Sukses

Kisah Penggali Kubur Menjadi Ulama Besar dan Waliyullah, Ternyata Lakukan Hal Ini

Seorang penggali kubur atas izin Allah mengalami kasyaf. Atas peristiwa yang ia alami ini, mamu melahirkan spirit mencari ilmu hingga menyebabkan ia menjadi salah seorang ulama besar.

Liputan6.com, Cilacap - Menjadi ulama besar tentu bukan hal mudah. Terlebih, apabila mencapai derajat waliyullah.

Namun, ternyata ada kisah seorang penggali kubur yang menjadi ulama besar sekaligus waliyullah. Kisah ini diceritakan oleh Syaikh Hisyam Al-Burhani.

Penggali kubur ini bahkan dianugerahi karomah mengalami kasyaf (terbukanya tirai) hingga dapat melihat taman-taman surga yang penuh dengan keindahan. Tak hanya itu, ia juga dapat melihat malaikat.

Pengalaman kasyafnya ini diperolehnya bukan pada usia muda, namun saat itu dirinya telah mencapai usia hampir 50 tahun.

Tak hanya itu pengalaman ajaib melihat tempat yang diperuntukan bagi hamba-hamba Allah yang beriman ini membuat hatinya ingin belajar memperdalam ilmu agama.

Hingga pada akhirnya ia menjadi salah seorang ulama besar Damaskus. Berikut ini kisah selengkapnya sebagaimana dinukil dari laman pwnujatim.or.id.

 

Simak Video Pilihan Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Sang Penggali Kubur Melihat Keindahan Surga

Suatu hari ada seorang penggali kubur di salah satu kompleks pemakaman masyhur di Damaskus. Pemakaman ini penuh dengan ulama, auliya, serta pahlawan (syuhada). Penggali kubur ini didatangi oleh seorang perempuan. Perempuan itu memintanya untuk menggali kubur.

Tak lama setelah menggali kubur, perempuan itu beserta beberapa pelayat yang tak banyak jumlahnya datang membawa jenazah. Jenazah ini diturunkan ke dalam liang lahat.

Namun tiba-tiba si penggali kubur ini melihat taman surga yang indah. Ia juga melihat dua malaikat membawa jenazah itu pergi dari sempitnya lahat. Seketika ia pingsan saking terkejutnya. Tatkala siuman ia ditanya apa yang menimpanya. Ia menceritakan kejadian itu tapi orang-orang mengira ia terlalu berimajinasi.

3 dari 4 halaman

Kembali Melihat Surga

Selang beberapa bulan, masih menurut cerita Syekh Hisyam, perempuan itu datang lagi dan meminta ia menggali kubur lagi. Penggali itu pun menggali kuburan lagi. Lalu datanglah si perempuan itu bersama pelayat membawa jenazah.

Ketika jenazah itu diturunkan ke dalam kubur oleh si penggali, seketika terjadi lagi hal yang sama: ia melihat taman surga dan malaikat membawa jenazah itu. Ia pun kembali pingsan.

Ketika siuman ia mengejar perempuan itu dan menanyakan beberapa hal; siapa kedua jenazah itu? Apa yang mereka berdua lakukan sehingga mendapat karamah seperti ini?

Perempuan itu menjawab, “Mereka berdua adalah anakku. Yang pertama adalah seorang santri (thalib ilm), dan yang kedua—yang baru saja meninggal adalah saudaranya yang bekerja sebagai tukang kayu dan menafkahkan hasilnya untuk saudaranya yang seorang santri itu.”

4 dari 4 halaman

Belajar Agama dan Menjadi Ulama Besar

“Kontan saja,” lanjut Syekh Hisyam Al-Burhani, “ia pergi ke Masjid Jami At-Taubah—masjid yang menjadi tempat mengajarku dan leluhurku—ia mendatangi kakekku (atau ayahku?) yang bernama Syekh Said Al-Burhani.”

Masjid Jami At-Taubah adalah masjid yang cukup memiliki sejarah panjang di Damaskus. Dalam sejarahnya Izzuddin b. Abd Salam (sulthanul ulama; pengarang Qawaidul Ahkam) dan Ibnul Jazari (sarjana qiraah, pengarang An-Nasyr dan Muqaddimah Jazariyah) adalah di antara ulama yang pernah menjadi khathib di Jami’ At-Taubah.

“Aku ingin belajar agama,” ujar penggali kubur itu kepada kakek Syekh Hisyam.

“Umurmu sudah hampir 50. Apa yang membuatmu ingin mengaji?”

Lalu si penggali kubur itu menceritakan kisahnya. “Baiklah,” ujar kakek Syekh Hisyam. “Ambil kitab Jurumiyah. Mari mengaji nahwu mulai dari awal.”

Sejak itu si penggali kubur itu mengaji dengan tekun hingga menjadi ulama besar Damaskus. Penggali kubur itu bernama Syekh Abdurrahman Al-Haffar (Haffar berarti tukang gali). Dan memiliki keturunan yang juga menjadi ulama dan pecinta ilmu. Salah satunya adalah Abdur Razaq Al-Haffar.

“Siapapun bisa mendapat derajat yang sama,” ujar Syekh Hisyam menutup ceritanya, “asalkan ia menuntut ilmu secara sungguh dan ikhlas.” 

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.