Sukses

Ada Fasilitas Selfie di Butik Mahal Karl Lagerfeld

Dengan iPad di butik ini, konsumen bisa mencoba baju yang hendak dibeli dan berselfie ria di kamar gantinya. Foto dapat langsung diunggah.

Liputan6.com, London Kini kata `Selfie` sudah sangat familiar di telinga masayarakat. Aksi memfoto diri sendiri ini sepertinya memiliki kenikmatan tersendiri bagi banyak orang. Coba cek akun Instagram teman Anda. Tidak adakah foto selfie di sana? Atau mungkin Anda sendiri gemar berselfie?

 

Saat berselfie ria, satu hal yang biasa ingin ditunjukkan adalah gaya busana. Ada banyak alasan yang membuat seseorang berselfie dengan pakaian-pakaian yang stylish. Beberapa alasan di antaranya adalah karena kecintaan terhadap fashion, karena suka difoto, karena ingin terlihat fashionable, karena ingin pamer fashion item, dan lain sebagainya.

 

Salah satu situs fashion yang menampilkan foto-foto selfie para penggunannya adalah lookbook.nu. Situs ini memang merupakan wadah bagi para pemilik akun situs tersebut untuk memajang foto-foto selfie saat menggunakan busana-busana dan item-item fashion dengan bermacam-macam model.

 

Memiliki banyak foto selfie dengan berbagai macam koleksi tentu merupakan prestasi sendiri bagi para penggemar fashion selfie. Untuk dapat menghasilkan banyak foto tentunya seseorang juga perlu memiliki banyak koleksi busana. Hal ini lah yang kadang menjadi kendala bagi para pecinta fashion selfie. Tak dapat dipungkiri bahwa biaya pada akhirnya juga menjadi satu masalah dalam berkreatifitas, termasuk dengan hal fashion selfie ini.

 

Desainer senior usia 80 tahun asal Jerman yang bekerja untuk rumah mode mewah Chanel dan Fendi, Karl Lagerfeld, tampaknya tidak cukup tua untuk beradaptasi dengan selfie sebagai fenomena budaya yang populer saat ini.

 

Sebagaimana dilansir dari situs fashionista.com pada Selasa (18/3/14), butik baru dari label “Karl Lagerfeld” yang berlokasi di London, Inggris, kini dilengkapi dengan iPad yang terdapat di kaca pada tiap ruang gantinya.

 

Dengan adanya iPad ini, para konsumen dapat mencoba baju-baju yang hendak dibeli dan berselfie ria di kamar gantinya. Foto yang dihasilkan dapat langsung diunggah ke Twitter atau Facebook. Rasanya pasti menyenangkan jika dapat mengunggah foto diri sendiri saat sedang mengenakan rancangan terbaru dari Karl Lagerfeld. Inovasi dari label yang didirikan oleh desainer beciri khas rambut putih terkuncir, kaca mata hitam, jas, kerah tinggi dan sarung tangan ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta fashion.

 

Selfie adalah sebuah fenomena budaya yang keberadaannya didukung oleh perkembangan teknologi. Dilihat dari sisi sejarah, foto selfi yang pertama kali dibuat ialah foto dari Robert Cornelius pada tahun 1839. Robert Cornelius yang lahir pada tahun 1809 adalah pioner fotografi di Amerika.

 

Fenomena selfie menjangkiti berbagai lapisan masyarakat, mulai dari orang-orang biasa, selebriti Hollywood, hingga politisi-politisi internasional. Pada Desember 2013 saat pemakaman tokoh kemanusiaan asal Afrika Nelson Mandela, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, terlihat sedang berselfie ria dengan Perdana Mentri Denmark, Helle Thorning-Schmidt dan Perdana Mentri Inggris David Cameron. Hal ini sontak menciptakan hujan kritik bagi Obama dan kedua temannya mengingat suasana duka cita dari acara yang sedang diikutinya.

 

Pada fenomena selfie yang melibatkan unsur cinta diri, bahasan tentang sikap narsis tentu memiliki kaitan. Kata `Narsis` lebih dahulu eksis ketimbang `Selfie`. Narsisme adalah sebuah kondisi psikologis tentang kecintaan terhadap diri. Istilah Narsis bersumber dari mitologi Yunani kuno mengenai seseorang bernama Narcissus. Ada berbagai versi tentang kisah Narcissus.

 

Sebuah versi mengisahkan bahwa Narcissus adalah anak dari dewa sungai. Ia memiliki paras yang sangat tampan. Suatu ketika, makhluk mitologis bernama Echo melihat Narcissus dan jatuh cinta padanya. Echo kemudian menampakkan diri dan berusaha memeluk Narcissus. Narcissus yang tidak suka padanya menyuruh Echo pergi.

 

Echo yang hancur hatinya akhirnya memutuskan untuk hidup sebatang kara dan hanya ditemani oleh gaungan suaranya sendiri. Nemesis, dewi pembalasan dendam, mengetahui hal ini dan memutuskan untuk menghukum Narcissus. Ia membawa Narcissus ke sebuah kolam. Ketika Narcissus melihat refleksi dirinya di kolam tersebut, ia langsung jatuh cinta pada bayangan tersebut tanpa sadar bahwa itu hanyalah bayangan dirinya. Narcissus akhirnya meninggal dengan penderitaan karena kasih tak sampai pada bayangan dirinya sendiri. (Bio/Igw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini