Sukses

Kisah Haru Maudy Ayunda Pindah Sekolah SD karena Disuruh Menghafal Nama Kecamatan

Maudy Ayunda adalah salah satu artis yang terkenal banyak prestasi dan pendidikan tinggi. Penyanyi lagu Kejar Mimpi ini adalah alumnus Stanford University. Ia menyelesaikan pendidikan S2-nya di Negeri Paman Sam.

Liputan6.com, Semarang - Maudy Ayunda adalah salah satu artis yang terkenal banyak prestasi dan pendidikan tinggi. Penyanyi lagu Kejar Mimpi ini adalah alumnus Stanford University. Ia menyelesaikan pendidikan S2-nya di Negeri Paman Sam.

Belum lama ini, kisah Maudy Ayunda yang dipindahkan dari sekolah SD karena disuruh menghafal nama kecamatan kembali viral. Kisah tersebut diceritakan oleh ibunda Maudy Ayunda, Mauren Jasmedi lewat unggahan Instagram-nya pada 10 Juli 2021 lalu.

Mauren menceritakan, dari TK hingga SD kelas 2 Maudy Ayunda sekolah dengan kurikulum nasional. Awalnya ia tak terpikirkan untuk memindahkan Maudy ke sekolah lain.

“Sampai suatu saat, ketika saya menemani anak-anak belajar, saya kecewa atas materi pembelajaran kala itu, di mana murid diminta menghafal nama-nama kecamatan di Jakarta dan materi-materi hafalan lain yang saya anggap kurang tepat,” kata Ibunda Maudy Ayunda seperti dikutip Liputan6.com, Sabtu (28/5/2022) 

Sejak saat itu, Mauren merasa tidak nyaman lagi dengan materi belajar anak-anak. Ia sempat niat protes, namun tidak tahu kepada siapa protesnya. 

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Mencari Sekolah Lain

Dibanding mencari kesalahan orang lain, ibunda Maudy Ayunda mencari sekolah lain yang sesuai harapan. Saat itu ia berencana memindahkan anaknya.

“Saat mencari SD kala itu, saya tidak masuk ke ruang kantor, tapi saya coba duduk di kantin, mendengar murid-murid berceloteh, mengintip proses belajar di beberapa kelas, dan itu saya lakukan setiap hari di beberapa SD,” katanya.

Suatu hari, Mauren menemukan satu SD yang berkurikulum nasional plus. Sekolah tersebut baru berdiri. Jumlah muridnya baru 9 orang per kelas.

“Mungkin bagi sebagian orang, sekolah dengan minim fasilitas ini bukan pilihan menarik, tapi saat memasuki sekolah itu saya sungguh telah jatuh cinta. Sekolah itu tidak besar, tapi murid-muridnya terlihat sangat santun, walau berbicara dalam bahasa asing,” imbuhnya.

Mertua Jesse Choi ini melihat guru-gurunya begitu dengan dengan murid-muridnya. Ia juga mengintip proses belajar mengajarnya menyenangkan. Melibatkan murid secara aktif, berkomunikasi dua arah, serta kelas terlihat penuh semangat dan kegembiraan. 

“Uniknya walau bukan sekolah Islam, terlihat beberapa anak-anak muslim, salat bersama guru agama di sekolah tersebut,” tambahnya.

3 dari 3 halaman

Pejuang Tangguh Suka Tantangan Sekolah Baru

Keesokan harinya, Mauren mengajak Maudy Ayunda ke sekolah tersebut. Maudy terpaksa bolos dari sekolah sebelumnya.

Saat hari itu juga, Maudy Ayunda berkeputusan tidak lagi ingin sekolah di tempat yang lama. Ia sangat tertarik dengan sekolah yang dikunjungi ini.

“Padahal kami hanya berkeliling sekolah yang kecil dan akhirnya diizinkan trial hadir di dalam kelas hingga kelas berakhir. Saat saya intip lewat jendela kelas, saya baru sadar bahwa dia kebingungan di dalam kelas karena belum mampu berbahasa Inggris dengan baik,” ceritanya.

Namun karena dasarnya pejuang tangguh dan penyuka tantangan, Maudy Ayunda akhirnya nyaman di sekolah itu. Ia juga merelakan sekolah sebelumnya di pertengahan kelas 2 SD. 

“Ia siap menerima tantangan harus belajar bahasa baru dan materi pelajaran yang mungkin bisa membuat dia mengulang kelas, asalkan tetap bisa bersekolah di SD tersebut,” ungkap dia. 

Di sekolah tersebut, Maudy Ayunda menyelesaikan pendidikan SD hingga SMP selama 9 tahun. Mauren mengatakan, sekarang sekolah tersebut sudah menjadi besar dan menjadi sekolah internasional favorit.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.