Sukses

Batik Diklaim Negara Lain, Desainer Oscar Lawalata Ajak Publik Berkaca

Jangan marah-marah dulu. Mari berkaca tentang kasus aku-mengakui batik dari saran Oscar Lawalata.

Liputan6.com, Jakarta - Deretan karya Oscar Lawalata jadi bukti pekerjaan rumah Indonesia tak berhenti sampai batik diresmikan UNESCO ke dalam Representative List of The Intangible Cultural Heritage of Humanity sebagai warisan budaya tak benda pada 2 Oktober 2009 lalu di Abu Dhabi, Uni Emirates Arab.

Tanggung jawab baru justru dipikul setelah pengakuan tersebut diresmikan. Menghadapi klaim dari negara lain yang ternyata tak hanya terjadi sekali, misalnya. Sebagai salah satu pihak yang gencar memperkenalkan batik, Oscar punya cara tersendiri untuk menghadapi ganjalan tersebut.

"Pertama, kita harus berkaca dulu apa yang sudah kita lakukan. Apakah kita sudah mem-file-kan motif kita, apakah kita sudah membuat buku yang benar, apakah buku itu ada di internasional. Itu kan mau-nggak mau sudah bisa jadi pengakuan publik," ucapnya di pameran Batik for The World: Menuju Seribu Kain di kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Jumat, 12 Oktober 2018.

"Tapi, kalau hanya kita yang tahu, terus kita marah-marah sendiri, di luar sana juga nggak tahu motif parang itu ada di Indonesia. Kan orang nggak tahu. Nah, seharusnya kita yang memberi tahu dulu. Nanti otomatis dunia yang akan bilang," tambahnya.

"Jadi, memang harus dari kita dulu. Gencar mempromosikan apa yang kita punya. Dari situ, dunia otomatis bisa mem-blame, membantu kita kalau, 'Oh, nggak kok itu dari Indonesia," jelas desainer 41 tahun tersebut.

Di samping itu, Oscar juga mengaku khawatir dengan keberadaan pabrik tekstil dengan produksi batik print. Hal ini dianggapnya sebagai salah satu alasan banyak pengrajin batik tak bisa bermain di roda ekonomi.

"Kita suka complain Malaysia bagaimana. Lindungin dulu dong yang di dalam. Lindungin dulu pengrajinnya. Tolong industri teksil yang printing itu didisiplinkan. Jangan menyebut batik print deh. Batik is batik. Jangan di-printing. Kecuali cap, itu nggak apa-apa. Kan pengerjaannya masih pakai tangan langsung, bukan mesin," paparnya.

Hingga akhirnya, Oscar Lawalata mengajak publik untuk memiliki persepsi lain soal batik. "Batik itu bukan soal motif. Tapi, proses yang harus dihargai. Jangan cuma lucu, ini kan batik. Boleh, tapi jangan bangga. Yang harus dibanggain itu saat kita bisa support pengrajin," tandasnya,

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.