebut dengan senteng. Kain ini juga senada dengan rok yang dikenakan para pramugari.

Tidak hanya dibuat untuk pramugari, seragam ini juga ada untuk pramugara. Di sini, Didiet menggunakan kain lurik dari Klaten dan Jogja untuk di bagian kantong jas (pocket square). Selain itu, bagian kerah juga dibuat mirip dengan pakaian adat Jawa.

"Awalnya Garuda minta untuk seragam wanita aja. Cuma aku tertantang, pria itu istilahnya yang paling terakhir untuk dilihat, misal di kawinan atau pengantin. Ya justru cocoknya itu dimana kita bisa mengangkat yang prianya juga," ungkapnya.

Mengedepankan warna ungu, Didiet mengatakan bahwa warna ini menyesuaikan dengan musim gugur/dingin di dunia fesyen. Tak hanya itu, perancang busana asal Jakarta ini juga mengatakan bahwa ungu adalah warna yang merepresentasikan keanggunan dan elegansi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pemberdayaan Penenun Lokal

Sesuai dengan motto IKAT Indonesia yaitu “maju bersama”, dalam setiap proyeknya pasti Didiet memberdayakan perajin lokal untuk mengerjakannya.

Di kesempatan ini, terdapat setidaknya 50 perajin Bali yang diberdayakan untuk menenun kain yang digunakan sebagai rok dan ikat pinggang. Angka tersebut belum termasuk staf yang bekerja untuk pemotongan pola dan pewarnaan.

Dikatakan, proses pengerjaan seragam ini memakan waktu lima bulan, mulai dari perancangan konsep hingga eksekusi. “Jadi penenunannya itu sebulan. Sambil tenun jalan, kita pararel untuk approval design,” terang Didiet lagi.

Didiet juga mengatakan dalam pembuatan seragam yang jumlah produksinya massal, dia memilih perajin yang bisa menghitung kalkulasi warna sehingga tiap warnanya tidak akan berbeda jauh. Hal ini juga mengingat warna yang digunakan pada tiap kain masih ada campuran bahan alam di pewarna sintesisnya.

Total terdapat 18 pasang seragam yang dibuat untuk para flight attendant terpilih yang tiap ukurannya dibuat berdasarkan ukuran badan tiap orang tersebut. 

3 dari 3 halaman

Burung Garuda di Lengan dan Rok

Hal yang spesial dari seragam tematik ini adalah bentuk lengan dan rok yang dikenakan pramugari. Jika biasanya lengan baju pramugari mengetat di lengan, koleksi ini justru lebih lebar.

Bagian bawah lengan berbentuk melengkung dan lebih lebar, hal ini ditujukan untuk merepresentasikan bentuk sayap burung garuda yang melengkung. Proses ini juga sudah dilakukan beberapa kali revisi agar pramugari dapat tetap nyaman dan tidak mengganggu saat bekerja, terutama saat penyajian makanan.

Berlanjut ke bagian bawahan, rok yang digunakan para pramugari juga mengandung unsur gambaran sayap garuda. Di bagian depan bawah, bentuknya juga melengkung.

Seragam ini akan dipakai perdana saat penerbangan di hari Rabu, 16 Oktober 2019 untuk penerbangan dari Jakarta ke Denpasar. Dalam kesempatan yang sama, Garuda Indonesia menamakan penerbangan tersebut dengan “Tenun Flight”, mengikuti gerakan sebelumnya saat bekerja sama dengan desainer Anna Avantie untuk “Kebaya Flight”.

"Tenun Flight" tidak akan dilakukan secara rutin, melainkan hanya untuk rute tertentu seperti rute domestik Jakarta-Denpasar, Denpasar-Jakarta, Makassar-Jakarta, Jakarta-Yogyakarta. Sedangkan untuk rute internasional, akan dilakukan dalam rute Jakarta-Singapura dengan nomor penerbangan tertentu.

(Novi Thedora)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.