Sukses

Warga Tiongkok di Jatim Rela Jadi PRT dan Jual Sayur

Pekerja asal Tiongkok menyerbu Jawa Timur untuk menjadi pembantu rumah tangga, penjual sayur keliling hingga buruh pabrik.

Liputan6.com, Surabaya Pekerja asal Tiongkok kian menjamur di Surabaya seiring dengan pesatnya pertumbuhan ekonomi yang sudah memasuki era masyarakat ekonomi Asean di Jawa Timur. Bahkan saat ini Jawa Timur dijadikan sasaran tenaga kerja asing salah satunya dari negara China.Tak hanya menjadi incaran tenaga kerja asing dari Tiongkok, namun juga dari Myanmar dan Thailand.

Rata-rata mereka memilih menjadi tenaga kasar seperti pembantu rumah tangga, penjual sayur keliling hingga buruh pabrik. Hal tersebut dibenarkan oleh Erlina Pristiwati, yang menjadi petugas tim teknis perizinan, Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) Bidang Penempatan Tenaga Kerja Disnakertransduk Jatim.

Bahkan disebutkan oleh Erlina data pekerja asing ilegal di Jawa Timur mencapai 5.000 Orang asing.
"Data yang ada di kami menunjukkan pada tahun 2015 yang tercatat hanya 1.434 orang yang memiliki ijin kerja di Jatim, sementara itu secara online mencapai hampir 5.000 orang yang terdiri dari Tenaga Kerja Asing," kata Erlina Pristiwati kepada liputan6.com, Selasa (5/3/2016).

Dirinya menegaskan bahwa terdapat tenaga kerja asing yang memang tidak mengantongi dokumen resmi sebagai Tenaga Kerja Asing. " Artinya mereka ilegal dan tidak memiliki ijin resmi kerja di Jawa timur bahkan di beberapa daerah di Indonesia," tandasnya.

Terjadinya serbuan tenaga kerja asing yang tidak memiliki ijin resmi kerja, serta tidak memiliki kompetensi kerja di Jawa Timur juga dibenarkan Wakil Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur Suli Da'im.

Dirinya justru menyarankan agar Pemprov Jatim lebih mengantisipasi serbuan dari negara lain. Suli Da'im menyebut justru masuknya tenaga kerja asing ilegal di Jawa Timur ini dalam prakteknya sama sekali tidak sesuai kompetensi yang dimiliki.

"Mereka rela menjadi tenaga kasar di Jatim, yang saya tahu ada yang justru jadi pembantu rumah tangga dan mereka mau saja dibayar murah atau dengan gaji di bawah satu juta pun. mereka mau saja," papar Suli Da'im.

Politisi asal Partai Amanat Nasional Jatim ini mencontohkan jika dibandingkan dengan pembantu lokal di Surabaya upah yang diterima pembantu rumah tangga antara Rp 1,5 Juta hingga Rp 2 Juta.

"Mereka pekerja asal Cina itu justru mau dibayar dengan upah di bawah tenaga kerja pribumi kita sendiri," ungkapnya.

Wakil Ketua Komisi E Bidang Kesejahteraan Rakyat DPRD Jatim ini menceritakan dirinya pernah menemui warga Tiongkok jual sayur.  Maka dari itu saat ini dirinya menghimbau agar Pemprov Jatim mengantisipasi serbuan pekerja Asing dari negara Myanmar dan Thailand terutama.

(dhimas prasaja)

‎

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini