Sukses

Asal-usul Nama Bandara Mutiara SIS Al Jufrie yang Sempat Lumpuh karena Gempa Palu

Ada campur tangan Sukarno di balik penamaan Bandara Mutiara SIS Al Jufrie. Bagaimana kisahnya?

Liputan6.com, Jakarta - Gempa bermagnitudo 7,4 yang menggoyang Palu, sempat melumpuhkan satu-satunya bandara, Bandara Mutiara SIS Al Jufrie. Tidak hanya membuat retakan pada landasan pacu sepanjang ratusan meter, gempa juga menyisakan kisah heroik seorang petugas air traffic control (ATC), Anthonius Gunawan Agung.

Namanya tak sepopuler Bandara Soekarno-Hatta ataupun I Gusti Ngurah Rai, maka wajar bila tak banyak yang mengetahui sejarah penamaan bandara itu. Tahukah Anda bila bandara tersebut diberi nama oleh Presiden I RI, Sukarno.

Dikutip dari wikipedia, kisahnya dimulai saat bandara di ibu kota Sulawesi Tengah tersebut akan didarati Sukarno pada 10 Oktober 1957. Saat mendarat, ia bertanya nama bandara kepada Rajawali Pusadan, Bupati Donggala pada waktu itu dan dijawab dengan nama Masovu.

Dalam Bahasa Kaili, Mosovu berarti Tanah Berdebu. Mendengar itu, Sukarno berujar, "Saya lihat dari atas tadi sebelum turun, Palu terlihat indah penuh pernik. Olehnya, saya namakan Mutiara."

Sementara itu, SIS Al-Jufrie diambil dari nama pahlawan Sulawesi Tengah. Ia adalah kakek dari mantan Menteri Sosial Salim Segaf al Jufrie.

SIS merupakan singkatan dari Sayyid Idrus bin Salim Al-Jufrie, seorang penyiar Islam hingga ajalnya menjemput di Palu pada 1969. SIS Al-Jufrie juga dikenal sebagai pendiri organisasi Islam Alkhairaat yang tumbuh dan berkembang di timur Indonesia. Namanya baru resmi disematkan pada nama bandara pada 2014 lalu.

Bandara ini berada di ketinggian 86 meter (282 ft) di atas permukaan laut. Bandara memiliki dua landas pacu permukaan beraspal dan beton nomor designasi 15R/33L berukuran 2.500 x 45 meter dan 15L/33R berukuran 3.450 x 60 meter. Landasan pacu itu bisa didarati pesawat jet berbadan lebar sebelum gempa memporak-porandakannya.

Kini, Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie menjadi basis distribusi logistik sekaligus pengungsi yang terdampak gempa dan tsunami Palu. Helikopter yang tersedia dikerubuti warga yang memaksa dievakuasi ke luar Palu, sehingga logistik dan transportasi relawan tersendat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.